Namun, disisi lain, banyak yang membela bahwa generasi stroberi bukanlah generasi yang lemah. "Gen Z itu pintar banget, banyak inovasi baru yang mereka bawa. Mereka lebih berani untuk ngomongin kesehatan mental dan menolak budaya kerja berlebihan," ujar Sarah, seorang HR manager di perusahaan start-up teknologi. Memang benar, Gen Z dikenal lebih vokal soal pentingnya self-care dan memiliki standar yang lebih tinggi untuk keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi (work-life balance).
Hal ini selaras dengan data penelitian yang menunjukkan bahwa Gen Z memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kesehatan mental. Tidak seperti generasi sebelumnya yang cenderung menekan emosi, mereka berani mencari bantuan profesional saat menghadapi kesulitan. Langkah ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan refleksi dari keberanian untuk mengakui kebutuhan akan dukungan, sekaligus memperjuangkan kehidupan yang lebih sehat.
Ketangguhan, bagi Gen Z, tidak lagi sekadar kemampuan bertahan di tengah tekanan, tetapi juga keberanian untuk menetapkan batasan dan memilih lingkungan yang mendukung kesejahteraan pribadi. Dalam konteks ini, mereka bukan hanya individu yang adaptif terhadap perubahan, tetapi juga pelopor dalam memperjuangkan standar kehidupan yang lebih manusiawi.
Kekuatan Tersembunyi di Balik Stereotip
Meski dianggap rapuh, banyak bukti menunjukkan Gen Z justru memiliki kelebihan unik :Â
Kesadaran Akan Kesehatan Mental : Mereka lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Kemampuan Adaptasi Teknologi : Tumbuh bersama teknologi membuat mereka inovatif dan mampu menghadapi perubahan global dengan fleksibilitas.
Keberanian Berpendapat : Gen Z adalah generasi yang lantang bersuara tentang isu-isu seperti kesetaraan, keberlanjutan, dan inklusivitas, menjadikan mereka agen perubahan sosial.
Mitos "Lembek" yang Harus Diluruskan
Anggapan bahwa Gen Z cepat menyerah mungkin berasal dari perbedaan nilai antar generasi. Sebenarnya, mereka menunjukkan bentuk ketangguhan yang berbeda. Tidak hanya menahan rasa sakit, tetapi juga memperjuangkan kondisi yang lebih baik.Â
Sebagai contoh, banyak dari mereka yang berani keluar dari pekerjaan dengan budaya kerja berlebihan demi menjaga keseimbangan hidup. Langkah ini menunjukkan keberanian untuk mendobrak norma usang yang tidak lagi relevan.