Adalah duo gelandang jenius Barcelona Xavi-Iniesta yang selalu disebut dibelakang Messi. Bahkan gol kedua Messi semalam merupakan sodoran matang langsung dari Iniesta. Mereka menciptakan trio yang tak terpisahkan dalam skuad Barcelona yang saling menunjang kinerja rekannya di lapangan, sehingga terciptalah rekor 86 gol dalam setahun tersebut (Messi juga mencetak gol bagi Timnas Argentina).
Tapi, apakah ada orang yang rela dikatakan sebagai yang ‘kedua’, ‘pendamping’, ataupun ‘pembantu’? Tentunya, tidak seorangpun dari Xavi atau Iniesta yang mau secara terbuka menyatakan diri rela dilabeli sebagai pembantunya Messi. Xavi adalah Xavi dan Iniesta adalah Iniesta, mereka dua geladang yang hebat dan memiliki karakter yang berbeda.
Namun, kerja sama yang terjalin antara Xavi dan Iniesta tak hanya sebatas di Barcelona saja. Mereka saling bahu membahu di Timnas Spanyol. Hasilnya? Tidak main-main. Mereka adalah tulang punggung saat Timnas Spanyol menjadi kampiun Eropa pada tahun 2008 dan 2012 dan juga jawara dunia pada tahun 2012. Rentetan prestasi yang bakal sulit diulang, tentunya.
Sementara itu, bagaimana dengan ‘yang terbaik’? Prestasi tertingginya saat berkostum Timnas Argentina adalah ketika merebut medali Emas pada Olimpiade 2008. Disaat orang mulai membandingkannya dengan salah satu legenda Argentina, Diego Maradona, prestasinya bersama timnas jauh dari kata memuaskan.
Lantas, bagaimana bisa seorang Messi meraih predikat sebagai ‘yang terbaik’? Tanya sajalah kepada media!
Di tempat lain, seorang Radamel Falcao meluluh lantakkan Deportivo La Coruna dengan pentagol yang dicetaknya. Saya yakin, hanya ada 3 dari 10 orang di dunia yang mengetahui tentang rekor yang dipecahkan Falcao dan hanya 1 dari mereka yang menganggap rekor Falcao merupakan kejadian penting di tahun ini. Melalui pandangan objektif saya, tiga dari lima gol yang diciptakannya adalah melalui usahanya sendiri.
Berbagai peristiwa penting terjadi di dunia, kadang beberapa peristiwa terjadi diwaktu yang sama. Tugas media adalah menyampaikan peristiwa tersebut kepada kita, masyarakat, tanpa perlu disaring dan diberi bumbu. Namun acapkali media memberika porsi yang berbeda-beda terhadap setiap peristiwa, dan disinilah terlihat kedigdayaan media dalam memberikan porsi ekstra terhadap ‘bahan berita’ mereka.
Terkadang, ‘bahan berita’ yang sama bagusnya pun akan terlihat dan terdengar berbeda, itupun tak lepas dari campur tangan media.
Kita sebagai ‘konsumen’ hanya bisa berpangku tangan dan menelan berita bulat-bulat, tanpa tahu bagaimana proporsi berita yang benar-benar pas.
~ annoynymous
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H