Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah O Sejarah : Almarhum Soedjatmoko (01)

2 Desember 2011   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:56 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kugenggam tangan hangat Bung Sjahrir

Kami melihat Indonesia yang suram

Kaum Kapit-Kapit menjarah Gudang

O Sejarah, beri kami Kebijakan :

 

“………Yang dicarinya dalam pergumulannya dengan pembangunan bukanlah hari akhir keterbelakangan --- seperti diajarkan ahli-ahli ekonomi   pembangunan --- bukan pula pembebasan revolusioner dari penghisapan kapitalisme dunia seperti pada mitos ekonomi politik baru. Ia mencari suatu alternatif peradaban baru bukan Barat yang mengambil tempat seiring dan berkedudukan sederajat dengan peradaban barat. Peradaban baru itu barangkali merupakan ragam peradaban Cina, Hindu, Islam atau yang lain …………..”  (Aswab Mahasin – 1983, Sekapur Sirih --- Soedjatmoko dan Dimensi Manusia :   buku Soedjatmoko:

Dimensi Manusia dalam Pembangunan, LP3ES, 1984.*)

 

Kugenggam tangan hangat Bung Hatta

Koperasi--- Koperasi --- bukan Konglomerasi

Kami menepi

Hujan tangis TKW/TKI

Tangan mereka dibelenggu para Tekong, para Sponsor

O

Mereka bukan gelandangan mati di Jembatan Berok

Mereka bukan kaum kelaparan mati di Gunung Kidul sepanjang 60-an

Mereka adalah kucing kurap di dapur para Tauke di Petaling Jaya

Mereka hamba Sahaya para Sheik Migas di Jembatan di kota Jeddah dan Abu Dhabi

 

O Sejarah

Kugenggam tangan hangat Bung Karno

Kutuding wajahnya

Bung

Kembalilah ke Yogya

Putar kembali jarum jam sejarah ke

Putar kembali arah revolusi ke

Putar kembali Komando Revolusi-mu

Merdeka atau Mati

 

(Indonesia kini --- memilih mati, lebih terhormat)

 

Kugenggam tangan hangat Pak Harto

Pak !

Beri kami petunjukmu ke mana arah ke Gudang Beras

Arah ke Pabrik Pupuk dan Gas penunjang Pertanian

Arah ke tentraman pembangunan bersinambungan

Pak !

Anak-cucumu tambah serakah

Memamah biak seperti gendon binyawak

Di Kementerian sampai di Kelurahan di tapal batas Sarawak

Di Bantuan Sosial sampai Kontrak Beli Persenjataan dan peluru bedil dalam latihan

Pak !

Pabrik-Pabrik strategis sudah runtuh dikukut, pak

Kami menyambut Marinir  Amerika dari Darwin

Untuk mendirikan Kemah-kemah kami berteduh

Kemah-kemah mereka, dan

Kemah kami dari Merauke di Papua sampai di Meuriah di Tanah Gayo.

O Tanah Gayo sampai di Sabang

Welcome raise your Guns

 

“Tulisannya tentang Model Kebutuhan Dasar bahkan menyebabkan ia memperoleh Hadiah Magsaysay di tahun 1978. Dan kuliah yang diberikannya di Jepang tentang pembangunan dan kebebasan --- yang kemudian terbit dalam bahasa-bahasa Inggeris, Jepang, dan sebentar lagi Bahasa Indonesia --- barangkali merupakan puncak pemikirannya tentang pembangunan hingga  saat ini ………..”  (Idem ditto)*

 

O Sejarah

Terimakasih Bung Soedjatmoko !

 

 

 *) Soedjatmoko, Cendiakawan (1922-2008)    **)Foto ex Kompasiana.Com    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun