Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dari Lorong di Desa sampai Bandara --- Koneksi Industri Seks (PMPJ #05/04)

9 Mei 2012   21:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Tuan Khareem menenteng tas laptop dan satu akten tas --- dia mengawasi rombongan 3,4.5, wanita memakai gamis dan burdah. Dari sebalik sun-glass dia mengagumi Wardhah, gadis Lido yang sudah diikatnya dengan kawin kontrak.

Wardhah mengawasi dan mengorganize 11 wanita lain --- mereka menuju Abu Dhabi. Point Imigrasi telah lewat --- 7 perawan testedakan ditransfer ke Bahrain.

(2)

Pak Kartijo dan Opah dikawal oleh Butet, mereka menuju Cikampek --- menyatroni janda kembang yang telah termakan tawaran kerja enak di Jakarta. Oleh contact-personnyaDulgani, pak Kartijo telah diconfirm.

Di lokasi janji tidak nampak itu si Dulgani --- ditilpon tidak menyahut.Pak Kartijo berinisiatif, ia mendapat informasi bapak “anak itu” jualan bambu di Hutan jati Sadang.

"Tet kita cari saja orang tuanya --- penjual bambu.Mami jangan sampai kecewa, sontoloyo juga itu si Dulgani”

Tiba di lokasi tukang bambu --- e, menurut bapak anak itu --- janda kembang, anaknya itu telah dikawin Herman --- juragan pengawal mobil boks tujuan Cirebon dan Bandung.

“Mantu saya itu pengusaha pengawalan mobil boks dan truk barang --- kantornya dekat Jalan Layang Cikampek”

Dapat informasi --- Herman mengawini perempuan-perempuan untuk dikaryakan di Jakarta.

“Tet, kita cari itu Blekok --- saya sudah duga, kita terlambat, disambar alap-alap.O, hayo kita masuk dulu ke Dawuan --- kita periksa dulu jaringan si Herman, ke mana bini-bininya dijualnya --- lumayan nanti syaratnya kita tawarkan ke mami. Kita jumpai dulu Pak Kopral di Dawuan.

(3)

Mang Khairon ketiban pulung, Bik Sadrun menawarkan anak perempuan kecil sekali, ih belum mens, sudah mau cari kerjaan. Kasihan --- anak pungut, orang tua asuhnya mati pula setelah kena Chikunguya. Aneh.

Tukang ojek disuruh mengantar ke Pangkalan agar diserahkan ke Haji Jailani, panti asuhan kecil-kecilan dekat Eretan Wetan --- malah anak itu diserahkan ke pensiunan polisi yang banyak mengorganisirtukang gali dan calon PRT ke yayasan-yayasan di Jakarta.

Ternyata Bik Sadrun berani mengganti uang lelah pak pesnsiunan --- anak itu konon oleh Mang Khairon akan dibawa untuk masuk asrama kerja --- pabrik snack murahan di Tangerang --- uang ganti rugi dapatlah Rp. 600.000-an (sebulan gaji gadis kecil itu).

(4)

Iroh sudah 3 hari berbulan madu dengan Herman, bandit pantura yang disegani --- konon pengusaha pengawalan mobil boks dan truk.Dia dikerem di perumahan “burung” tipe 36 --- ternyata kemarin masih ada cewek lain di situ. Pagi ini gadis itu telah lenyap.

Iroh tidak mengerti siapa dan ke mana gadis itu.

Sementara Herman cuti 2-3 hari --- bisnis pengiriman perempuan tetap jalan --- jaringannya kemarin mengirim 3 perempuan calon Timur Tengah --- selama moratorium, wah tambah ramai pasaran gelap. Kini si “calon TKW”malah dapat cash Rp. 3 juta. Yah, net 2 jutaan-lah .

Herman sendiri bersih entah berapa --- tetapi 2 orang petugas pengantar “barang”-nya itu dapat honor cukuplah --- mau moratorium mau normal.Bisnis jalan terus.

“Iroh kamu siap-siap saja, mengapa kamu hanya melayani A’ak --- mending sambil kerja di Jakarta --- tiap minggu A’ak jeput pulang”.Iroh memandang wajah suaminya, kerja apa (?), dalam hatinya.

Tetapi dari hidup 3 hari ini ia merasakan jauh berbeda peranan sebaga istri Pakaji Maliki, selama 8 bulan yang lalu, dengan suami keduanya ini, A’ak Herman.

(5)

“Pak Kopral tahu siapa Herman --- juragan mobil boks dan truk ?”

“Ya, kenapa “

“Kita butuh orang untuk Jakarta --- Dulgani sudah kirim gambar dan video. Boss sudah okay.Batam butuh banyak berlipat-lipat pak”.”

“Pasaran berapa tuh --- Dulgani kenapa ?”. Dialog itu berlansung di pinggir jalan dekat Pabrik Pupuk.

“ Ternyata, anak yang diincer, kata bapake telah dikawin oleh Herman, raja daerah sinilah --- dikawin benar apa apa itu pak ……………………. Kalau dia mau oper, bisa juga biar nego dengan majikan”.

Pak Kopral tersenyum dan kemudian ketawa kecil : ”Lantas maunya apa sih ?”

“Diusut be, kalau bisa sekarang --- supaya jangan pulang tanpa hasil. Boss pasti kecewa”.

“Kalau aku punya, bossnyaberani berapa, pasarannya berapa ?”.Pak Kopral mengacungkan jempolnya, mengisyaratkan koleksinya.

Konon stocknya ada di Cijambe --- stock itu  akan ditransfer ke Bandung (ada tawaran belum komit). Kalau berani harga, ke Batam juga tidak apa-apa kata Pak Kopral.

(6)

Sementara itu ada berita penggagalan pengiriman TKW illegal asal NTT di Surabaya. Tetapi yang luput dari liputan juga ada rombongan 3,4,5 berangkat dengan kapal via Balikpapan untuk pasaran seks di Nunukan dan Tawoa.

Jadi peredaran input untuk industri seks di dalam negeri maupun ke negeri jiran --- ramai terus, karena dari kantong-kantong kemiskinan ternyata kelaparan terus mengepung.

(7)

Opa termangu-mangu --- dia heran mengapa begitu banyak perempuan dibutuhkan untuk dipekerjakan. Begitu banyak Sponsor masuk kampung keluar desa --- menarik-narik, mengobral kisah pekerjaan dengan dengan gaji bagus (Bagus sebatas kemampuan berpikir orang miskinlah).

Opah konon 3 hari lagi akan ditransfer ke Rumah makan Cina di Glodok --- dipinjamkan 3 pekan, sebelum dioper ke Batam atau Tanjung Pinang.Untuk pasaran turis Singapura.

[MWA] (Pesantren Merah, Peantren Jingga; novel bersambung ke #05/05)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun