Mohon tunggu...
Nurintaniah
Nurintaniah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya pendidik di taman kanak-kanak yang mau mencoba belajar menulis dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara berfikir divergen seperti apakah yang dapat diterapkan pada anak usia dini ?

2 Desember 2024   15:55 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:55 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berfikir divergen, apakah itu? Apakah mungkin anak masih kecil dapat berfikir seperti itu?
Apakah mungkin diterapkan pada anak usia dini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sempat terlintas dipikiran saya sebelum mempelajari hal tersebut.
Berpikir divergen dan konvergen pada modul kreativitas dan inovasi, platform merdeka mengajar  topik semangat guru 2 disebutkan bahwa pengertian berfikir divergen adalah kemampuan untuk memunculkan beragam alternatif pemecahan masalah. Sedangkan berfikir konvergen adalah proses memunculkan satu kemungkinan solusi pada suatu masalah.
Dari pengertian tersebut tentu terlihat sekali perbedaannya. Disini antara divergen dan konvergen tentu berbanding terbalik.
Berfikir divergen dengan mencari banyak alternatif solusi sedangkan konvergen hanya memutuskan satu solusi.
Seperti halnya orang dewasa, dalam mengatasi suatu masalah perlu dimunculkan berbagai alternatif solusi. Kita akan mempersiapkan rencana A, rencana B atau C. Apakah cara berfikir anak juga demikian?
Memberikan bimbingan cara berfikir divergen pada anak, kita tidak bisa langsung begitu saja. Begitu juga di kelas, seorang guru dalam memberikan pertanyaan harus secara bertahap dan dimulai dari hal yang sederhana. Diperlukan latihan-latihan agar anak berani berkomunikasi, lancar dalam berbicara, serta dapat mengungkapkan pendapat-pendapatnya dalam kehidupannya sehari-hari. Kita sering menemukan ada dari murid-murid kita yang pandai bercerita, anak yang sering bertanya, anak pemalu, bahkan ada anak yang tidak berani untuk berkata sepatah kata pun. Oleh karena itu diperlukan pendekatan terlebih dahulu agar anak  mau bersikap terbuka pada kita, dan tidak segan kepada kita.
Untuk anak usia dini, mencari solusi dalam permasalahan yang dihadapi tidak serumit dan sekomplek cara berfikir seperti orang dewasa.
Anak-anak diberikan suatu pertanyaan dengan jawaban anak-anak sesuai dengan idenya masing-masing. Setiap anak tentu akan memberikan pilihan jawaban yang berbeda-beda satu sama lain.
Untuk penerapan cara berfikir divergen di kelas khususnya anak usia dini, saya pikir hal tersebut dapat berlangsung ketika kegiatan bercakap-cakap atau tanya jawab materi, kegiatan bercerita, bermain prakarya ataupun ketika sedang bermain lainnya.
Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang sederhana, yaitu dengan memberikan bentuk pertanyaan dengan jawaban yang tidak bisa dijawab ya dan tidak oleh anak,   mudah dipahami anak, apalagi bersifat konkrit tentu akan lebih baik.
Ketika anak diberikan pertanyaan berikut benda yang diperlihatkan oleh guru, anak akan lebih mudah memahaminya.
Contohnya ketika berdiskusi mengenai barang bekas, guru dapat bertanya tentang manfaat kantong plastik atau kresek.
Tentu jawabannya sangat beraneka ragam, jika pertanyaan tersebut ditanyakan pada anak-anak dikelas. Jawabannya bisa untuk kantong makanan, kantong buah, untuk bawa belanjaan, untuk membuat bunga, untuk hiasan topi, untuk baju plastik, hiasan di kelas, untuk dipakai bermain, bisa ditiup dijadikan seperti bola, bisa jadi seperti lampion, tempat sampah dan lain-lain.
Dari jawaban-jawaban diatas, anak dilatih untuk berfikir secara divergen dan terdapat berbagai alternatif jawaban. Secara tidak langsung anak dilatih untuk mengungkapkan pendapatnya, mengungkapkan ide, mengingat apa yang pernah dilihatnya. Disini anak berfikir tentang apa yang pernah mereka lihat berdasarkan pengalamannya, dari bahan dasar kantong plastik kresek.
Contoh lain pada kegiatan bermain stempel atau cap jari tangan di pendidikan anak usia dini. Guru mempersilahkan anak untuk berkreasi sesuai dengan ide yang dimiliki anak-anak di kelas. Dengan menggunakan cap jari tangannya, kira-kira anak akan membuat gambar seperti apa. Untuk memberikan gambaran, guru dapat memberikan satu contoh gambar. Misalnya cap jari tangan untuk menggambar angsa dengan ditambahkan gambar paruh dan mata.
Anak-anak dapat membuat gambar sesuai dengan idenya masing-masing. Ada boneka tangan, gambar ikan, gambar gurita, gambar seperti bunga, gambar kue, dan lain-lain. Terkadang ide yang muncul dari anak jauh dari tebakan kita.
Semakin tinggi kemampuan divergennya, maka semakin kreatif pula anak tersebut. Ia akan banyak pengalaman nyata yang bermakna, sebagai bekal kehidupannya. Ia akan terus berfikir, mencari alternatif dan pilihan solusi.
Ciptakan suasana yang santai, bebas tanpa perlu dikritik terlebih dahulu dari kita, untuk menggali ide-ide kreatif yang ada di pikirannya.
Kata kunci divergen adalah lancar, orisinal, fleksibel dan elaborasi ide.
Contoh lainnya, misalnya pada saat kegiatan bermain dan belajar  berkelompok, anak diberikan kebebasan untuk memilih mainan yang akan dipergunakan dalam bermain jual beli.
Guru dapat bertanya pada setiap kelompok, mainan apa yang akan mereka gunakan. jika anak sudah memberikan jawaban, misalnya bola-bola akan mereka umpamakan sebagai buah jeruk atau telur, mainan balok-balok dijadikan kue-kue, atau mainan sebagai barang jualan lainnya. Sehingga ide-ide dari tiap anak dalam satu kelompok pun terdapat aneka ragam ide.
Berilah respon positif, misalnya wah bagus sekali, wuih keren..., wah menarik.... Kemudian beri pertanyaan lanjutan. Kemudian apa lagi? Biarkan anak untuk berfikir dan mengutarakan pendapat-pendapatnya.
Usahakan untuk selalu memberikan dukungan ide baik melalui ekspresi, sikap dan perbuatan kita sebagai guru, sehingga anak akan merasa senang, merasa dihargai atas ide yang mereka lakukan.
Setelah saya mempelajari cara berfikir divergen pada modul tersebut, ternyata banyak hal yang sering kita temukan dan  telah diterapkan di kehidupan sehari-hari, baik itu di rumah maupun sekolah.
Seperti halnya orang dewasa, dalam mengatasi suatu masalah perlu dimunculkan berbagai alternatif solusi. Begitu juga dalam memberikan bimbingan cara berfikir divergen pada anak.
Semakin tinggi kemampuan divergennya, maka semakin kreatif pula anak tersebut. Ia akan terus berfikir, mencari alternatif dan pilihan solusi yang akan ia lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun