Mohon tunggu...
M Wahyu Alfandi
M Wahyu Alfandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

yang penting ganteng dulu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh dan Perkembangan Aliran Jabariyah dalam Pemikiran Islam

15 Oktober 2024   12:01 Diperbarui: 15 Oktober 2024   12:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Jabariyah berasal dari kata "jabr", yang berarti paksaan atau keterpaksaan, mengacu pada doktrin bahwa manusia dipaksa oleh kehendak Allah dalam segala tindakannya. 

Aliran ini muncul pada masa awal perkembangan pemikiran islam. Aliran Jabariyah dikenal dengan pandangannya yang deterministik, yaitu keyakinan bahwa semua tindakan manusia sudah ditentukan oleh Allah, dan manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam perbuatannya.

1. Sejarah Munculnya Aliran Jabariyah
Aliran Jabariyah muncul pada abad pertama Hijriah, bertepatan dengan periode awal perkembangan Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai pendiri atau tokoh utama dari aliran ini adalah Jahm bin Safwan, seorang teolog dari abad ke-8 Masehi.

 Jahm bin Safwan adalah seorang intelektual yang hidup di bawah Dinasti Umayyah, di mana ia memperkenalkan pandangan deterministik mengenai hubungan antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan.

Pemikiran Jabariyah muncul sebagai reaksi terhadap situasi politik dan teologis pada masa itu. Dalam konteks politik, Dinasti Umayyah mengalami berbagai ketegangan dan pemberontakan, yang pada akhirnya memunculkan perdebatan tentang kekuasaan dan takdir. 

Pada saat yang sama, ada aliran-aliran teologis lain yang mulai berkembang, seperti Qadariyah, yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam tindakannya.

 Aliran Jabariyah menentang pandangan ini dengan menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kuasa atas kehendaknya sendiri, dan bahwa segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, sudah diatur oleh Allah.

2. Doktrin-Doktrin Utama Aliran Jabariyah
Ada beberapa doktrin utama yang menjadi dasar pandangan Jabariyah mengenai kehidupan dan kehendak manusia, antara lain:

a). Determinisme Mutlak: Jabariyah meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk tindakan manusia, sudah ditetapkan oleh Allah. Manusia tidak memiliki kebebasan atau kontrol atas tindakannya. Semua perbuatan manusia, baik atau buruk, sepenuhnya berada di bawah kendali Tuhan.

b). Ketiadaan Kehendak Bebas: Pandangan ini terkait erat dengan determinisme. Menurut Jabariyah, manusia hanyalah "alat" dari kehendak Tuhan. Mereka berargumen bahwa karena Tuhan Maha Kuasa, segala sesuatu yang terjadi adalah sesuai dengan kehendak-Nya, dan manusia tidak bisa mengubah atau mempengaruhi takdir yang telah ditetapkan.

c). Penolakan terhadap Pertanggung jawaban Individu: Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab atas perbuatannya. 

Segala perbuatan manusia, baik maupun buruk, adalah hasil dari kehendak Tuhan. Dengan demikian, dosa atau kebaikan bukanlah hasil dari pilihan manusia, tetapi merupakan hasil dari ketetapan ilahi.

Pandangan-pandangan ini menimbulkan kontroversi di kalangan ulama Islam. Banyak yang menganggapnya sebagai pandangan ekstrem karena menghilangkan tanggung jawab moral manusia atas tindakannya.

3. Perdebatan dengan Aliran-Aliran Lain
Aliran Jabariyah tidak berkembang dalam ruang hampa. Kehadirannya memicu perdebatan dengan berbagai aliran pemikiran lainnya, terutama Qadariyah dan Mu'tazilah. Kedua aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam bertindak, meskipun mereka berbeda dalam hal batasan kebebasan tersebut.

a. Perdebatan dengan Qadariyah
Qadariyah adalah aliran yang muncul sebagai reaksi terhadap determinisme Jabariyah. Mereka percaya bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.

 Menurut Qadariyah, Allah memberikan manusia kemampuan untuk memilih, dan dengan demikian, manusia bertanggung jawab atas dosa atau pahala yang ia dapatkan.

b. Perdebatan dengan Mu'tazilah
Mu'tazilah, yang kemudian menjadi salah satu aliran teologi besar dalam Islam, juga menolak pandangan Jabariyah. Mereka menekankan kebebasan manusia dan tanggung jawab moral dalam segala tindakannya. Bagi Mu'tazilah, konsep keadilan Tuhan hanya bisa dipahami jika manusia memiliki kebebasan untuk memilih antara yang benar dan yang salah. Mereka juga percaya bahwa meniadakan kebebasan manusia akan merusak konsep keadilan Ilahi.

Dalam perdebatan ini, Jabariyah seringkali dianggap terlalu ekstrim karena menghilangkan unsur tanggung jawab moral manusia, sementara lawan-lawannya seperti Qadariyah dan Mu'tazilah berusaha untuk menjaga keseimbangan antara kehendak Tuhan dan kebebasan manusia.

4. Pengaruh Jabariyah dalam Pemikiran Islam
Salah satu pengaruh jabariyah adalah memicu perdebatan yang lebih mendalam tentang kehendak bebas, takdir, dan keadilan Tuhan. Beberapa pemikir kemudian berusaha mencari jalan tengah antara determinisme Jabariyah dan pandangan bebas Qadariyah.

Salah satu mazhab besar yang muncul sebagai tanggapan terhadap Jabariyah adalah aliran Asy'ariyah. Aliran Asy'ariyah, yang dipelopori oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari, berusaha mencari keseimbangan antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia. 

Mereka menolak determinisme mutlak Jabariyah, tetapi juga tidak sepenuhnya mendukung pandangan Qadariyah. Dalam pandangan Asy'ariyah, manusia memiliki kapasitas untuk memilih, tetapi kehendak Allah tetap mendominasi segala sesuatu

5. Kemunduran dan Pengaruh yang Tersisa
Aliran Jabariyah mulai kehilangan pengaruhnya pada abad ke-9 Masehi, terutama setelah munculnya mazhab Asy'ariyah dan Maturidiyah yang lebih moderat dalam memahami hubungan antara kehendak manusia dan takdir ilahi. Namun, beberapa elemen dari Jabariyah tetap hidup dalam beberapa tradisi Sufi yang menekankan penyerahan total kepada kehendak Tuhan.

Kesimpulan
Aliran Jabariyah membawa pengaruh besar dalam sejarah awal pemikiran teologi Islam, khususnya dalam perdebatan tentang kehendak bebas dan takdir. Meskipun pandangan deterministik mereka tidak diterima secara luas oleh mayoritas ulama dan teolog, pemikiran mereka memicu diskusi yang lebih mendalam tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. 

Perkembangan pemikiran Islam setelahnya menunjukkan bagaimana gagasan Jabariyah membantu membentuk kerangka teologi yang lebih komprehensif, meskipun akhirnya diambil oleh aliran-aliran lain yang lebih moderat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun