RUPTUR UTERI Ini adalah kisahku yang sangat jarang bahkan langka terjadi dalam kehamilan dan kelahiran selama ini..Sebelumnya perkenalkan Saya, Niken Puspitasari,30 tahun dan suami Agus Haryadi, 33 tahun. Kami menikah 24 Desember 2006, selang enam bulan setelah menikah karena belum juga hamil, saya periksa ke dokter kandungan, waktu itu saya tinggaldi kota SMG, ternyata di temukan kista endometriosis tapi dokter mengatakan diameter kista masih kecil sehingga belum perlu dilakukan operasi, dan disarankan untuk segera hamil. Saya pun telah melakukan tes HSG dan suami tes analisa sperma. Hasil analisa sperma oke tidak ada masalah tapi untuk HSG tidak bisa terlihat sampai dalam rahim karena alatnya tidak bisa masuk sampai ke rahim dan hanya berhenti dileher rahim saja, waktu itu dokter kandungan menyatakan bentuk rahim saya abnormal. Kemudian pertengahan 2008 saya pindah ke kota S dan periksa ke dokter kandungan yang terkenal di kota tersebut dokter A namanya, oleh dokter tersebut saya harus operasi untuk pengambilan kista karena diameternya sudah besar dan mempersulit kehamilan. Dengan berbagai pertimbangan dan keinginan untuk segera memiliki keturunan akhirnya September 2008 saya menjalani operasi kista dengan teknik laparaskopi yang dilakukan oleh dokter A. Dari operasi tersebut selain pengangkatan kista juga ditemukan mioma dan telah dibersihkan semua. Setelah operasi saya mengikuti baby program bersama dokter A di klinik ingin punya anak. Berbagai program telah saya jalani sampai akhir tahun 2010 dan tidak menunjukkan hasil, hingga jalan terakhir saya harus manjalani kuretase dengan harapan setelah dikuret saya dapat hamil secara normal dan bila tidak hamil juga saya akan menjalani program inseminasi buatan atau bayi tabung. Karena takut kuret saya berganti dokter, beliau dokter senior di kota S dan telah banyak pasiennya yang berhasil hamil. Awal tahun 2011 oleh dokter B saya diminta untuk diatermi karena terjadi penyumbatan tuba sebelah kiri. Selama 14 kali berturut-turut tanpa boleh putus saya melakukan diatermi dan didampingi obat dari dokter B, hingga kemudian 4 Mei 2011 menjadi menstruasi saya yang terakhir karena 1 juni saya tespack saya positif hamil. Awal hamil saya sering flek dan oleh dokter B saya diberi obat penguat dan kehamilan saya selanjutnya tidak terjadi masalah. Karena ini kehamilan pertama dan dinanti sangat lama saya dan suami mencari dokter pendamping untuk perbandingan, kali ini dengan dokter C dan dokter D. Sepanjang kehamilan dari minggu ke minggu ketiga dokter kami menyatakan kehamilan saya oke,janin aktif, detak jantung baik, air ketuban bagus dan 90% bisa melahirkan normal, hingga kehamilan saya memasuki minggu ke-32 semua masih baik dan tidak ditemukan masalah. Jumat dini hari saat suami dinas keluar kota saya merasakan perut saya sakit sekali sampai kemudian dibawa ke rumah sakit dan diperiksa oleh dokter D, melalui USG keadaan janin,detak jantung, plasenta,air ketuban semua baik dan tidak tampak tanda akan melahirkan, akhirnya dokter D minta saya untuk pulang dengan diberi resep obat untuk mempertahankan janin saya sampai cukup usia untuk dilahirkan. Selama di rumah, perut saya masih saja sakit bahkan tidak berkurang sedikitpun,  nafas saya menjadi sangat pendek dan untuk tidurpun harus saya lakukan dengan posisi duduk karena untuk berbaring sakit luar biasa. Senin sore saya merasakan sakit yang teramat sangat hingga selasa 20 Desember 2011 pagi suami ambil keputusan untuk ke rumah sakit demi melihat saya tidak tega menahan sakit, perjalanan begitu sangat lama dan menyiksa karena setiap jalan yang tidak rata dan membuat mobil berguncang maka sakit yang luar biasa yang saya rasakan di perut. Sampai akhirnya dokter D memeriksa melalui USG tampak indikasi solutio plasenta dan saya harus SC saat itu juga. Namun sebelum SC dokter D minta saya untuk USG 3D (hasil USG saya lampirkan), cukup lama dokter radiologi melakukan observasi terhadap saya dan sampai diakhir kesimpulan saya harus segera masuk ruang operasi, saya lihat dokter radiologi langsung menghubungi dokter D melalui telepon karena begitu pentingnya hasil USG harus diketahui dokter A secepatnya. Semua perawat tampak panik dan saya ingat seorang perawat berkata kepada saya bahwa saya sedang berpacu dengan waktu karena keadaan saya dan janin yang sangat kritis. Sampai di ruang operasi tidak tertahankan sakitnya sampai saya merasakan anastesi sudah bekerja dan semua menjadi nyaman. Ketika cukup lama dokter D melakukan tugasnya, ditengah operasi saya beranikan bertanya kepada dokter apakah bayi saya sudah lahir? Dokter D menjawab sudah dan dalam pengawasan dokter anak di ruang perawatan bayi, lalu dokter D bertanya apa yang telah terjadi dengan saya karena rahim saya ternyata mengalami robek dan perdarahan yang sangat banyak, waktu itu kata dokter D darah saya hilang 2 liter dan sudah banyak yang membeku dan memenuhi rongga perut. Dokter D bertanya apa saya mengalami kecelakaan? Saya jawab tidak, apakah perut saya mengalami benturan? Saya jawab tidak, apakah semalam saya berhubungan dengan suami? Saya jawab juga tidak. Saya dengar dokter D dan para petugas di ruang operasi merasa heran dengan keadaan di perut juga rahim saya. Mereka mengatakan baru sekali itu melihat kejadian seperti saya. Akhirnya selesai sudah operasi dan saya dibawa ke bangsal perawatan. Infus berganti dengan kantong darah yang harus diberikan kepada saya dan telah disiapkan 4 kantong untuk mengembalikan perdarahan yang terjadi kepada saya (akhirnya habis 6 kantong). Ketika kulihat wajah suami yang penuh kekhawatiran, saya tidaklah paham karena sebenarnya bayi saya dalam kondisi kritis. Saat itu yang ada dalam hati saya adalah perasaan lega terbebas dari rasa sakit dan bahagia karena akhirnya memiliki keturunan setelah 4,5 tahun menanti. Hingga dua hari kemudian tepat dihari semua orang merayakan hari ibu 22 Desember 2011 putri kecilku mengalami kejang dan perdarahan hingga akhirnya pukul 12 siang bidadari kecilku berpulang kepada pemiliknya. Waktu itu dokter anak mengatakan bayi saya  mengalami hipoksia. Untuk pertama dan terakhir kudekap dan kucium dia sudah dalam keadaan meninggal. Saat itu yang terpikirkan olehku adalah betapa baiknya Alloh beri aku tabungan di surga, meski sakit dan sedih teramat dalam namun saya ikhlas. Padahal dua hari lagi 24 Desember 2011 adalah hari jadi pernikahan kami yang kelima dan harusnya menjadi kado terindah untuk kami, tapi Alloh berkehendak lain. Esoknya dokter D mengunjungi saya dan ikut berduka dengan kepergian putri kecil saya, beliau menjelaskan tentang keadaan saya bahwa saya mengalami ruptur uteri disebelah kiri atas dan berdekatan dengan tuba kiri. Saya tidak boleh hamil sebelum dua tahun dan untuk kehamilan berikutnya saya harus dalam pengawasan ekstra ketat dari dokter dan kehamilan saya nanti tidak boleh sampai 9 bulan, karena begitu berat janin cukup akan segera dilakukan operasi SC kembali. Seminggu kemudian saya kontrol luka operasi ke dokter D ,semua tampak baik sampai dokter D mengatakan saya sekarang hanya berharap pada ovarium kanan saja, yang padahal menurut dokter A yang dulu mengoperasi kista saya melalui HSG tuba kanan saya buntu dipangkal, dunia serasa runtuh dengan kenyataan tersebut. Kadang terbersit penyesalan kenapa jumat waktu sakit perut tidak minta dilahirkan saja atau minta obat penguat organ janin sampai akan dilakukan operasi, tapi berpulang kembali kepada Alloh yang menguasai takdir setiap hambanya. Kini hanya pasrah dan doa yang dapat kami panjatkan, setelah setahun nanti kami akan program baby lagi, karena yang terpenting sekarang sembuh secara fisik dan mental dulu terutama kesembuhan rahim saya, karena letaknya yang di dalam yang tidak dapat dilihat dengan jelas, semoga Alloh yang akan mengoperasi rahim ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang paling sempurna dan lebih kuat dari yang kemarin, dan memberi kepercayaan kepada kami kembali, amin.. **** (berikut saya lampirkan foto opersi kista saya september 2008 + hasil lab dari sampel kista, USG sebelum SC tanggal 20 Des 2011 + report dari dokter radiologi, yang ada gambar  rahim adalah gambar tangan dari Dokter D menjelaskan ruptur saya Dok, USG terakhir  sebulan setelah SC tanggal 1 Februari 2012 + report, semoga bermanfaat buat yang membaca dan saya minta tanggapan dari Dokter Suryo tentang operasi kista dan ruptur saya, karena sampai sekarang saya belum tahu penyebab pasti ruptur saya, bukankah Alloh menciptakan rahim yang lentur? tapi kenapa bisa robek? terima kasih) Saya menyampaikan turut prihatin dan duka sedalam-dalamnya atas musibah yang Mrs Niken dan Mr Agus alami, dan saya juga menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya terhadap semua dokter yang menangani Mrs Niken. Saya yakin bahwa seluruh dokter yang menangani telah berusaha menangani sebaik-baiknya sesuai standar keilmuan yang ada. Apapun yang terjadi atas kehendak Allah, dan manusia tak ada kuasa untuk mengubahnya. Kita sebagai manusia wajib berusaha lebih baik lagi dan belajar dari pengalaman yang terjadi. Beberapa hal yang bisa kita petik pelajaran disini adalah: 1. Operasi medis yang dilakukan dilanjutkan beberapa seri pengobatan ternyata memberikan hasil yang sangat baik dengan berhasil mendapatkan kehamilan. Disinilah hal yang kadang saya selalu sampaikan bahwa bila Tuhan menghendaki hamil, maka tiada hal yang tidak mungkin walaupun seberat apapun seperti kondisi Mrs Niken yang ada kista coklat, mioma, perlengketan, dll. 2. Setelah berhasil hamil, seharusnya Mrs Niken segera memutuskan dokter kandungan mana yang akan mengawasi secara intensif dan berkelanjutan. Pemeriksaan saat kehamilan dengan berpindah-pindah beberapa dokter dapat mengakibatkan pemantauan kurang ketat dan bisa terlewat petunjuk-petunjuk penting selama kehamilan. 3. Ruptur atau robeknya rahim Mrs Niken bisa terjadi karena adanya riwayat operasi mioma sebelumnya yang tentu mengakibatkan terbentuknya titik lemah di rahim (locus minoris) yang rentan untuk jebol. Timing jebolnya juga terjadi pada saat yang biasa terjadi yaitu diatas 7 bulan umur kehamilan, dan jebolnya juga bukan diam-diam (silent ruptured), namun ada sinyal yang nampak yaitu nyeri perut yang sangat hebat. 4. Suntikan pematangan paru sebenarnya bisa memberikan manfaat pada baby untuk mempersiapkan kematangan paru lebih cepat. 5. Untuk kehamilan selanjutnya tentu membutuhkan penanganan lebih intensif selama umur kehamilan, termasuk perkembangan baby dan bagaimana kondisi rahim dan deteksi dini kemungkinan munculnya tanda-tanda robekan rahim. Semoga Allah memberikan kesempatan lagi bagi Mrs Niken dan keluarga untuk mendapatkan kehamilan dan dapat berlangsung lancar hingga lahirnya buah hati. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H