Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Satpam dan Polisi Mencurigai Anasir Teroris (Features)

22 April 2012   23:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kewaspadaan perlu --- siang Kamis, di sekitar jam 10 pagi, seorang lelaki dengan tas ransel berat di punggung, menenteng tas panjang di tangan kirinya.

Masuk dengan sigap ke Bank, melewati Satpam dan pintu utama--- ada beberapa nasabah tidak mengambil open, begitupula karyawan bank, sibuk dengan tugas pekerjaan masing-masing.

Glegek (bunyi popor) --- seorang polisi di pintu masuk terpana, ia membiarkan Satpam yang sedang memepet “orang itu”,membuka ruitsleting kompartemen tas punggungnya. Dengan sigap tas punggung kembali dikenakan.Ia mengeluarkan semacam dompet besar.

“Menyetor atau akan menarik uang pak ?”, tanyaSatpam --- lelaki itu menoleh.

“Mengambil uang !”dengan sigap si Satpam mengambilkan formulir, ia mengawasi dengan seksama gerakan tangan “orang itu” --- apakah akan menarik pemicu bom.Satpam mengintercept dengan menyodorkan nomor antrian.


Nomor 33 di monitor terpantul nomor 28.Satpam lega.


Orang itu menarik “buku tabunganberwarna oranye” --- Simpedes.Satpam lega, Ia kembali ke posisi ke tempat ia berdiri di depan pintu utama. Tetap mengawasi orang keluar masuk.


Polisi mengawasi nasabah yang sudah di ruangan, di luar, di lapangan parkir --- melalui pintu berkaca. Ia turut cemas, melihat gerak-gerik manusia-manusia. Orang itu mengambil tempat menunggu di bawah evaporator AC.



Polisi itu menarik nafas --- ia terusik dengan bunyi popor senjata tadi. “Senjata laras panjang dengan popor dilipat --- AK 45- kah ?”


Orang itu pergi setelah menarik uang Rp. 20 juta --- polisi mengingat orang asing itu. Ia menghadap Kepala Kantor Kas.Bisik-bisik, ia mencurigai orang asing tadi.

Kepala Kantor Kaskembali, mengetik di Key-board.

“Nasabah kita, tidak aktif, alamat jelas, terakhir menerima transfer , cukup besar, dari Doha, Timur Tengah ya,ya …………….. oh, tidak bisa --- pak komandan saja suruh ke sini !”

Polsek sibuk dengan sigap ke alamat yang dimaksud --- Komandan menyaksikan selintas mutasi di layar monitor.

“Orang itu menuju Luweng Ireng !”


Malam jam 21.00 penyidikan ditutup --- Orang itu Abdullah Hossein, dari Desa Kombor, di Kecamatan lain --- sedang membantu perbaikan rumah anaknya yang akan roboh, yang kini sedang bekerja di Doha sebagai TKW --- glodakan tas tangan panjang tadi adalah bunyi yang berasal dari parang dengan sarungnya, sebuah martil dan catut.


[MWA] (Features-50: Serial Spionase-18)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun