Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak Indigo Mendirektif para Koruptor Galau (#04/19)

25 September 2012   00:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_207755" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-BCDP #04/19"][/caption]

(1)

Suasana hati kaum politisi Jawa Tengah tampaknya sebanding dengan galaunya cuaca Musim Kering tahun ini --- ada berkali-kali pertemuan kongkalikong mirip semasa mereka berkuasa.

 

Siapa mereka ? Pimpinan parpol yang dulunya juga berkelindan menggorok APBD --- mereka risau, walaupun vonis mereka telah “dicapai mantap”, tetapi penangkapan Hakim Tipikor merisaukan mereka.

 

“Pers dan Rakyat goblok masih mengungkit-ungkit kasus dan perkara kita !” kata pria berkoplok sepertinya jengkel.

 

“Gile gue tetap saja digorok si Adiyaksa --- anak sunat, anak kawin, ulang tahun bunda, macam-macam alasan ---dari dia itu aku tahu ada LSM akan ungkit-ungkit proyek lama itu”

 

Ada 7 orang politisi jantan-betina saling pandang clingukan seperti binatang Mirkat Madagaskar --- wajah dan body-language mereka seperti manusia bingung paranoid.

 

Tampak Ibu Maslikha seperti memainkan organ, mengetuk-ngetukkan jemarinya di bibir meja --- dia itu berperan canggih, dalam proses pengadilan ia luput, tidak dilibatkan --- jadi Saksi saja tidak. Biar dia mempunyai networking ke Penegak Hukum, hidupnya penuh kekuatiran dan tidak tentram selama hampir 7-8 tahun ini.

 

Maslikha kini mengalami tremor, sikunya selalu mengepak-ngepak --- dan ini yang menggelisahkan, penyakit keputihannya tidak sembuh-sembuh --- dengan suaminya yang menjadi Manager Bank Pasar pun menjadi renggang.

 

(2)

Mas Bejo sengaja datang dengan temannya yang mengemudikan Jeep terbuka --- pemuda itu lengkap dengan jacket atribut Ormas.

 

Setelah memberi salam Mas Bejo dan Oemar langsung duduk di beranda belakang rumah mewah itu --- ia telah mendapat aba-aba dari Satpam, bahwa Pak Irkamsyah bersedia menemui mereka.

 

Pak Irkamsyah membimbing kedua tamunya masuk ke Ruang Keluarga --- dentingan jam Junghan mengalun, tetapi menggetarkan gemuruh jantung pemuda Ormas itu, ia asing dengan denting jam mewah itu.

 

“Pak saya sudah memberi voorschot besar pak --- jangan dibatalkan pak, nanti bapak kualat ……….. Dhalang Brotolaksono bukan sembarang dalang pak, dengar-dengar pihak istana pun akan menanggap beliau”

 

“Enggak, enggak batal, bukan pembatalan --- hanya reskedul, rephrasing begitu ……..”, jawab pak Irkamsyah tergagap.

 

“Itu proyek kemahalan kata kawan-kawan --- mbok Rp. 200 juta saja !”

 

“Kualat pak --- itu pejabat asal Rembang membayar lebih mahal, dibayar secara pribadi lho pak.  Tampaknya ia akan luput dari jebakan penjara pak !”

 

“Weiiiiis,  ta’ rundingan sik ……………. Kawan-kawan saiki hidupe sudah senin-kemis, enggak punya artos, enggak punya likuid --- 2-3 hari ini bapak kabari, nomor telpon tetap ya ?”

 

“Agenda untuk Bapak dan Kawan-kawan paling tepat Selasa Legi tanggal 9 --- kalau tidak, ada boss Ekskutif Banten akan pakai tanggal itu.

 

Kedua pemuda itu senyum-senyum mengantongi amplop tebal.

 

(3)

Bejo mampir ke Bank menambah tabungan Mila --- “Ma, tabungane ta’ tambah Rp. 5 juta !”.

 

Mila tersenyum, kandungannya kini berumur sekitar 24 pekan.

 

(4)

“He, Tambi --- proyek Wayangan tidak bisa direskedul, tarif maharnya tetap seperti komitmen terdahulu …………………. Kualat kowe ! (Piye, piye ? --- ada jawaban insert  manusia yang dipanggil Tambi)”.

 

“Begini, begini, kita harus lebih intelek-lah --- ini anak Indigo juga telah memberi konsultasi kepada pejabat-pejabat Jakarta --- dia itu dipakai yah polisi, yah jaksa, orang-orang ditjen pajak dan bea cukai --- direktifnya didukung para Senior Jal “.

Kedua orang yang terpisah tempat kedudukan itu --- sikap tubuhnya sama, tertunduk-tunduk seperti orang Osteoporosis --- satu di Kawasan Candi yang satu di rumah mewah Jangli.

 

“Gue enggak senang kita harus konsultasi di Hotel-hotel mewah --- entar kite dibuntuti !”

 

“Jangan bicara dibuntuti ---  kowe sak iki wis dikepung Rakyat lapar dan tukang todong ngerti ?”

 

Pak Irkamsyah menghembuskan nafas berat.

 

(5)

“Dik Claudia, itu tempat …………… hotel itu aman, enggak malah kita digrebeg diperas nantinya ?”

 

“Hotel di Anyer atau sekitar Banten yang terpilih aman Om --- di Bali juga boleh Om, itu pak Bambang PLN juga kemarin di Bali --- hasil Tarrot dan Terawangan Claudia sama tu ………………… kasusnya mentok, para Hakim membebaskan --- hanya satu yang menentang. Om dengan trawangan Claudia ………….. Om tidak akan salah langkah.  Kasus kalau salah langkah Om bisa duit habis masuk penjara pula --- di penjara ongkos lebih mahal Om.  Keluar 2 tahun bisa jatuh miskin, dimakan supir penjara Om. Kejam-kejam Om seperti Kepinding Penghisap Darah  Om”

 

“Jadi, nanti Om konfirmasi, bapa-ibu itu milih lokasi mana --- ada 5 orang yang berkonsultasi”

 

“Satu orang Rp. 100 juta Om --- tidak peduli bekas pimpinan DPRD atau pensiunan polisi atau jaksa --- management Claudia professional Om !”

 

Anak Indigo yang bernama Claudia itu berdiri sambil menghirup sirup Terong Belanda kiriman pejabat Medan Sumatera Utara --- yang Peta Penyelesaian Kasusnya ditetapkan oleh Claudia………………………..

(6)

Dari Dokter Kandungan, Dokter Arshanti Puspowarno, Bejo dan Mila menuju ke Mall di tengah kota Magelang --- mau beli pakaian bayi, perlengkapan ibu melahirkan, prabotan untuk kamar bayi --- kamar bayi Mila telah direnovasi, kamar yang mempunyai jendela ke timur (tampak kedua sejoli itu berkembang ekonominya, mereka terlibat dalam kemakmuran Economics of Corruption ).

 

[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo – bersambung #04/20)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun