Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelompok Tidak Dikenal (?); GPK; OPM; GAM --- Ektremis atau Teroris atau malah Separatis ?

7 Desember 2011   14:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_148005" align="aligncenter" width="298" caption="Pilih Beras Buang Antah (Pepatah Melayu)"][/caption]

Ono-ono bae Sira --- Kelompok tidak Dikenal;  ini negerimu, rumput bergoyang pun harus kamu ketahui. Imigran gelap yang menyusur dari ujung utara sampai menjelajah sepanjang Sunda Kecil pun harus kamu antisipasi. Harus kamu kenal ciri dan motifnya.

 

 

Masa penembakan di Papua yang merupakan serentetan peristiwa --- masih disebut “Kelompok Tidak dikenal”

Kalau rombongan imigran gelap bisa ditemukan di Lho Seumawe, di Siantar di Lampung, di Banten, di Sragen di Pulau Sumba di Pulau Timor-lah --- bolehlah kamu tidak segera bisa membedakan apakah Afghan, Pakistan atau Iran, kalau Tamil atau Orang Rohingya-Birma --- tentu secara antropolgis bisa engkau pilah wujudnya, motifnya, dan lain-lainnya.

 

Untuk indikasi di Papua dan Aceh harus kamu selesaikan dengan Segera,  Tegas dan Bijaksana.  Mereka adalah WNI yang seharusnya berpegang pada Konstitusi yang sama.

 

Imigran berkali-kali kabur, bisa mengontrak bis, kapal dan rumah penampungan --- itu jelas pula jaringan mereka lebih kuat dari Birokrasi-mu. Mengapa demikian ?

Bisa urusan UNHCR , bisa pula jaringan subversi itu, bisa Budaya Koruptif --- itu  kategorinya.

 

 

Untuk Aceh dan Papua --- juga sudah jelas siapa counterpart kamu berunding berdialog:

 

  • 1. Pihak Rakyat, Masyarakat, atau Kelompok Orang yang --- kecewa; caramu berunding bisa face to face --- berdialog memecahkan masalah  yang dihadapi. Secara demokratis dan kelembagaan
  • 2.Untuk kelompok Orang yang sudah berideologi Separatisme --- kalau kamu berunding, jangan disatukan dengan kelompok pertama.  Karena kelompok ini bisa mempunyai kekuatan politik internasional dan diplomatik. Keliru kamu melangkah bisa menuju plebesit atau referendum.  Perundingan macet mungkin alternatif berikutnya --- perjuangan bersenjata.  Perang Gerilya berhadapan dengan Kekuatan Kontra-Gerilya.  Tidak mungkin lain.

 

Kamu boleh bersikap, dan pelihara itu dalam perundingan bahwa “ini adalah masalah Dalam Negeri Indonesia --- yang pasti Faksi Pertama tidak boleh digabung dalam perundingan dialog bersama-sama Faksi Kedua.  Karena konsesi yang diberikan berbeda intensitasnya.

 

Faksi Kedua mempunyai Tujuan Akhir : berpisah dari NKRI --- peluang konsesi sekecil apa pun mempunyai risiko.  Engkau ditakluk-kan.

 

Bagaimana tekanan intervensi Asing ?   Lakukanlah dengan cerdas, untuk itu kami bayar gaji dan fasilitasmu dengan mahal.

 

Bertindaklah Cerdas, Komprehensif dan Berdaulat.

 

 

Ingat pepatah Nenek Moyangmu : Pilih Beras buang Antahnya !  (Faksi Pertama bukan Antah --- ia harus kamu tampi sebagai Beras).

 

Selamat Bekerja, jangan bertele-tele akhirnya konsesi tercecer (Berantas Budaya Korupsi --- ingat kekalahan di Propinsi Timor Timur disebabkan Budaya Koruptif).

 

Contra prinsipia negantem disputari non potest --- Berhadapan dengan orang yang mengingkari prinsip-prinsip, tidak mungkin untuk dapat berembug.

 

[MWA] (PolhankamNet -38)

*)Ilustrasi ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun