Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tes Kehamilan Positif --- Harus Segera Kawin (BCDP-04/13)

14 April 2012   13:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:37 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334410841437544998

(1)

Ratna berbisik pada ayahnya, “Ayah, aku tidak keberatan Mila menikah lebih dahulu --- ia telah mempunyai lelaki pilihan, biarlah ayah ia menikahi lelaki itu”. Marah Hasan memandang tajam mata anaknya.

Langganan yang sarapan di pagi itu, belum ramai --- Ratna memang mencari kesempatan bertemu ayahnya di warung makan mereka.Ratna sendiri bertugas menjadi tukang masak menyiapkan menu di rumah, ia tidak pernah bertugas di warung.

“Ratna, kalian anak perempuan harus mengerti ya --- salah memilih suami, mungkin akan menjadi penyesalan seumur hidup.Perhatikan berapa banyak anak tetangga kita , yang menjadi janda muda dengan beban anak yang harus dihidupi mereka ?”

Sesak nafas dan beban hidup di jiwa Marah Hasan, kalau harus membahas hari depan anak-anak perempuannya.

“Lekaki yang digilai si Mila itu, duda --- lelaki duda besar kemungkinan petualang yang tidak bertanggung jawab. Katanya pula ia telah mempunyai anak --- lelaki begituan yang mau dijadikan suami. Ayah tidak setuju, perkawinan itu pasti gagal.Rat, ayah menyesali perkawinan si Rani yang ekonominya tidak maju-maju itu --- tetapi ayah puas, lelaki itu pilihan ayah, alangkah menyesalnya ayah seandai-nya si Harun itu, pilihan si Rani sendiri”.

Lama kedua ayah dan anaknya berbisik-bisik. Dari jauh Mila tahu apa yang menjadi pembicaraan mereka --- melihat tingkah laku badan dan wajah ayah yang serius. Pastilah sikap ayah tidak berubah sampai pagi ini.

“Ayah, Ratna kasihan pada ayah dan Mila --- telah 2 bulan keluarga kita kacau. Dan ………… mungkin si Mila tetap pada pendiriannya.”

“Ya, dia keras kepala, anak durhaka”.Ayah berdiri menuju ke tempat pembuatan minuman. Pekerjaan khusus ayah mengadon dan mengacau teh-telor khas Sumatera Barat.

Mila dan pelayan lelaki melayani keramaian warung. Terkadang Mila tanpa sadar mengelus perutnya. Ia bangga kini di rahimnya tumbuh bakalan janin, ia tidak gentar atas penolakan ayah. Mila yakin atas cinta mas Bejo.

(2)

Tadi malam ibu Kastiyah, ibu tiri Mila masih mencoba melunakkan hati ayah --- ayah tetap pada pendiriannya. “Ayah jangan tidak melunak ayah, kalau Mila mengejar anak lelaki itu, ayah ‘kan tahu tabiat Mila --- ia keras hati dan nekat.Ia pergi dengan anak lelaki itu, ………. Dan kemudian bisa hamil, keluarga kita bisa kacau ayah …………… anak jaman sekarang ayah, mudah sekali terlibat seks bebas …………. Jangan biarkan ia lari ayah. Kita akan repot ayah”.

Pak Marah Hasan tahu tabiat Mila --- karena tahun lalu saja ia telah meninggalkan rumah, untuk bekerja di restoran di Ciputat. Karena bertengkar dengan ayah, masalah sepele --- utang-piutang langganan makan Orang Pasar. Apalagi Mila memang selalu pergi libur bersama teman-temnnya apabila ia mempunyai tabungan. Seluk-beluk perjalanan di pulau Jawa ia mengerti.

Libur akhir tahunnya, sambil mencari pembantu lelaki --- akhir Desember 2011, melibatkan cinta kilatnya dengan mas Bejo --- ia hamil 8 pekan kini. Naluri keibuan Mila merasa ia memang hamil. Ia bahagia akan menjadi ibu, ia harus segera nikah dengan mas Bejo.

Tadi malam mas Bejo mengabari ia akan menanti Mila di Magelang --- ia telah mengatur pernikahan mereka --- dengan cara Kawin Kyai.Bisa di Bandongan bisa di Panguragan Cirebon.

Mila optimis --- ia bersyukur konon dagangan yang dibeli mas Bejo di Rawabening laku keras --- bisa saja mereka nanti setelah menikah berdomisili di sekitar Jatinegara --- Mila ingin buka warung nasi di sana. Biar saja mas Bejo tetap menjadi pedagang batu akik keliling.

Mana tahu rejeki anak, pikir Mila

(3)

Ajudan Bupati memesan keris mini dengan dapur Tinanding --- mas Bejo sudah rasan-rasan kalau tidak ada di Rawabening --- setelah menikahi Mila ia akan mencoba memesan di Mpu di Yogya atau Madura. Ukir dan warangkanya biar buatan Jatinegara. Buatannya halus dan berprabawa.Bahasa iklannya sudah sangat dikuasai mas Bejo.

Camat saja ada 3 orang yang telah memesan tosan aji tua maupun buatan masa kini.

Mas Bejo merasa sejak hubungannya dengan Mila --- dagangannya laris, banyak pesanan --- dan modal yang dipinjamnya dari Mila ternyata berkat.

Isteri anggota DPRD, ibu Mariah telah memberi panjar Rp. 2 setengah juta untuk mencarikan batu amethyst yang ungu gelap. Lakinya sedang masuk perkara korupsi bersama Sekda.Kemarin juga telah membayar lunasRp. 10 juta, harga Keris dapur Naga Tapa, milik Lik Karjo pensiunan ABRI, toko antik di Semarang --- mas Bejo kebagian komisi dan pucuk kacang totalRp. 3 juta.

“Rejeki anak ………… dan tuah angsar perempuan ………….. Mila”, dalam hati mas Bejo.

Mas Bejo berpikir untuk menghidupkan lagi usaha keluarganya --- jagal sapi dan dagang daging di pasar, biar Mila membantu ibu, yang memang sudah berpengalaman dagang daging.

Mas Bejo sudah di dalam bus menuju Magelang --- ia berangkat dari rute Malang, Kediri, Nganjuk, Madiun, Magetan, Karanganyar --- estafet sambil berdagang dan menyambangi para langganannya, kini ia menuju pulang ke Wates Prontaan Magelang.

(4)

Mila malam ini akan pamit minta ampun --- masih menagih gajinya sampai bulan Maret, kalau mungkin surat segel ayahnya menyerahkan kuasa Wali Hakim untuk pernikahannya.

Ia menyiapkan beberapa kalimat pemungkas --- ia akan menyusul mas Bejo apabila ayahnya tetap tidak merestui pernikahannya dengan mas Bejo.

Bu Kastiyah sangat bimbang untuk mengabarkan tentang kemungkinan Mila hamil --- ayah sama sekali tidak memperhitungkan hal itu ………….

[MWA] (Buah Cinta Dari Parangkusumo; novel bersambung ke 04/14)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun