Substansi dari pribumisasi Islam. Sampai saat ini, mereka masih terus berdebat tentang hubungan mereka. Sangat menarik untuk merekonstruksi perspektif Abdurrahman Wahid tentang pribumisasi Islam di tengah arus perubahan global yang ditandai dengan penguatan gerakan budaya fundamental yang tidak menguntungkan.
Abdurrahman Wahid melihat agama dan budaya sebagai dua entitas yang berbeda. Budaya adalah hasil ciptaan manusia yang selalu berubah, sementara agama berasal dari wahyu, yang bersifat normatif dan cenderung permanen. Â Masing-masing memiliki wilayah mereka sendiri. Â Namun, wilayah yang digarapnya sebenarnya tumpang tindih satu sama lain. Â Namun, perbedaan ini tidak berarti bahwa keduanya harus terpisah di tingkat manifestasi kehidupan.Â
Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang universalisme Islam berasal dari sumber-sumber pemikiran Islam klasik. Abdurrahman Wahid menggambarkan universalisme Islam sebagai ajaran yang sempurna dalam lima prinsip utama. Kelima jaminan dasar ini bersifat universal dan mencakup (1) keselamatan fisik warga negara dari tindakan kriminal di luar batas hukum, (2) keselamatan keyakinan agama seseorang tanpa dipaksa untuk mengubah agamanya, (3) keselamatan keluarga dan keturunan, (4) keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar batas hukum, dan (5) keselamatan profesi.Â
Sangat penting untuk memahami pemikiran tentang universalisme Islam ini karena dapat menjadi dasar untuk memahami perbedaan yang ada. Â Perbedaan adalah fakta yang tidak dapat dihindari. Â Memahami bahwa perbedaan adalah bagian dari kehidupan adalah sikap yang bijak. Â Dalam perspektif ini, pemikiran Abdurrahman Wahid tentang universalisme Islam penting untuk diteliti dan direkonstruksi sehingga dapat disesuaikan dengan perubahan zaman. Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H