Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makuthang --- Lucu, Berahi, dan Horor (Serial-Paranormal)

1 Februari 2012   00:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Mulailah anda membayangkan Squidward --- teman Sponge Bob serial kartoon anak-anak di TV. Ya, Makuthang adalah  anak multi-cacat --- ia produksi Indonesia yang diproses di Jaman Pendudukan Dai Nippon.  Mungkin ia berasal dari janin yang ibundanya kekurangan gizi.

 

Makuthang adalah Janin korban H.O  jaman Dai Nippon --– Hunger Oudem; kalau jaman Indonesia Merdeka --- diberi terminology , KKM Kemungkinan Kurang Makan (apa yang mau dimakan ?); Gizi Buruk (makan sedapatnya); Salah mengkonsumsi Obat (hati-hati, konsultasi selalu dengan dokter selagi hamil, kecuali kamu tinggal di daerah tertinggal atau di perbatasan, miskin pula).

 

Makuthang !   Makuthang ! Makuthang !

 

Itulah sorak-sorai anak-anak sekolah SD ketika mereka telah selamat menghindari tempat Makuthang didudukkan Orang tua-nya --- anak-anak berlari-lari melewati pepohonan dan pohon-pohon pisang di kebun Orangtua Makuthang.

 

Anak-anak pergi-pulang sekolah melewati tempat seram itu --- karena lintasan paling dekat ke Sekolah Taman Siswa. Pada umumnya mereka anak-anak sekitar Jl. Jafaris, Ismailiah, dan Jl. Puri.

 

Setelah melewati rumah Pak Komico (Ketua RT Jaman Jepun), lantas memotong garis tengah Lapangan Borshokai ---- pagi sepi di sana, petang tempat berlatih sepak bola anak-anak muda --- atau tempat bertanding kompetisi kampung.

 

Makuthang --- Makuthang.  Bunyi itu selalu menggoda bila teringat sosok yang ujudnya seperti gurita si Squidward itu. Di kelas, dirumah, di sekolah, dibicarakan sepanjang perjalanan ke sekolah atau pulang sekolah. Makuthang selalu terbawa-bawa.

 

Anak itu kira-kira sebaya dengan anak-anak sekolah itu --- ketika itu berumur sekitar 8 atau Sembilan tahun. Jadi Makuthang mungkin lahir pada tahun 1942 atau 1943.

 

Tidak tahu pasti apakah memang anak itu bernama Makuthang --- tetapi anak-anak sekolah telah mendapatkan nama itu : Makuthang.

 

Makuthang bergaung, bersiponggang di dalam otak, memori dan emosi anak-anak sekolah itu.

 

Orangtua Makutang pun tiap pagi mengusung anaknya ke  halaman rumahnya, berjemur dan membiarkan Makuthang menikmati hari pagi.

 

Bagi Makuthang pun hari pagi adalah kegembiraan tersendiri --- ia selalu tersenyum ( lebih tepat menyeringai) menampakkan giginya yang tumbuh malang melintang, seperti rongga mulut ‘Naga Air’ --- ia menyeringai ke segala arah dengan kepalanya yang dipangkas gundul, batang lehernya tampak panjang-ginjang seperti begu ganjang (hantu di kalangan Orang Batak).

 

Memang rangka tubuh Makuthang ada kelainan juga --- ruasnya panjang-panjang, baik tangan-lengan, maupun tungkai dan pahanya. Sorot matanya tajam dengan bulu mata yang lebat. Kalau berani mengamati bulu matanya pun panjang lentik.

 

Ia pun tampaknya menanti riombongan anak-anak sekolah --- jauh-jauh  masih rombongan anak-anak itu --- berlima atau ber-enam, atau lebih. Si Makuthang telah melonjak-lonjak dengan pantatnya yang tepos, sementara kakinya berbelit-belit seperti  si Squidward.

 

Ternyata Makuthang pun memang menikmati sorak-sorai anak-anak sekolah itu.  Ia gemar dengan teriak-teriakan : Makuthang, Makuthang, Makuthang (sambil berlarian ketakutan melihat wajah dan polah sosok anak cacat itu).

 

Makuthang sangat berbahagia menyaksikan anak-anak itu berlarian ceria dengan bersorak-sorai dan tertawa terbirit-birit.

 

Makuthang melonjak-melonjak, melunjak-lunjak, menantikan rombongan anak-anak berikutnya.

 

Tersimpan di memorinya sekedar keceriaan kanak-kanak ---- apabila rombongan anak-anak sekolah telah habis berlalu.  Anak-cacat itu berteriak-teriak dengan suaranya yang serak.  Menyeringai menakutkan Orang lewat yang melihatnya.

 

Ia terus=menerus bergerak, melonjak-lonjak, terkadang berguling-guling, meringkuk seperti setumpuk tulang belulang --- seperti seekor gurita yang kurus.

 

Makuthang melonjak-melonjak di atas bale-bale reyot itu dalam keadaan telanjang bulat. Ia menyeringai melipat bibirnya.

 

Makuthang --- Makuthang --- Makuthang !

 

 

[MWA] (Paranormal -25)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun