Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setelah Engkau Cemas, Capai - Kecewa (Karikatur)

31 Maret 2012   05:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkau pulang pagi, seperti shift malam atau lembur untuk menambah suap nasi anakmu

Istrimu cemas --- banyak terlihat anak mahasiswa ditaboki, diterjang, ditembaki,

Tidak mati --- Cuma mati sembab, wajah lebam, kulit terkelupas,

Buruh-buruh, engkau kelas pengorban dan yang perlu berkorban

Begitu sejarahnya --- coba engkau sampai akhir hayatmu tidak akan mampu menjawab. Mengapa kamu dan anak-cucumu --- tetap buruh yang memburuh. Kakek-buyutmu itu kini punya cabang silsilah di Suriname dan Kampung Dadap dekat Percut Sungai Tuan.

Suriname jauh --- mungkin wakmu sudah jadi Menteri Keturunan Jawa di Jajahan Belanda itu--- kakek kamu anak dari buyutmu itu --- hari ini cucunya masih menjadi Demonstran, jadi manusia pengorban keringat dan air mata , masih berjuang untuk sesuap nasi --- kamu kuatir pemimpin bangsa ini merampas suap-demi-suap- yang engkau kumpulkan dari remah para :

Kapitalis pembayar pajak

Pajaknya dicuri Birokrat.

Kaum Neo Liberalis yang merasa lebih pintar dari Bung Hatta atau Profesor Mubyarto.

Tanganmu berdarah, Buruh --- mengapa jaketmu kantongnya gembung, bukan batu pak --- ini kitab Undang-undang Dasar1945 Amandemen --- di kulitnya ada Pancasila.

Buruh Engkau pulang ke rumah type 21 berkamar dua --- dapur di luar yang ada pompa tangan.Listrik Dahlan Iskan mati, pompa tangan itu didayung isterimu dengan rusuk dadanya yang kurus --- wanita itu pagi ini bersyukur, bahwa kamu tidak mati di jalan tol di Senayan --- Orang DPR berpesta pora, pertunjukan telah diselesaikan

Buruh

Mahasiswa

Pemuda --- entah macam-macam jabatan, pulang gontai --- kembali mencari remah-remah, Mereka tertawa-tawa terbahak-bahak --- alangkah bodohnya bangsa Indonesia.

Meremehkan kecerdasan para leluhur --- kini hanya mampu bohong membohongi

Akal-akalan dan mengakali --- seperti Gubernur Jenderal mengakali Pangeran Ningratan

Meributkan BBM (sekarang BBM dulu biji kopi dan tanah pindrikan)

tanganmu yang berdarah tersangkut pagar BURT dpr ri --- mereka mempunyai milyaran anggaran perbaikan pagar dan tempat sampah). Uh.

Eja BBN--- Bahan Bakar Nabati

Mengadahlah tapak tangamu yang berdarah --- setelah sembuh kepalkan kembali

Kamu bangsa yang bodoh --- rejekimu hanya BLT, BLSM, Raskin dan meributkan BBM.

Mereka kenyang --- kaum demons tetap lapar !

Alat kamu ototmu yang tipis --- senjata mereka adalah BBM, bom uang yang menggelegar !

[MWA] (Karikatur Sospol -51)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun