Mohon tunggu...
Mardhika Ika Sari
Mardhika Ika Sari Mohon Tunggu... -

waktu berjalan..dan aku tak tahu apa nasib waktu Tangan - tangan arwah ingatanku yang tipis..melucuti waktu menjaga daerah mati ini Dan ketika tangis tak berarti... dalam ruang hampa itu.. Dalam diamku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saniah

23 Maret 2014   12:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Dia, adalah cintaku yang sebenarnya.” Gumam Saniah lirih. Sejenak secuil kenangan bersama mentari yang pernah menemaninya beberapa waktu lalu melintas kembali di balik lamunan kelunya. Tangannya masih asyik memainkan sendok es jeruk di hadapannya.

Entahlah, apa itu yang dinamakan cinta oleh Saniah, aku sendiri tidak tahu. Menurutnya sang mentari sangatlah memberi kenyamanan bagi dirinya. Dibalik garang teriknya, yang terkadang terasa menyengat hingga ke hati, tak membuat Saniah menghentikan hubungannya dengan si mentari. Padahal yang ku tahu ketika itu Saniah telah dilamar perjaka ting – ting yang sekarang sedang bertugas di perbatasan di wilayah utara Indonesia.

Saniah berkenalan dengan mentari tanpa sengaja. Lewat sebuah pesan pendek yang nyasar di selulernya. Meski awalnya hanya berteman dan sebatas saling curhat saja, namun hubungan keduanya akhirnya melibatkan yang namanya rasa. Saniah yang mungkin merasa kesepian karena jauh dari perhatian sang kekasih, merasa sangat diperhatikan dan dimanjakan mentari. Sedangkan mentari yang memang sendiri itu membutuhkan Saniah sebagai teman curhat dan tempat ia memberikan perhatian yang akhirnya diterjemahkan sebagai kasih sayang oleh Saniah.

Dari hubungan itu, kelihatannya mereka saling take and give. Jika mentari membutuhkan sesuatu, baik berupa materi atau sekedar melepas rindu, Saniah pasti berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi. Begitu juga sebaliknya. Hingga mereka merasa saling memiliki satu sama lain.

Aku tak tahu bagaimana perasaan Saniah dengan perjaka nun jauh di sana. Yang notabene adalah calon suaminya. Saniah hanya banyak bercerita tentang rasanya kepada mentari. Dan menurutku cinta Saniah itu seperti layaknya cinta monyet ABG jaman sekarang. Rasa yang berbunga – bunga karena jatuh cinta, sepertinya menutup hati Saniah pada segala kekurangan yang ada pada mentari. Sering juga berselisih, namun akhirnya dapat diselesaikan. Dan ini membuat hubungan Saniah dengan mentari putus nyambung, putus nyambung. Persis sebuah lagu yang sering disenandungkan anakku kala bermain – main dengan temannya.

Menurut Saniah, Mentari selalu membelainya penuh hangat, selalu ada jika dibutuhkan, memandikannya dengan pancaran yang lembut setiap saat, sinarnya selalu membelah dan menyisir setiap helai anak rambutnya yang lebat legam seperti iklan shampoo yang sering ditayangkan di televisi, yang selalu memberikan senyum saat hari mulai berganti, dan selalu memberinya kenyamanan jiwa walau cuma sesaat.

Saniah merasakan betapa besar cinta mereka berdua. Meski watak mentari sekeras batu, di sisi lain mentari sangat penuh perhatian. Pernah pada suatu hari, setelah selama beberapa hari tak ada sms dari mentari, ketika Saniah sedang asyik mengetik memulai tugas rutinnya sebagai staf tata usaha di suatu perusahaan negara, tiba – tiba lampu indicator BB nya berkelip – kelip. Dan Saniah pun membuka pesan pendek di selulernya tersebut. “ Selamat pagi Cinta, selamat bekerja, maafkan aku ya, aku terlalu egois dan gak mau ngertiin kamu. Dan aku mengakui, tanpa hadirmu selama ini aku benar – benar tak berarti. Aku kesepian Cinta, aku rindu kamu. Oya, Cinta sudah sarapan belum ?” begitulah isi pesan pendeknya.

Ya sudah pasti wajah Saniah berbinar – binar dengan kalimat itu. Maklum, perempuan jika digombali dengan kata – kata yang sedikit mengena di hati, pasti langsung klepek – klepek. Dengan trampil jemarinya yang lentik menekan - nekan tombol kecil – kecil pada BB nya sambil senyam senyum sendiri untuk membalas pesan itu, “Pagi juga Cinta, iya…sama – sama, aku juga minta maaf ya…terlebih aku, aku kangeeeen banget..! udah kok, aku udah maem. Cinta sendiri gimana ?” akhirnya hubungan itu berlanjut lagi meski seminggu sebelumnya Saniah dicaci maki melalui sms dengan kata – kata yang membuat mendidih darahnya saat itu. Namun karena berat bagi Saniah untuk jauh dari sang mentari, buta hatinya karena rasa yang sungguh di luar kemampuannya, ia pun memberikan penjelasannya dengan sabar atas kesalahpahaman yang terjadi sebelumnya. Mungkin kesabaran Saniah juga yang akhirnya meluluh lantakkan keegoan mentari. Hingga bila sering terjadi kesalahpahaman, pasti bisa dikomunikasikan.

Hal – hal seperti itulah yang meyakinkan Saniah, bahwa mereka benar – benar saling mencintai, saling mengerti satu sama lain, saling memiliki. Hingga tak rela rasanya bila harus berpisah. Terbuktu setelah peristiwa itu kisah mereka berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.

Namun kini ia harus mau lepas dari mentari. Karena kesalahpahaman yang tidak bisa ditemukanpenyelesaiannya, mentari memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang menurutnya memang salah itu. Saniah luka, ia amat mencintai mentari. Segala mimpi dan asa sempat ia lukiskan jika suatu saat dapat membangun kehidupan yang benar – benar nyata bersama mentari. Setelah beberapa tahun mereka hanya bisa saling mencurahkan perhatian dan kasih sayang melalui sms, ataupun perjumpaan yang tak begitu lama, Saniah ingin mewujudkan mimpinya. Ia ternyata telah memutuskan hubungannya dengan sang perjaka tanpa sepengetahuan mentari. Demi untuk dapat hidup berdua dengan mentari pujaan hatinya itu. Dan….mentarinya kini menghilang tertutup awan tebal yang sebentar lagi akan mengundang gemuruh yang riuh dengan seringai angin puyuh yang seringkali datang pada seminggu terakhir di pertengahan bulan Maret ini.

Saniah masih duduk di depanku. Ada beberapa bulir bening menggelincir di pipi berdempul tipis itu. Dalam sisa – sisa tangis, Saniah menatapku dengan pandangan yang tidak seperti biasanya. Jauuuuuhhh ke dalam bola mataku, menyusuri semua yang ada di dalam tubuhku melalui aliran darahku. Ya, iya, aku merasakan sekali telisik rasa melalui tatapannya itu. Tatapan bola mata yang tidak begitu indah tetapi menarik, meminta welas asih pada seorang lelaki di hadapannya. Untuk mencintainyakah..? “Deg !” aku merasa ada sesuatu yang memukul lembut di dalam dadaku. Halus menelusup hingga ke dalam jiwa. Merambah di segala sudut rasa. Mati aku !!!

Degupan di dadaku semakin menjadi ketika pada akhirnya ku beranikan diri untuk menyusuri sosok manis menarik di hadapanku ini. Gila..!! apa yang membuatku tertarik juga pada perempuan ini….?? Apakah aku akan menjadi lelaki ke sekian di dalam cintamu Saniah…?

Saniah tersenyum. Mungkin ia tahu kemelut dalam hatiku. Tetap dia menatapku seperti itu. Namun tiba – tiba saja ia berdiri dengan hati – hati. Aku tetap pada posisiku. Aku mengikuti gerakannya dengan bola mataku saja. Ia tersenyum lagi. Kali ini sangat maniiiiiss…mungkin lebih manis dari gula – gula pesanan anakku yang ada di tas plastik di samping kiriku. “Jay, terima kasih ya…aku pamit dulu.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Akhirnya mau tak mau aku ikut berdiri dan menjabat tangan Saniah. Kulit telapak tangannya tak begitu lembut. Kasar seperti kulit telapak tangan kuli bangunan atau kuli angkut di terminal dan pelabuhan. Menandakan dia seorang pekerja keras. Hmm…

Kini sudah enam bulan lebih aku tak bertemu dengan Saniah. Telpon atau sms pun tidak. Nomor gsm miliknya yang terdaftar di hape ku tak bisa dihubungi ketika aku merasakan rindu yang teramat dalam padanya. Akun facebook nya pun juga tak diaktifkan. Saniah, di mana kau sekarang ? tak tahukah kau sejak perjumpaan kita yang terakhir itu, ternyata aku mulai memendam rasaku ? Segala aktifitasku agak terpengaruh oleh rasa ini. Hubungi aku Saniah, telpon atau sms. Aku mau dan rela menjadi mentarimu, Saniah…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun