Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kopitiam --- Tempat Ngopi yang Klasik (Features)

4 April 2012   23:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enggak peduli, mau sengketa, mau apapun Keputusanhukumnya --- kopitiam asyik !

Memang iya !

MCD, mungkin di universitasnya mengajarkan : “MCD bukan menjual burger, tetapi pengalaman” --- bertahun-tahun kuliah Marketing, bertahun-tahun hidup dalam praktek Marketing.

Wah, yang terasa benar benar jual-beli tangible dan intangible.

Menjual pengalaman !

Pernah mampir di Soto Gebrak ?Jual-beli pengalaman.Pernah makan di Warteg Surya --- Jual-beli pengalaman. --- (Warteg Kota Bahari, banyak; Warteg Barokah, banyak) --- Marketing menjual “pengalaman”.

Ada seorang tokoh, umur 18 sudah keluar- masuk penjara Hindia Belanda, umur 23 sebagai “Orang Rantai” dibuang Belanda ke Boven-Digul di Papua --- setelah berumur 40-an bebas merdeka melalui Australia --- bertempur, bergerilya bersama (Jenderal) Isman di Jawa Timur.

Tokoh ini sejak tahun 50-an --- setelah pengakuan Kedaulatan Indonesia, dekat dengan Kopitiam. Tokoh ini inspirator bagi penulis --- tokoh dan sosok pahlawan di dalam keluarga.

Tahun-tahun itu penulis mendengar dan mengenal konsep Pahlawan, Pengkhianat, Intelijen dan Koruptor --- penulis berumur sekitar 7 tahun.Yang mengesankan dia menghadiahkan 2 buku tebal, yang satu Filsafat Dewasa Ini, Profesor Dr. R.r. Beerling, terbit 1950; dan satu lagi “buku ini sangat pintar, bisa menjawab apa saja soal di dunia” (mungkin buku itu Ensiklopedia, terbitan Koelff ?).

Memang tokoh ini sangat mengesankan sampai sekarang --- ia telah alamarhum, sebagai seorang Perintis Kemerdekaan.

Tahun 1950-an penulis berumur 7 tahunan, menjadi ajudannya --- menemani dia minum kopi di Kopitiam.“Wak, senang minum di Kedai Kopi Medan, …………. Ini, cangkirnya tebal serasi benar untuk menjejak di bibir, dan ini ………….. meja marmer, kursi gaya Cina !”

Kini terasa benar : Kopitiam adalah menjual Pengalaman !

Minum kopi di Stabat, atau Kedai Durian dekat Deli Tua --- atau di Kedai Kopi di Perkebunan Galang atau di Wingfoot di Kisaran …………… pengalaman yang indah dan nikmat, terasa sama dengan Kedai Kopi di Bagan Siapi-api , atau --- di Kancung Darat di Shah Alam, di Kotaharu, atau di Seremban, Malaysia --- samalah minum kopi di Kopitiam Singapura atau Pondok Indah.

Pengalaman dengan rentang waktu 60 tahunan --- di desa atau di Airport, Kopitiam adalah jual-beli “Pengalaman” .

Bisnis kuliner anda menjual makanan dan minuman --- atau “pengalaman” ?

[MWA] (Features -41)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun