Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendekar Kobat Berebut Pedang Mongol Tidak Bersarung (Cersil #07)

21 Agustus 2012   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Sahibul kalam adalah Raja di Raja Kedah mengundang Sang Nakhoda dan Pendekar kenamaan  Selat Malaka.

“Ampun patik Tuanku Raja Duli yang Maha Mulia --- berkenan paduka, beta menghadap, apalah tugas beta tidak berkenan di hati Duli junjungan hamba ?"Sembah Pendekar Kobat dengan takzim di hadapan Raja di Raja Kedah, Tuanku Syah Alam Perkasa Taklukan para Sultan dan Raja sejak Coromandel sampai pun di Mindanoa …………..

Raja tersenyum menghaturkan Sang Pendekar agar bersimpuh di hadapan.

“Encik Pendekar handal, tauladan puak Melayu yang mengusir Lanun Cina di Muara Sungai Musi sampai pun ke Palembang ………… adakah pendekar mendengar Raja Jawa mengejar sisa pelaut Mongol sampai-sampai ke Bangka Balitung ?”

“Ampun baginda, ada hamba dengar ketika singgah di pelabuhan Jepara --- Raja Jawa ‘tu hendakkan pedang sakti Punggawa Mongol ……………. Konon pedang tu titipan Kaisar Kubilai Khan pada Panglimanya yang menyerang Majapahit ……………. Panglima tu tewas di tangan Panglima Jawa Cakrabhirawa di padang perang di desa Bobotsari. “

“Ampun baginda, dari kisah yang hamba dengar --- penistaan Raja Jawa terhadap utusan-utusan Mongol …………. Sungguh mengundang dendam tuanku !”

“Diberitakan Hulubalang Mongol mati-matian memperebutkan pedang panglima agar jangan jatuh ke tangan pasukan Jawa ……………. Ampun tuanku, konon sudah berpuluh pertempuran memperebutkan pedang panglima itu ……………. Pihak Mongol sampailah mereka melarikan diri ke Medang, lantas sampai di Gebang ………… dengan pengaruh Ki Gde Kawali, dengan kawalan pelaut Banten …………… bisalah Hulubalang Sinoglu Orankuya lolos sampai ke Natuna ………….. dengan perintah Kaisar Cina --- tiada boleh Pedang Panglima itu jatuh ke Raja Jawa ……….”

“O, jadi Raja Banten bersekutu dengan Pelaut Cina tu ?”

“Auo tuanku --- Kerajaan Banten ingin jaminan perniagaan dan cukai Tuanku”

Hening Balairung “Cergas Tata Mangkubumi” di mana Raja Kedah merundingkan hal yang mustahak itu.

“He, Kobat aku berniat mematahkan Hulubalang Mongol tu di Pulau Natuna --- rebut Pedang Panglima itu --- untuk peringatan pada Kaisar Mongol …………….. tiada boleh ia menjejakkan kakinya di Semenanjung “

“Lantas apakah tidak mengundang perkara besar itu paduka ?“

“Tidak adalah itu Kobat --- matarantai Kedah dari Coromandel sampai Moro dan Mindanao, bukanlah tabir asap. Takkan berani mereka ‘kena kuncah’ pelaut Melayu di Selat Malaka --- lain dengan raja-raja di Pulau Jawa, Mongol berkepentingan untuk merebut pulau tu untuk bahan makanan merebut kawasan Nusantara ni”.

“Bagaimana Banten ?”

“Tidak jadi apa pun Banten, Galuh, Cirebon, Gebang --- sampai pun Pejajaran.Mereka bukanlah penceroboh, mereka tu menantikan Kekuatan Penjamin --- mereka kehilangan induk sejak Kerajaan Sriwijaya pupus …………… tidak usah risau.Justru beta ingin peringatkan Mongol, bahwa ada Penguasa Selat Malaka yang berhakmelindungi Pulau Jawa !”

“Baiklah paduka Tuanku --- patik bersedia pun menyongsong sisa pelaut Mongol itu --- biarlah beta mati berpulang nama --- untuk kejayaan Maharaja Kedah Pemangku Tanah Semenanjung !”

(2)

Telah 6 purnama Pulau Natuna Besar dikepung di mana ada 11 Jukung Cina ditambatkan --- tetapi puluhan kapal Moro telah bersiap menghadang armada Cina yang konon akan dikirimkan Kaisar. Sementara itu utusan ke sisa Singasari atau pun Majapahit dan Banten telah sepakat --- membiarkan sisa armada Mongol dihancurkan serentak.

Terjadilah pertempuran yang seru di Pulau Bangka. Pulau Belitung sampai ke Pulau Lingga, sampai pula ke Pulau Singkep --- pertempuran menghancurkan Bajak Laut sisa armada Mongol berkesudahan --- bereslah keamanan pelayaran niaga dari Timur Pulau Amboina, sampai Pulau Cendana di Sunda Kecil --- dari Tidore ,Morotai, Papua sampai Kepulauan Sangihe --- sampailah pula pertempuran di Pulau Natuna Besar.

Perang pelontar api dari Perang Gaya Peurlak dan pelontar api dari pelaut Seria telah membakar habis sisa armada Mongol --- dari sekeliling Pulau Natuna Besar telah mendarat pelaut Kerajaan Kedah --- adalah Pendekar Kobat telah mengetahui Hulubalang Sinoglu Orankuya berada di Desa Banai.

Hulubalang Sinoglu Orankuya telah mafhum bahwa serangan Kedah ke Pulau di Laut Selatan itu tidak lain hanya --- memperebutkan hegemoni puak Melayu yang mendiami Nusantara. Mereka menginginkan Pedang Panglima ……………. Sebagai berakhirnya Ekspidisi Mongol ke Nusantara …………………..

(3)

“He Orang Melayu --- pasukan darat Mongol telah menguasai dunia dari Barat sampai ke Timur, dari Utara sampai ke Selatan --- Aku berasal dari Pegunungan Burkhan Khaldun, tidak menyerahkan Pedang Panglima kepada Orang Puak Melayu.Kami mengharungi Pegunungan Altai sampai menerabas Gurun Gobi --- Tentara Mongol merambah Asia sampai Eropa --- Mongolia melintasi Sungai Danube sampai Laut Mediterania --- sampai juga ke sungai-sungai besar Anak Benua di India ……………… redakan pertempuran. Ayo mana Panglima Melayu ………… mari memperebutkan Pedamg Panglima tiada bersarung di pinggang sabuk kulit binatang Yak ………..”

Hop …………. Siaaaaaaaaaaaaap treng preng ……… claap sap …….. siiiiiiiiiiiiiiep zet zet preng prang --- begitulah perang tanding telah berlangsung ganas --- sejak Pendekar Kobat terbang menyongsong tantangan Hulubalang Sinoglu.

Zeeeeeeep siuuuut --- begitu seram bunyi tebasan-tebasan pedang panjang berkilat-kilat dari Hulubalang Sinoglu.Pendekar Kobat mengerti harus memakai apa ia menghadapi Mongol galak ini.

Tiba saja ia ia bergulung-gulung menghindar dari kejaran tebasan pedang panjang ---begitu ia melompat ala Harimau Campa --- sekelebat ia menangkap Tombak Tripang berkait, alat  pemburuan Ikan Paus di perairan Sunda Kecil.

Dua senjata itu beradu mengeluarkan api --- crap preng sep.Ziip seng klap.

Pedang Sinoglu dipuntir tripang --- dihempaskan sampai terlepas, secepat kilat kaki Sinoglu dikait arit Tombak tripang sehingga otot tumitnya putus …. Sinoglu berputar-putar satu lagi tumitnya dikait tombak tripang --- ia lumpuh tidak bisa berdiri lagi, berguling-guling …………… tiadakhayal lagi …………… Creb, hek, hoor hoor --- darah Sinoglu muncrat luka di dada kirinya, dan darah meleleh dari mulut, hidung dan telinganya…………….

(4)

“Maaf paduka Raja di Raja --- kiranya pedang panglima ini ternyata tidak bersarung paduka”

“Memang begitulah Kobat --- sarung pedang sakti memang tertinggal dipinggang pemilik, ketika ia menancap melekat di tubuh lawan --- tentu Ponggawa Mongol yang mencabut dengan susah payah mencabut dari tubuh korban --- sedang ketika Panglima itu pun gugur hanya dengan membawa sarung asli pedang panglima dalam tumpukan mayat …………………”

“Pedang yang telah memakan nyawa memang akan menempati sarung baru --- Ncik Bendahara buatkan Hulu dan Sarung Pedang yang berukir Langgam Melayu …………..”

“Baiklah patik mengemban tugas Duli Yang Maha Mulia”

“Bendahara berikan hak Ncik Kobat 3 Uncang Uang Emas Paun !” ……………….

“Ampun Duli yang Maha Mulia --- Si Kobat mohon izin sekalian sembah tersusun --- ingin berlayar ke Labuan Bilik ………. Akan menjeput anak beta yang akan mengaji ke Ampel Denta di Tanah Jawa “.Dengan takzim Nakhoda Kobat mengundurkan diri, ketika tangan Paduka Raja telah menunjuk ke arah pintu keluar Balairung.

 

  [caption id="attachment_201327" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Kobat 07"][/caption]

[MWA] (Nakhoda Kobat Pendekar Selat Malaka, bersambung ke #08)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun