Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kate Middleton dan Dia (Cermin)

9 April 2012   22:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:49 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(*)

Membaca berita tentang Kate --- dengan gelarnya Duches of Cambridge. Spontan kesan yang timbul, ia perempuan di kalangan ningrat yang sangat bahagia. Mendorong daya khayal dan inspirasi kita.

 

 

Apa ukuran ia mendapatkan kesan sebagai perempuan di kalangan ningrat yang berbahagia ?Banyak sekali sisi gelap dan tragis perempuan ningrat yang dirundung tragedi hidup --- juga dari kelompok kalangan bangsawan Inggris itu.

   

 

Setelah mengkhayalkan prikehidupan anak cucu bangsawan --- kita bisa pula membaca kisah nasib para anak-cucu para Orang Kaya. Mereka juga bisa menampilkan kesan dari kalangan yang berbahagia --- adakalanya, atau malah ia atau mereka adalah sosok manusia-manusia yang gagal, dalam kesan kita. Mereka orang-orang yang terpuruk dalam berita.

   

 

Kate Middleton --- mungkin akan tampil sebagai sosok selebriti seperti mendiang ibu mertuanya, Lady Di.Mempunyai daya tarik bagi Bangsa Inggris.

 

(**)

 

Seorang gadis, masa remaja 24 tahun --- ia keturunan ningrat Indonesia. Saat itu ia bekerja sebagai Course Attendant di satu tempat kursus. Ia sarjana S1, gajinya hanya cukup untuk uang transpor dan kosmetika seperlunya. Siapa dia ?

   

 

Dia generasi ketiga, cucu seorang raja --- yang pernah sangat berkuasa, keluarga kaya raya --- dalam sejarah investasi di Indonesia, keluarga ningrat iniharusnya tercantum sebagai tokoh primordial.

   

 

Ibunya teman penulis di sekolah --- saat itu Ningrat perempuan teman sekelas itu, masih dikagumi masyarakat, tetapi telah tidak terpandang. Apa lagi beberapa cabang keluarga mereka mati terbunuh sebagaiBangsawan Keparat. Rakyat membantai mereka sebagai koruptor penghisap nasib para jelata, perampas tanah faktor produkif kehidupan para petani.

   

 

Keturunannya telah dipandang masyarakat sebagai orang kebanyakan saja. Kepeloporan generasidi atas mereka, yang telah berperan sebagai katalisator arus investasi, inovasi dan modernisasi dalam perekonomian bangsa ini. Berakhir dalam tragedi --- tidak akan pernah dihargai.

   

 

Dia kini 37 tahun, memang masih cantik, seorang lajang --- kalaulah nasibnya seperti Lady Di atau Duchess of Cambridge, menjadi selebriti tentu ia masih mempunyai nilai berita.

   

 

Ia anggota masyarakat biasa, salah seorang rakyat Indonesia yang tergolong Bangsawan Pahlawan Devisa --- sebagai kelompok manusia Indonesia yang produktif menghasilkan Uang Asing, ia dan mereka tergolong “ningrat kontemporer” --- tetapi secara pribadi-pribadi mereka, begitu kembali di tanah airnya --- mungkin hanya obyek pemerasan, atau bahkan hanya dipandang kembalinya “sampah masyarakat”.

   

 

Dia itu, kini 37 tahun umurnya --- dia merasa minder merupakan bagian anggota masyarakat yang terpinggirkan, ketika kembali ke tanah airnya.

Ia perantau Indonesia, di Tanah Airnya, ia Sarjana yang tidak kebagian lowongan, ia tidak mendapat akses untuk membaktikan dirinya. Ia pun tidak mengerti mengapa ia harus bernasib menjadi TKW.

   

 

Di Negeri Orang ia bekerja pada profesi yang tidak ada hubungan dengan pendidikannya. Tetapi ia konon merasa nyaman di sana, merasa dihargai sebagai anggota masyarakat. Ia bisa mengangkat wajahnya di dalam masyarakat tempat ia melarutkan dirinya --- di sana ia menjadi manusia terhormat yang berpenghasilan. Karyanya dihargai.

 

 

Dia kini tinggal di perumahan “burung” di luar kota --- lokasi perumahan itu di wilayah kabupaten, yang mungkin dalam tata ruang, perumahan rakyat --- tetapi tidak terjamin tidak akan tenggelam sewaktu-waktu di masa datang. Budaya Korupsi tidak menjamin masa depan mereka di lingkungan “perumahan burung itu”.

   

 

Dia tinggal dengan adiknya sepasang TKW + TKI di perumahan burung yang di pinggir kota itu, sebagai masyarakat terpinggirkan. Akan mengerjakan apa ? Akan menghasilkan apa di sana ? Lowongan apa yang bisa menjamin hidup mereka lebih lanjut ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun