[caption id="attachment_129392" align="aligncenter" width="300" caption="Upin & Ipin, Karakter kamu ada pada Baju dan Tas Sekolah Kami, bahkan sekarang Industri Telekomunikasi pun memakai Karakter kamu --- Datanglah ke Indonesia."][/caption]
Dora dan Bush mengajarkan initiatif dan kecerdasan --- Tom & Jerry memberi contoh tentang hidup harus usil dan jahil, Naruto dan film video Jepang di acara TV, mengajarkan kepahlawanan, gaya masyarakat Jepang yang “menggemari kemajuan dan teknologi” --- banyaklah film kartoon dan animasi sejak jam 05.00 telah membangunkan anak-anak berumur 3 – 4 tahun ke atas, untuk menonton film idola mereka. Sampai sore bahkan petang menjelang waktu istirahat atau belajar mereka.
Dari pengamatan kepada anak-anak Indonesia --- mereka pada umumnya sangat terkesan dengan lakon Upin dan Ipin serta kawan-kawannya ---- film animasi itu memberikan pengajaran tentang masyarakat pluralisme, toleransi, kemauan belajar, permainan kreatif dan kampungan, silaturarahmi, bertetanga, menghormati orang yang lebih tua --- ya, Upin dan Ipin memberikan pelajaran Civic dan Sosial yang sangat bagus.
Latar belakang setting film Upin dan Ipin adalah Budaya Melayu --- sangat dekat dengan Budaya Orang Indonesia. Anak-anak pandai sekali menirukan langgam dan bahasa Upin dan Ipin. “Betul, betul, betul Cik Gu !”
Upin dan Ipin berinitiatif mengumpulkan derma --- untuk membantu temannya, Ijat, yang rumahnya terbakar. Ketika misi itu tidak dapat dilanjutkan oleh kedua bocah itu --- karena kehujanan, demam, mengumpulkan “derme”. Sigap teman-temannya meneruskan pengumpulan sumbangan itu --- semua bergerak, termasuk si Mai-mai dan Darjit. Bagus skenario film itu.
Begitu pula ketika melakukan adegan “Pahlawan Melayu dengan para Bajak Laut” --- mengajarkan latar belakang Budaya Melayu yng pernah menguasai Laut di selatan Laut Cina Selatan dan Selat Melaka. Mereka diperkenalkan pada sejarah dan kostum Nenek Moyang mereka.
Ada lagi skenario yang bagus sekali --- pada cerita Ilmu Kontemporer. Sebagai Astronaut --- mereka kompak bekerja sama. Mereka mengajarkan “kerja Team”.
Film-film mereka kocak dan lucu khas anak-anak --- tetapi mereka bisa berinteraksi dengan “tokoh” tuha --- Atuk dan Opah (kakek dan nenek). Bahkan tampaknya mereka mempunyai teman anak asal Indonesia --- Susanty (jangan-jangan anak TKI atau Orang Indonesia Perbatasan yang numpang hidup di sana). Pokoknya film itu dari aspek sosial sangat integratif.
“Mengape pula kita harus bergaduh ?”
“Mari kite bermain lempar kasut bersame-same”
Upin dan Ipin meriah di film --- anak-anak Indonesia meriah mendapat Ajaran Moral dan Etika.
Film itu konon juga mendapat pasaran di Eropa --- film animasi Malaysia yang bagus untuk mengatasi contoh “burok” acara di TV Indonesia --- berkelahi, bergocoh, kroyokan, maling dan pencuri, narkotika, dan macam-macam adegan kemunduran Budaya. Banyak kita temukan --- kasihan anak Indonesia, mereka harus diawasi dan dibimbing untuk menyaksikan film dan berita di TV. Menakutkan, tetapi boleh dicontohlah , oleh Bawah Sadar mereka. Lantas bagaimana masa depan anak-anak Indonesia ?
“Ngerilah Awak pakcik !”
Baiklah Upin dan Ipin datanglah selalu ke serambi atau ruang keluarga kami di Indonesia --- engkau memberi kompensasi dan mengisi kekosongan Budaya khas Indonesia. Teladan tak punya --- Idola pun tiada di Indonesia.
Renungkanlah ketertinggalan Indonesia [MWA]
[caption id="attachment_129393" align="aligncenter" width="300" caption="Gajahmada dan Bapak Republik Tan Malaka, menyatakan Negeri-mu adalah Senasib dengan negeri kami."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H