Sore itu, di bulan musim bunga Tabebuya bermekaran menunjukkan kecantikannya
Suasana kan begitu terasa makin tersentuh dan seru kala bunganya kemudian jatuh berguguran
Bagai perayaan pesta penyatuan dua insan yang jatuh hati lalu mengikat diri dalam ikrar sakral
Mengapakah semua orang dapat bergembira jika itu yang dilihat mata adalah sesuatu yang jatuh?
Menyakitkan!. Tidakkah itu menyakitkan untuk sesuatu yang jatuh
Dimana diantara plot cerita yang bisa aku menyusup masuk diantara bulan bulan tahun
Agustus pastilah menunggu gilirnya, ia adalah bulan kedelapan bersisa empat langkah lagi
Menuju tahun menggenapi kisah dan itu kan terus berulang lagi, lagi, dan lagi
Sampai di agustus pada tahun ini pun aku masih saja menyimpan keresahan, ingin ku gubah
Semesta bergerak dalam lintasannya, aku bergerak dalam pengaruh bius
Sadarkah, jika puncak tertinggi dari sesuatu yang jatuh adalah melepaskan
Menyerahkannya kembali kepada kendali alam semesta atas waktu mendatang
Kau pikir, aku tak berhati ataukah ini terlalu sulit untuk ku bicarakan
Sejauh ini, aku kira dengan merelakanmu kan mengurangi rasa jatuhku padamu
Perasaanku menggenangi kedalaman pikirku, hatiku, diriku
Harusnya ini kian lama kan membanjiri seluruh ruang kamarku dan membasahi kertas pesan itu
Tentramlah jiwa mereka yang memohon kerelaan atas inginnya yang memaksa
Senyatanya, melepaskan adalah sebuah bentuk menerima
Bagaimanakah semua orang dapat bergembira jika itu yang dirasakan hati adalah sesuatu yang lepas?
Aku membebaskanmu, namun bukan perasaan sakral yang mekar berbunga setia
Ku yakini, Tuhan kan mengembalikan sesuatu pada tempatnya
Jika itu kamu dan hatiku tempatmu
Serupa, bulan agustus yang menunggu gilirannya tuk dilewati, ditinggalkan, atau digantikan
Jika itu aku dan hatimu tempatku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI