Hujan yang ada diwajahku
Tak dapat gambarkan piluku
Sedihku mengenang yang dikasih
Pergi tinggalkan daging dan tubuh
Selisih waktu dapat dimengerti
Tapi, bisakah itu diterima hati?
Kugapai, kudapatkan memori
Diam diam mengintip ditirai
Berbalik aku mengutus luluhku
Dimanakah aku harus tempatkan
Tapak kakiku dan diriku ini teradu
Ku kerjakan bagian yang ada padaku
Demi sebuah upah lelah dari sang tuan
Tak senang hatiku menekan tuts tuts itu
Terasa melukai didasar sumur sanubari
Ditambahlah berita duka yang dicuri dengar
Sengaja ku hentikan sejenak kerja rodi ini
Aku ikut dalam sebuah upacara
Hujan di wajahku
Ku nikmati
***
Ditulis, awal bulan Juni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H