Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

He, Kamu

26 Desember 2011   03:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Indonesia-ku kalangkabutlah

Indonesia-ku bukan bertumbuh tetapi malah kalangkabut

Indonesia angka pertumbuhan-mu, inflasi-mu, sumber daya-mu buat Orang lain

Bukan untuk Rakyat yang konstitusional

Bunuhlah Rakyat Indonesia dari atap-atap gerbong dan kolong-kolong truk

Bunuhlah Rakyat Indonesia yang rakus raskin dan rongsokan limbah di tong-tong sampah

Bunuhlah Rakyat Indonesia yang berani menyatakan pendapatnya, haknya

 He, tanah ini milik siapa ?

He, tambang ini hak siapa ?

He,  APBN ini hak  siapa --- mengapa engkau rampok untuk menegakkan Kekuasaanmu

Apakah kamu Gubernur Jenderal, sebutlah van den Bosch atau van der Capellen yang dulu itu --- dengan begundalmu Jenderal de Kock atau Letnan Kolonel Cleerens dan Mayor Jenderal van Geen, ataukah

Kamu dan Begundalmu ingin mati seperti Letnan Bauff, van Pelt, atau Banhoff, mati tercincang --- atau mati cara Benito Mussolini, Saddam Husien atau Khadaffi ?

Diseret dari ruang pengadilan Kota Bima atau langsung di lapangan Kota Roma

Kamu harus ingat perlawanan Rakyat seperti La Sameggu Daeng Kalabbu atau  Pong Tiku

Jangan tiru cara Belanda minta Tanah, atau Gubernur Weddik merampas tambang batu bara.

He , kamu harus insyaf perlawanan cara Kyai Demang Leman  atau cara Sondang Hutagalung

Pangeran Antasari Oktober 1862 dilanjutkan Sang Kyai

Mahasiswa Sondang Hutagalung Desember 2011 dilanjutkan Sang Wisanggeni

Lihatlah Gunung Semeru atau Karangetang --- laharnya adalah darah rakyat yang melarat, berisi sembilu penipuan Pemilu. Kamu juga itu.

14 April 1873  Mayor Jenderal JHR Kohler membakar Mesjid --- ia mati bersimbah darah

Ia mati --- kamu juga bisa mati, insyaflah mau mati cara Kohler  atau cara Tirani Fulgencio Batista --- tirani yang melarikan diri …………….. dan juga mati sendiri

Mati sejarah yang pahit dalam kutukan.

 

Kembalilah --- kembalikanlah Hak Konstitusi mereka

Yang berhak Merdeka itu Rakyat, bukan kamu --- insyaflah yang berhak Merdeka, adalah Rakyat --- engkau merampas hak mereka , hak merdeka.

Hak merdeka

Hak Nyawanya untuk merdeka.

Jangan tembak mati mereka seperti di Bima atau Mesuji, atau juga di Papua.

Kembalilah.

Di bawah azas Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam  Permusyawaratan/Perwakilan

Mengapa harus peluru ?

 [MWA] (Indonesia Sub Normal-01)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun