Mohon tunggu...
Arief Budiman
Arief Budiman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Managing Director PT. Petakumpet Creative Network

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Filosofi Ember

6 Maret 2011   17:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:01 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mencegah air (alias rezeki) mengalir keluar dari ember, maka Allah hadirkan mekanisme tutup lubang yang luar biasa bernama taubat. Taubat yang serius (taubat nasuha) atas dosa dan kesalahan kita 'otomatis' akan menutup lubang ember. Syaratnya cuma satu: jangan melakukan dosa lagi, jangan melubangi ember lagi. Lalu mulailah mengisi ember yang telah diperbaiki itu dengan amal kebaikan dan kerja keras, Insya Allah rezeki akan manggon (menetap), tidak masuk sebentar ke dompet lalu langsung keluar lagi kayak angin.

Meskipun tentu prakteknya tak mudah tapi sesungguhnya konsepnya sesederhana ini.
Masalah sesungguhnya itu bukan kekurangan harta, sakit yang tak kunjung sembuh, hutang yang menumpuk dan semacamnya. Masalah sesungguhnya adalah saat kita jauh dari Allah.

Sukses sesungguhnya juga bukan ketika kita punya perusahaan besar, mobil puluhan, apartemen di pusat kota atau uang bejibun seolah tanpa nomor seri, bukan. Sukses sesungguhnya adalah ketika kita dekat ama Allah.

Seperti yang tertulis indah dalam Al Qur’an Surat At Talaq ayat 2 dan 3:
Wa mayyatakillahaa yaj’all lahu makhrajaa / wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib / wa may yatawaqqal ‘alallahi fahuwa hasbuh / innallaha ballighu amri qad ja’alallahu kulli syai’in qadra

Barangsiapa bertakwa kepada Allah tentu diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari pintu yang tidak diduga-duga. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Tuhan akan mencukupkan kebutuhannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan segala urusan-Nya dan Allah telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.

Jangan hanya mengandalkan otak, energi, tenaga, waktu dan modal kita untuk menjemput rezeki, akhir-akhirnya capek. Jika berhasil kita jadi sombong (Saya sukses itu karena terus belajar, kerja keras // Ini semua hasil usaha saya yang tak kenal lelah) tapi jika tidak berhasil kita marah, protes, putus asa, menyalahkan pihak lain (Dooh, kita kalah tender gara-gara kompetitor ngasih suap lebih besar // Katanya Tuhan Maha Adil mana buktinya, saya udah kerja keras buat makan aja malah susah?).

Tuhan sudah menunjukkan jalan yang lurus, yang mudah, yang membawa kebahagiaan. Libatkan Tuhan dalam ikhtiar kita menjemput rezeki karena emang Dia-lah yang Maha Kaya, sumber semua rezeki. Pemerintah, manajemen kantor, klien, pembeli, kolega, buyer luar negeri itu hanyalah saluran dari rezeki-Nya. Kita hormati saluran itu, kita jaga baik-baik tapi jangan pernah lupakan sumber aslinya: Allah SWT.

Ingatlah sekali lagi bahwa masalah sesungguhnya adalah saat kita jauh dari Allah. Makin jauh kita dari Allah, makin sumpeklah hidup kita. Sukses sesungguhnya adalah ketika kita dekat ama Allah. Makin dekat kita dengan Allah, makin mudahlah hidup ini dijalani, makin tenteramlah hati kita.

Allah-lah satu-satunya tempat kita bersandar, berdoa, mengharapkan keajaiban hadir dalam hidup kita. Bukan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun