Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tunting Meningkatkan Ilmu; Rudolfo Berbulan Madu Colombo-Pulau Penang (DKNM-03/09)

12 Februari 2012   00:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

“Mungguh ugering ngaurip/ uripe lan tri prakara/ wirya arta tri winasis/ kalamun kongsi sepi/ saka wilangan tetelu/ telas tilasing janma/ aji godhong jati aking/ temah papa papariman ngulandara. “

Pagi itu mBok Atun memberi pengajaran tentang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, apa yang nyatanya dialami rakyat --- masyarakat tani yang turun temurun menjadi pekerja yang menghasilkan, tetapi yang kaya adalah Kompeni dan Kaum Ningrat serta kaum begundal kekuasaan.

Tunting, dunia sudah berubah, syukur kamu tidak jadi ngenger ke Kesultanan Cirebon. Kanjeng Adipati mengabarkan bukan saja ningrat di Pedalaman, yang di Pesisir pun sudahpada bangkrut. Kompeni Hindia Belanda sebagai pemegang kekuasaan tentu merubah siasat --- Cultuur Stelsel telah dihapus, mereka kini akan menjalankan politik liberal --- wasiat Buyut Arum Purnami harus menyesuaikan ……………. “

“Maksudnya apa mbok ?”

“Kita harus menangkap pesan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegaran IV yang tadi aku tembangkan …………”. mBok Atun mengulang bait pupuh tadi dengan melagukan macapat lagi.

“Tunting, kamu harusmeneruskan wasitan Buyutmu --- biarlah kita hanya mencapai ‘menjadi selir’ tetapi keturunannya harus menjadi Orang, paling tidak menjadi Pangeran Puger ……………… Adapun aturan hidup ada tiga perkara. Keagungan, Kekayaan, dan Kepandaian …………….. kamu beruntung sekarang mendapat pelajaran bahasa Belanda, aku yakin hidupmu akan menjadi …………………… aku mendengar bahwa kamu akan dihadiahkan kepada Panglima Tentara Belanda Tuan Jenderal Elberg, ……………. Jika ketiganya tiada, hilanglah sifatnya sebagai manusia, lebih berharga daun jati kering. Akhirnya hina, mengemis, dan menggelandang…………………. “

“Tunting memang lebih baik kita di jaman ini --- menjadi Nyai Belanda, dari pada menjadi selir Sultansekali pun ---jaman telah berubah Tunting.”

(2)

Kapal SS Golden Dirhammas telah memasuki Selat Malaka, mereka tidak berapa lama lagi akan sampai di Pulau Penang --- kapal melaju dengan tenang. Rudolfo sudah mengerti mereka harus berlayar sebelum bulan Juli --- antara bulan Juli sampai Oktober Selat Malaka akan bergolak, bergelora.

Pelayaran Colombo- Pulau Penang tenang, Karsiyem tidak mengalami mabok laut --- sepanjang perjalananan ia menikmati ‘mabok cinta’ --- ia mengalami kembali nikmatnya memadu kasih dengan Rudolfo Moravia.Adegan kenikmatan seksual seperti kembali terulang seperti bulan-bulan pertama ia mengabdi di Perkebunan Kandy.

Ia memuaskan Rudolfo, Rudolfo memuaskannya. Ia masih bertelanjang ketika menyingkapkan tirai jendela Cabin.Ia saksikan gelombang laut berayun-ayun --- ia rasakan lantai berayun-ayun. Ia masih merasakan sisa puncak kenikmatan di tulang ekornya --- ia menjerit-jerit, Rudolfo melenguh. Ah.

Jauh sekali kenikmatan perjalanan yang dialaminya saat ini --- dibandingkan dengan kapal sesak, bau, lapar, kotor muntah, tangisan, penyesalan, ketakutan, kekuatiran ……………… dan penderitaan --- pelayaran dengan kapal Koeli Jawa Kontrak menuju Suriname , 2 tahun yang lalu.

Pelayaran dengan ‘tuan Rudolfo’ penuh kenikmatan. Ia masih bertelanjang bulat --- ia duduk kembali di tepi ranjang Rudolfo.Karsiyem memeluk pantat Rudolfo --- kemudian ia membuka selimut Rudolfo.

Ia senang tirai cabin terbuka, sepertinya pasangan itu senang alam menyaksikan adegan alamiah yang mereka nikmati.

Karsiyem tertidur ayam di dalam pelukan Rudolfo --- Karsiyem menyimpulkan di dalam ingatannya --- hidup itu bahagia bila sandang-pangan tercukupi, seks dan cinta terpuaskan.

Mendekati Pulau Penang Rudolfo risau juga mendengar kabar tadi di Colombo, dari Agen Belanda dia mendengar kabar bahwa Legiun Mangkunegaran yang dikirimkan Hindia Belanda ke Aceh --- dihancurkan ‘pemberontak Aceh’.Gubernur Jenderal dan Panglima Tentara Belanda di Jepara menginginkan, agar Legiun Afrika segera dikonsolidasi.

“Karsiyem mungkin kamu saya kirim dengan kapal dari Pulau Penang ke Semarang --- mungkin kamu hanya dua-tiga bulan di Penang --- aku akan menyeberang ke Medan-Deli untuk meninjau Perkebunan Sinembah dan keperbatasan Aceh --- aku akan meninjau Takengon…………..”

“Isteri Soldadu harus berani --- nanti kita pelajari rute kapal yang aman. Kamu harus berlayar Pulau Penang ke Semarang --- nanti Garnizun Semarang akan mengatur perjalanan kamu sampai di desa Mengkowo ……………… mungkin kita tidak terpisah lama …………… aku akan memimpin Legiun Afrika, aku telah menerima panjar --- yang telah aku pergunakan membayar pembebasan kamu.Karsiyem kamu orang merdeka sekarang ……….. “.

“Tuan, aku mau mengabdi kepada tuan sampai mati”.Biasa ia mengakhiri ketelanjangan mereka dengan mengecup gland penis Rudolfo --- itulah sikap romantis yang sangat mengesankan Rudolfo pada Karsiyem, perempuan Jawa yang dibawanya sejak dari Pekebunan Kandy.

[MWA] (Damar Kurung Nyai Moravia; novel bersambung 03/10)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun