Mohon tunggu...
Moh. Wenning Ghalih
Moh. Wenning Ghalih Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Darul Arqam

Janganlah karena sayapmu yang patah menjadi keterbatasanmu untuk terbang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Kebahagiaan Sejati

15 April 2022   00:00 Diperbarui: 15 April 2022   00:02 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum wr wb.
Bismillahirrahmanirrahim.


Bahagia itu apa sih?
Menurut KBBI, ba·ha·gia 1 n keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan) 2 a beruntung; berbahagia
Sedangkan jawaban orang-orang ternama diantaranya:
Menurut Buya Hamka, Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia.
Menurut Messi, aku hanya bahagia dengan bola di kakiku.
Menurut Samuel Jahnson, orang yang bisa menggunakan dan menyimpan uang adalah orang yang paling bahagia, karena ia memiliki kedua kesenangan.
Banyak orang juga yang mengatakan: "Bahagia itu sederhana, cukup dengan secangkir kopi dan sebatang rokok", "Bahagia itu ketika aku berada di sisimu", atau "Bahagia itu menikmati hari tua dengan uang mengalir" dan lain-lain.


Namun, bahagia menurut pandangan orang-orang di atas memiliki jangkauan yang tidak komprehensif. Konsepnya bersifat umum dan luas. Belum tentu bahagia bagi orang yang satu bahagia bagi orang lainnya. Misalnya orang pertama sangat menyukai sapi panggang. Setiap kali ia memakan sapi panggang hatinya senang tak keruan. Sedangkan, orang kedua tidak menyukai sapi panggang karena baginya daging sapi itu terlalu keras. Ia lebih menyukai daging ayam. Dari contoh cerita singkat di atas kita tahu bahwa setiap orang memilki jenis dan kadar kebahagiaan yang berbeda-beda. Manusia hanya bisa menciptakan definisi kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan tersebut juga hanyalah kebahagiaan palsu yang datang lalu pergi. Kebahagiaan yang tidak kekal dan akan lenyap kapanpun itu.


Maka, kebahagiaan apakah yang sejati? Kebahagiaan apakah yang benar-benar bisa membuat semua orang bahagia? siapapun itu? Kebahagiaan apakah yang kekal dan tidak ada habisnya? Jawabannya adalah Al-Quran dan Sunnah.


Kenapa Al-Quran dan Sunnah?
Allah yang menciptakan manusia. Sudah semestinya pencipta mengetahui hal-hal sepele sampai hal-hal serius dan umum yang dibutuhkan ciptaannya. Layaknya professor yang menciptakan robot, ia pasti tau permasalahan-permasalahan yang dimiliki robot tersebut. Dari eror yang kecil sampai tingkat virus yang terdeteksi. Dan tentunya disertai solusi. Maka, Allah adalah pencipta kita, manusia, maka pastilah dia mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan ciptaannya. Setiap penyakit-penyakit disertai obatnya, solusi dari cobaan hidup yang tak kunjung selesai. Maka, kata ustad Adi Hidayat "jika anda ingin mengetahui segala hal terkait manusia, maka bertanyalah kepada Allah". Dialah pemilik hudan, petunjuk, bagi siapapun yang menginginkan kebahagiaan. Yang menginginkan kesenangan sejati yang terbuka bagi semua orang yang berusaha. Kebahagiaan sejati yang kekal abadi.


Kebahagiaan itu sendiri ada 2 macam: Kebahagiaan akhirat dan kebahagiaan dunia.


Pertama, kebahagiaan syurga adalah kebahagiaan yang sesungguhnya di akhirat kelak. Kebahagiaan kekal abadi tanpa ujung, tentunya untuk sampai kesana harus melewati pintu kematian dan dihisab terlebih dahulu. Apabila timbangan kebaikannya lebih tinggi dari timbangan keburukan. Maka, bergembiralah mendapat hadiah yang tak pernah dipandang mata. Mudah-mudahan kita termasuk ke dalamnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَّسَعِيْدٌ
"Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia."
(QS. Hud 11: Ayat 105)
Dari ayat di atas yang dapat kita pahami, bahwa di akhirat kelak seluruh manusia di kumpulkan. Semua amal kebaikan dan amal keburukan yang mereka kerjakan saat di bumi tercatat terperinci bahkan walaupun sebesar biji zarrah, walau hanya menyingkirkan paku di jalan. Di alam ini semua manusia dibungkam mulutnya. Tak ada mulut seorangpun yang berbicara. Uniknya, dari bisunya semua orang ini, memiliki respons perasaan yang berbeda beda. Distingsi yang amat nampak, ada orang yang dalam hatinya bahagia dan adapula yang dalam hatinya nestapa. Orang yang bahagia karena tempat kembalinya syurga. Sedangkan, orang yang nestapa atau bersedih ketakutan karena tempat kembalinya neraka. Mereka kaum hedonisme yang terlalu mendamba-dambakan materi dunia kini gelisah, menyesal karena tak ada sepeserpun harta yang terbawa sampai kemari.
Kata bahagia pada ayat di atas diungkapkan dengan kata sa'id (َسَعِيْد) dalam suasana akhirat. Seolah mengisyaratkan bahwa kebahagiaan sejati eksistensinya hanya ada di akhirat semata. Allah menggambarkan kebahagiaan syurga walau takkan terbayang oleh kita dalam ayat-ayatnya diantaranya QS. Hud 11: Ayat 108, QS. At-taubah : 72, QS. al-waqiah: 15-24 dan QS Ad-Dhuha: 4-5.


Kedua, kebahagiaan dunia adalah kebahagiaan yang semu dan sementara. Itulah kenapa disebut dunia (الدنيا)  , sesuatu yang singkat dan cepat. Sedangkan, tempat kediamannya adalah ardhu (ارض)  ,  sesuatu yang dipijak.     Seolah keduanya melukiskan bahwa di manapun kamu berpijak entah itu di pasar, mini maket, tempat kerja, taman, rumah dan sebagainya waktu akan terasa cepat. "Rasanya baru kemarin SMA, eh sekarang udah alumni. Rasanya baru kemarin nikah, eh sekarang udah punya 5 cucu lagi" itulah dunia terasa secepat kilat. Maka Allah berfirman di akhir ayat 20 surat al-hadid:
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ
"Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan (semu)  yang menipu."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 20)
Dari ayat di atas, disebutkan bahwa dunia adalah  مَتَا عُ الْغُرُوْرyang artinya kesenangan semu yang (kadang) menipu. Semua kesenangan di dunia seperti danau di padang gersang. Ketika hati terlanjur gembira, kaki terlanjur melangkah. Ternyata hanya bayang-bayang yang kita kejar. Seberapa besar pun kita mengejar dunia, harta yang berlimpah, wanita yang cantik jelita, tahta yang menggiur, semua itu sia-sia akan lenyap seketika ketika ajal menjemput. Ya, seberapa besarpun kebahagiaan di dunia akan terpotong oleh kematian. Sebagaimana dalam firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati."
(QS. Ali-Imran 3: 108)


Ikhtisarnya, kebahagiaan sejati bukanlah di dunia yang semu ini yang penuh dengan kesenangan palsu semata namun kebahagiaan sejati ada di akhirat yang kekal dan abadi. Ketika kita mengejar kebahagiaan akhirat, kata ustad Adi Hidayat "maka percikan kebahagiaan itu akan menetes di bumi, mengalir menuju firdaus sebagai puncak kebahagiaan tertinggi". Kita juga akan merasakan setidaknya percikan kebahagiaan dari akhirat walau tak akan sama.


Akhir kata dari saya "Dunia hanyalah sehelai daun dari pohon-pohon balai syurga"


Terima kasih banyak telah membaca artikel saya, semoga ilmunya bermanfaat. Mohon maaf apabila banyak kesalahan yang menyinggung, Kebenarannya dari Allah, kesalahannya murni dari saya.
Wassalamualaikum wr wb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun