Â
Indonesia-ku kalangkabutlah
Indonesia-ku bukan bertumbuh tetapi malah kalangkabut
Indonesia angka pertumbuhan-mu, inflasi-mu, sumber daya-mu buat Orang lain
Bukan untuk Rakyat yang konstitusional
Bunuhlah Rakyat Indonesia dari atap-atap gerbong dan kolong-kolong truk
Bunuhlah Rakyat Indonesia yang rakus raskin dan rongsokan limbah di tong-tong sampah
Bunuhlah Rakyat Indonesia yang berani menyatakan pendapatnya, haknya
 He, tanah ini milik siapa ?
He, tambang ini hak siapa ?
He, APBN ini hak  siapa --- mengapa engkau rampok untuk menegakkan Kekuasaanmu
Apakah kamu Gubernur Jenderal, sebutlah van den Bosch atau van der Capellen yang dulu itu --- dengan begundalmu Jenderal de Kock atau Letnan Kolonel Cleerens dan Mayor Jenderal van Geen, ataukah
Kamu dan Begundalmu ingin mati seperti Letnan Bauff, van Pelt, atau Banhoff, mati tercincang --- atau mati cara Benito Mussolini, Saddam Husien atau Khadaffi ?
Diseret dari ruang pengadilan Kota Bima atau langsung di lapangan Kota Roma
Kamu harus ingat perlawanan Rakyat seperti La Sameggu Daeng Kalabbu atau Pong Tiku
Jangan tiru cara Belanda minta Tanah, atau Gubernur Weddik merampas tambang batu bara.
He , kamu harus insyaf perlawanan cara Kyai Demang Leman  atau cara Sondang Hutagalung
Pangeran Antasari Oktober 1862 dilanjutkan Sang Kyai
Mahasiswa Sondang Hutagalung Desember 2011 dilanjutkan Sang Wisanggeni
Lihatlah Gunung Semeru atau Karangetang --- laharnya adalah darah rakyat yang melarat, berisi sembilu penipuan Pemilu. Kamu juga itu.
14 April 1873 Â Mayor Jenderal JHR Kohler membakar Mesjid --- ia mati bersimbah darah
Ia mati --- kamu juga bisa mati, insyaflah mau mati cara Kohler  atau cara Tirani Fulgencio Batista --- tirani yang melarikan diri …………….. dan juga mati sendiri
Mati sejarah yang pahit dalam kutukan.
Â
Kembalilah --- kembalikanlah Hak Konstitusi mereka
Yang berhak Merdeka itu Rakyat, bukan kamu --- insyaflah yang berhak Merdeka, adalah Rakyat --- engkau merampas hak mereka , hak merdeka.
Hak merdeka
Hak Nyawanya untuk merdeka.
Jangan tembak mati mereka seperti di Bima atau Mesuji, atau juga di Papua.
Kembalilah.
Di bawah azas Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam  Permusyawaratan/Perwakilan
Mengapa harus peluru ?
 [MWA] (Indonesia Sub Normal-01)
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H