[caption id="attachment_193748" align="aligncenter" width="473" caption="grafis MWA-BCDP-18"][/caption]
(1)
Dusun itu merupakan pedukuhan, hanya ada beberapa rumah di sana --- rumah mendiang Dhalang Yono Basuki memiliki bangunan yang paling luas . Yono Basuki itu dulunya, selain mendalang wayang kulit, juga mengajarkan “Samadhi” , melakukan Samadhi dan kegiatan seni macam-macam. Ia memang orang kaya --- sawahnya luas di mana-mana dari Purworejo sampai Sumpiuh di Purwokerto.
Ia hidup di dukuh itu dengan isterinya seorang drop-out institut seni dari Yogyakarta.
Setelah Yono Basuki mangkat, istrinya Tutik lebih banyak berdiam di Sumpiuh --- ia baru mencari-cari modus untuk mendayagunakan rumah dan lokasi itu. Belakangan ini mBah Kuman salah satu krabat yang diajak rembugan mengenai rumah itu akrab memikirkan.
Acara ruwatan Pasemon Bocah Sukerta Dengkakakan dilaksanakan menjelang tengah malam --- tadi Bakda Ashar telah dilakukan memandikan Rumisih dengan air dari 3 mata air di sekitar gunung Srandil --- dari air tawar yang terdapat di Gua Ratu, yakni lokasi pertapaan di bibir Pantai Laut Kidul --- untuk mencapai guha itu harus menuruni ratusan anak tangga. Lantas dari sumur di dekat Padepokan Gunung Srandil, yang satu lagi dari mata air Tirta Kamandanu di Halaman Rumah Yono Basuki.
Di sana selain rombongan mBah Kuman dari Pantai Baron, kawan-kawan Bejo dari Magelang --- yang lain tentunya Pak Rembang dengan rombongan mewakili keluarga Atmodrono, mengantarkan Rumisih. Juga tampaknya ada beberapa mahasiswa jurusan filsafat dari Yogyakarta.
Mbah Kuman ingin memanfaatkan majelis itu untuk memberikan ceramah setelah Isya dan tahlil nanti.
Rumisih telah tentram hatinya --- ritual sejak petang tadi dipercayainya akan menyelamatkanhati dan nasib keluarganya, terutama suaminya yang terbelit kasus korupsi di pemerintahan Jawa Tengah.
Rumisih cemas uang sogokan dan suap menyuap tidak begitu ampuh meredam opini pemberantasan korupsi --- aparat makin buas memeras mereka, macam-macam ormas dan LSM pun semacam predator yang mengintai uang mereka.
Suaminya pernah mengatakan sidang Pengadilan Tipikor di Semarang lebih melegakan dari pada diselenggarakan di Jakarta --- tetapi uang pun majal untuk urusan itu. Yang pasti Diabetes dan penyakit jantung suaminya makin merana.
“Hakim daerah masih seperti Celengan Babi, uang kecil besar masih bisa ditelan mereka --- hakim Jakarta rada hati-hati, ada KY dan pers yang turut mengontrol”, Rumisih sepertinya kini sangat memperhatikan lembaga-lembaga penegak hukum --- ia mencoba memadukan doa dan upaya setiap kali ia mendengar peristiwa dan opini anti korupsi.
Tadi ia merasa sungguh tentram ketika air sejuk membasahi sekujur tubuhnya --- ia merasa seperti seorang pengantin wanita kembali. Harum bunga setaman yang telah didoai dan dimanterai mBah Kuman, bukan saja harum semerbak tetapi seperti memukau otak dan indrawinya.
Ia dianduki telanjang bulat ketika selesai dimandi kembangkan --- ibu Tutik dan ibu Rembang yang mengerjakan persalinan pakaian itu --- ia tidak merasa kikuk kepada kedua perempuan itu …………….. ia sedikit berdebar ketika ia belum selesai memakai kemben, mBah Kuman telah turut mengoleskan minyak senyongnyong ke tengkuk dan kedua ketiaknya.
Ia menyerah saja ………… ia bertambah nyaman dengan prosesi ritual itu. Ia tidak mengenakan BH dan celana dalam, naluri kewanitaannya merasakan suasana itu sangat erotis, terutama ketika ibu Tutik mengasapi selangkangannya dengan bakaran dupa gaharu dan cendana.
Di luar terdengar suara mBah Kuman, Rumisih mendengarkan dari dalam kamar rituilnya --- di sana ada Tanduk Menjangan dengan kaligrafi tulisan Jawa di atas ventilasi ……………. Merasa suasana dan di dalam hati Rumisih sangat tentram. Ia berdoa di antara sayup-sayup suara mBah Kuman.
(2)
“Bersamadhi adalah proses sikap raga dan bathin --- meditasi, konsentrasi, kontemplasi dan auto-sugesti, mari kita mencoba sikap itu………………………………….. (suasana di sana benar-benar senyap) …………………… ya, ya meditasi adalah proses tafakkur --- manekung rasio dan rasa, merasakan kembali proses berpikir tahap demi tahap dalam kesadaran yang senyap, sepi --- tetapi terkendali --- bukan wang-wung mengosongkan --- meditasi adalah mengendalikan kesadaran pada titik nol bukan minus ……………… nol adalah batas relijius antara kesadaran manusiawi dengan kesadaran wahyu ………………… (senyap) ……………. Kita manusia kini diperkenalkan dengan berbagai kecerdasan ……………… termasuk Kecerdasan Wahyu, iman itu adalah Kecerdasan Wahyu ……………… Kecerdasan Wahyu tertanam dalam Falsafah Pancasila (Rumisih mendengarkan dari kamarnya --- matanya terpicing pada kaligrafi di bawah tanduk menjangan) ……………….. “
Para hadirin dalam sikap dyana-mudra mendengarkan kelanjutan ceramah mBah Kuman menyangkut konsentrasi, komtemplasi dan auto-sugesti.
Rumisih pun diberi petunjuk oleh ibu Tutik untuk bersila dengan sikap dyana-mudra.
“Komtemplasi adalah suasana bathin mawas --- mawas ing batos --- mawas untuk menemukan pencerahan ……………………. Seperti jawaban filosofi Rudyard Kipling ……………………”
Rumisih tidak memperdulikan yang tidak dimengertinya --- ia kembali pada konsentrasi dan auto-sugesti …………. (tentram, tentram, slamet, selamat, ia tidak boleh mengutuk sikap opini anti korupsi --- konsentrasikan diri, suami, harta dan keluarga selamat).
(3)
Setelah Bejo pamitan pada istrinya --- ia meraba batang lehernya yang tadi digigit Mila, ia akan bangga kalau besok pagi orang pada melihat cupang itu. Dingin pagi tidak dirasakannya ia masih merasakan sisa orgasme tadi, setiap kali ia menggerakkan tulang ekornya.
Sementara Mila juga masih merasakan sisa orgasme --- ia masih menelentang, di luar kamar ia telah mendengar suara ibu tirinya, Bu Kastiah mulai bicara pelan-pelan menjelang sholat Subuh --- ia mendengar sayup-sayup tertawa terkikik-kikik saudara perempuannya, tampaknya mereka menuju ruang tengah, akan menonton TV.
Mila malas bangun --- ia berdoa agar suaminya selamat-selamat saja berbonceng motor menuju Kroya ……………… sayup-sayup ia mendengar seperti warta berita atau pembahasan masalah korupsi dan koruptor di TV.
Mila benci bunyi suara …………. “Tor………… tor…………. Koruptor” . dielusnya perutnya ia berdoa untuk janinnya, agar sehat tumbuh dan akan dilahirkan sebagai bayi yang sehat rohani dan jasmaninya ……………….. yang kelak kalau besar memperoleh rejeki halal dari kerja keras seperti yang dialaminya dalam keluarga ayahnya. Marah Hasan dan Ibu Kastiah --- Orang Minang dan Orang Slogoimo. Kerja keras.
Kerja keras juga seperti semangat ibu Mertuanya --- jagal dan pedagang daging.Dan seperti juga mas Bejo pedagang keliling batu akik dan batu permata.
Mas Bejo yang ganteng, yang bau badannya selalu merangsang berahi Mila. “Mas Bejo pekerja keras, rejeki kami merambat naik setelah percintaan ini, dan kini kami telah syah menikah …………….. niscaya perdagangan kami akan menanjak terus”. Mila mendengar bisikan bathinnya --- ia ingat ibu mertua akan mengajaknya mulai berdagang daging nantinya.
Mila ingin bekerja keras agar anaknya bisa berpendidikan lebih tinggi dari dia dan mas Bejo. Mila juga ingat ia akan meminta ampun pada ayahnya --- mudah-mudahan ayahnya tidak pernah tahu kalau ia nikah setelah hamil lebih dahulu --- begitu pula saudara-saudara perempuannya.
Mila nanti siang ingin membeli kain sarung dan sajadah buat ayahnya, Marah Hasan --- “Ayah ampuni kelancangan Mila menikahi lelaki yang tidak ayah restui --- ayah kami akan bekerja keras, agar ayah lega kami suami istri yang beruntung ………………”
(4)
Malam tadi setelah tahlil dan ceramah, sementara beberapa orang tamu turun ke Srandil untuk bersemedi, ada juga yang mengambil posisi menghadap celah di timur untuk menanti ufuk memancarkan Subuh --- mereka bersemadhi.
Malam tadi Rumisih menyerah ketika ibu Tutik membantunya bersalin kemben menjadi wanita bugil di bawah selimut batik motif truntum ………………… , tadi ketika ia masih berkemben mBah Kuman membacakan doa dan mantera …………….. Rumisih hanya mendengar beberapa ujung kata-kata Arab, Jawa, atau akhiran kata Indonesia ……………… ia tidak memperdulikan bunyi lengkap, ia menyerahkan doa dan keampuhan mantera itu dengan : “Amin, amin, amin, amin, amin”, hatinya riang, tubuhnya terasa melayang dan legowo, pori-pori indrawinya sepertinya menikmati aroma asap gaharu dan cendana --- ia seperti berkali-kali kejang-kejang nikmat ……………….. apalagi entah minyak wangi apa itu yang dieluskan mBah Kuman ditumit, di bawah lutut, dan di bawah telinganya …………………
Ia menikmati ritual akhir ruwatan dirinya agar jangan sial, dan selamat membawa keberuntungan bagi suami, keluarga dan dirinya. Ia bergoncang-goncang kejang, tetapi sadar, ketika bu Tutik menyalinkan kembennya ………………………………….
Suara desis doa dan mantera mbah Kuman tetap merasuki indra pendengarannya --- aroma dan sentuhan jemari mbah di bawah lututnya masih terasa.
(5)
Tubuh Rumisih telungkup diselimuti batik truntum --- Rumisih singup dalam doanya, agar tidak membawa sial, ia rela melakukan ritual demi keselamatan suaminya yang sepertinya akan tergeret kasus Korupsi di Jawa Tengah --- kini ia akan menjalani pengobatan kesuburan, kepalang mBah Kuman mampu melaksanakan ilmu penyembuhan-pengobatan dan mandraguna.
Rumisih percaya --- suasana temaram. mBah bersikap ‘laku patrap’ di sisi kiri Rumisih. Seisi rumah dan alam senyap singup…………………………
Di antara kerasukan aroma asap dupa, suara mBah Kuman diperdengarkan lamat-lamat : “ibu bumi, bopo toyo, ibu wengi, bopo rino, kakangku mbarep, adhikku wuragil, dino pitu pasaran limo, kulo nyuwun pangapuro, kulo nyuwun …………… (mBah Kuman meraba tumit Rumisih ……………. Seketika Rumisih terbayang suaminya Sang Koruptormelenguh lemah, digrogoti DB)
Batik disingkapkan sampai pangkal paha --- pahanya dilebarkan, dan kemudian seluruh jarit disingkapkan. mBah mengoleskan minyak kelapa hijau yang dibubuhi bobokan remukan bunga kantil merah --- terasa mBah mengurut tulung leher satu persatu. Tiba di tengkuk Rumisih merasakan orgasme. Ia tidak mengerti …………………….
Ia telah diberi tahu mBah Kuman akan menata ulang ruas-ruas tulang belakangnya dari tengkuk sampai tulang ekornya ………………………………….
mBah Kuman membisikkan kiri-kanan ke telinga Rumisih …………………… :”Ajiku si lung jangga, lung jangga noleho, tolehen kawulang ingsun, dak tepungake pucuke idhepku, dak tepungake pucuke alisku, dak tepungake pucuke rambutku, rokhe rokhku, nyowone nyowoku, sukmane sukmaku, badane badanku, preg mati durung mati, sido edan, durung edan sido nglamong, ora waras si jabang bayineRumisih ……………………….. ndulu maring aku ………………………..”
Setiap denyut kenikmatan Rumisih terasa ditingkah suara setan : Ganyang koruptor, gantung koruptor, tembak mati koruptor !
Rumisih bergelut antara ujung orgasme dan ketakutan : Gantung Koruptor, gantung koruptor…………….. tor, tor, tor …………………..
(6)
Menjelang subuh penjeput Bejo di Stasiun Kereta Api telah tiba, Bejo menelpon isterinya …………………. “Ma, ma aku telah berangkat ke Srandil, doakan ma !”.Mila mengelus perutnya. Ia berdoa buat suaminya, mas Bejo.
Ia tersenyum manis, mas Bejo sangat sayang pada kandungannya, tadi malam mereka mempraktekkan gaya Ratu Balqis menunggang Kuda Sembrani --- konon ada satu lagi gaya yang baik bagi wanita hamil yang akan diterapkan mas Bejo, Macan Putih nyambangi Guha.
“Piye carane, mas ?”, Tanya Mila kemarin malam manja-manja malu.
[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo; novel, bersambung #04/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H