Di era digital ini, teknologi dan kemudahan akses informasi telah menciptakan banyak peluang, termasuk di bidang keuangan. Salah satu contohnya adalah munculnya pinjaman online atau pinjol yang memberikan solusi praktis untuk kebutuhan finansial masyarakat umum. Namun selain kemudahan penggunaannya, pinjol juga berpotensi bahaya jika tidak digunakan dengan bijak. Masyarakat umum bisa lebih sadar akan permasalahan keuangan lainnya dan hal-hal terkait utang dengan memanfaatkan literasi keuangan.
Berdasarkan laporan otoritas jasa keuangan (OJK) mayoritas penerima pinjaman online (pinjol) di Indonesia adalah anak muda berusia 19 hingga 34 tahun dengan jumlah penerima 10,91 juta dengan jumlah pinjaman sebesar Rp.26,87 triliun pada juni 2023. Jika dilihat dari tren ke belakang, jumlah penerima pinjol meningkat 2,6% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 6,32 juta penerima.
Kemudia pada urutan kedua disusul peminjam berusia 35 hingga 54 tahun dengan 6,49 juta penerima dan pinjaman sebesar Rp17,98 triliun pada Juni 2023. Jumlah tersebut meningkat 2,7% secara bulanan dan 43,5% secara tahunan.
Selanjutnya,urutan ke tiga penerima pinjol yang berusia di atas 54 tahun sebanyak 686.354 dengan pinjaman sebesar Rp.2 triliun. Jumlahnya meningkat 3,2% dibandingkan pada Mei 2023 secara bulanan, tapi turun 54,3% secara tahunan.
Yang ke empat penerima pinjol berusia di bawah 19 tahun sebanyak 72.142 dengan pinjaman sebesar Rp168,87 miliar per Juni 2023. Jumlah penerimanya lebih tinggi 12,5% secara bulanan, tapi turun 86,5% secara tahunan.
Oleh karena itu, meningkatkan literasi keuangan menjadi kunci utama untuk membangun kepercayaan dan memanfaatkan pinjol secara bertanggung jawab. Dengan memahami risiko dan manfaat pinjol, memilih platform yang aman dan terpercaya, serta menghitung kemampuan finansial, masyarakat dapat terhindar dari bahaya pinjol dan menggunakannya sebagai solusi finansial yang bermanfaat.Â
Meningkatkan literasi keuangan tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi industri pinjol secara keseluruhan. Dengan membangun kepercayaan masyarakat, industri pinjol dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Maka dari itu Solusi untuk diri sendiri agar terhindar dari pinjol.
Pertama, Buat anggaran keuangan yang logis dan patuhi anggaran tersebut.
Kedua, utamakan kebutuhan daripada keinginan, jika kebutuhan sudah tercukupi maka boleh untuk membeli keinginan dalam batas wajar.
Ketiga, Menabunglah secara rutin untuk dana darurat dan tujuan keuangan lainnya, contohnya jika kita sakit, kita bisa menggunakan dana darurat.
Keempat, Carilah informasi dan edukasi tentang keuangan dari sumber yang terpercaya baik dari media sosial contohnya youtube atau buku edukasi keuangan.
Kelima, Hindari gaya hidup konsumtif dan hiduplah sesuai kemampuan atau Bahasa gaulnya jangan mengikuti gengsi.
Keenam, Jika membutuhkan pinjaman, pilihlah pinjol yang terdaftar dan terpercaya di OJK.
Ketujuh, Hitunglah kemampuan finansial sebelum mengajukan pinjaman agar Ketika membayar pinjaman tidak merasa diberatkan dalam hal membayar.
Kedelapan, Gunakan pinjol untuk kebutuhan yang produktif.
Kesembilan, Bayarlah pinjaman tepat waktu agar terhindar dari denda dan bunga yang tinggi.
Pinjaman online (pinjol) memberikan solusi praktis di era digital, namun harus diimbangi dengan literasi keuangan yang konservatif. Meningkatkan angka melek huruf dan mengembangkan kepercayaan sangat penting untuk memanfaatkan pinjol secara maksimal tanpa menghakimi. Melalui edukasi, sosialisasi kepada masyarakat, dan kolaborasi antar organisasi, masyarakat umum dapat mengetahui manfaat pinjol dan menggunakannya sebagai solusi keuangan yang bermanfaat. mari kita bersama-sama meningkatkan literasi keuangan dan membangun kepercayaan di era digital agar pinjol dapat menjadi solusi yang bermanfaat bagi semua kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H