Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makuthang dan Kanthong Mripat Pangeran Jagur (Paranormal)

8 Maret 2012   03:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331176306582879848

 

Setelah Makuthang diwisuda di Pelabuhan Ratu --- ternyata ia menjadi bola liar.  Tindakannya yang horroristik, menjengkelkan Pangeran Jagur.

 

 

 

Bagi Makuthang meningkatnya kemampuan daya pesugihannya, mendorong naluri konsumsi darah segarnya meningkat --- ia melata-lata liar menggunakan Angkot --- seperti para Pemerkosa mengintai para perempuan untuk dikorbankan.

 

 

Pangeran Jagur kewalahan menjaga Makuthang setelah menjadi Jenglot --- ia menuntut menetek darah.  Malam jam 9 baru Sang Pangeran menyadari Makuthang Jenglot telah lenyap dari kotak kacanya.

 

 

Menurut batu Golong-golong yang berfungsi sebagai GPS --- Makuthang ada di Timur Ciputat.  Memang benar Makuthang tadi menempel di lipatan kemeja kotak-kotak gadis itu --- ia aman di situ karena ada wrist-belt.

 

Malam ia melata dan merayap ke bantal untuk menghunjamkan gigitan.

 

Pangeran Jagur merapalkan mantra berbisik-bisik ; “ Papan lebur tulis ilang , apa kang jumeneng dzat mutlak, cha king piyambake ……………..”.  Entah sudah berapa ratus kali dibisikkan dengan memeras batu Golong-golong.

 

 

Di Jatiwaringin gadis itu bermimpi “indah” --- dia ikhlas karena ia mencapai orgasme.  Ia tidak melihat, tanpa suara Makuthang merayap dan melata.  Nalurinya bekerja karena bisikan mantra Kawruhing Rat.

 

 

Tawaran tertinggi harga Jenglot Makuthang baru diangka Rp. 3 M; si pemilik ingin lebih, tetapi Pangeran Jagur kuatir  Jenglotnya akan dibajak atau diculik Orang Pinter yang lebih mumpuni.

 

Ia berangkat ke hutan di kaki Merbabu --- di bekas pertapaan Ajar Sidiwacana. Setelah melakukan ritual rajawedha (sedekah); Sang Guru yang bernama Begal Abilawa memberikan wejangan khusus untuk memelihara Makuthang, Jenglot peranakan Sumantrah.

 

 

“Makuthang memang rada Bengal, rada liar, tuntutannya banyak --- tetapi angsarnya luar biasa, ia kini bisa menggangsir triliunan ---- kecuali kalau ada perubahan besar …………  kamu hargai berapa ?…”

 

 

“……………. 20 m mbah, ya sedikitnya 15………….”

 

“Wah, aja sembrono --- saiki kowe harus menyimpannya di kantong mata ……………… makhluk halus senang tinggal di liang di batu-batu, tetapi ia lebih tentrem disimpan di kantong mata --- ojo di akuarium ……………. Ia akan gelisah. Perhatikan makanannya……………..”

 

Baru Pangeran Jagur mengerti mengapa pemain Jaran Kepang atau Perawan Sintren harus berkaca mata hitam pekat --- agar matanya  jangan didiami makhluk halus.   Enggak bisa diusir !”

 

[MWA] (Paranormal – 31/07)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun