Â
Seperti juga Rumahtangga --- Negara pun kalau sudah dsusupi Politik Selingkuh yang Koruptif , Manipulatif dan Kebohongan, kiranya menurut Ki Dhalang Tukidjan segera menuai Krisis Kewibawaan, seperti Kilat mendahului Gluduk, seperti Tremor mendahului Letusan Gunung Merapi.
Â
Â
(1)
Tunting Wulandari melagukan Tembang pada putaran sisi kuning gambaran Raksasa Gendarwa dengan suasana romantis, bercinta selingkuh dengan Sang Dewi. Suara gadis itu begitu merdu --- dengan alunan suara yang menghayati kisah filsafati dari bait-bait Tembang yang dinyanyikan. Kisah dan pengertian yang terkandung di dapatnya dari Sang Mbok Ratnaningsih, ibu yang melahirkannya dari bapa biologisnya Bupati Kalangean.
Â
Kisah cinta Prabu Gorowongo mengilhami para Abdi Dalem --- para penghuni harem di lingkungan Istana untuk bersedia menjadi taruhan, hidangan maupun upeti bagi kegiatan konspirasi para penguasa.
Â
Â
Â
Selingkuhan Gorowongso dengan Dewi Maerah mengandung pesan --- merebut, melanggengkan dan mempertahankan Kekuasaan dengan cara yang koruptif, manipulatif serta penuh sogok dan penyuapan……………..
Â
Â
Â
Terdengar ia melanjutkan melagukan Tembang dari putaran Damar Kurung……………
Â
Â
*
Â
Damar Kurung berputar di pusat Cahaya
Dari kegelapan menuju ke Gemilangan Sanggabhuana
Oh- Rakyat Tanah Jawa Kawula patuh pada Sang Raja
Tanah Pindrikan direbut Sang Penyamun
Seperti datangnya rayuan Sang Gorowongso di fajar sejuk
Mendidihkan air di jerangan Sang Dewi Maerah
Yoninya yang mrebesmili di jemari Sang Jantan, oh
Oh Dewaku, aku kangen dengan jamahanmu di kolam embun.
Â
Â
**
Â
Gunung Mahameru diapit Bukit Srandil si bukit busut
Petani menangisi panen puso beras tertumpah, aduh biyung
Petani menangisi umbi yang atos di parutan tidak bergajih, pukulun
Petani memeluk pacul, sarungnya sowek, aih
Hai para dewa mengapa kenikmatan selalu bagi para ponggawa dan kaum ningrat
Mengapa mereka menikmati hidup di kasur-kasur yang empuk, kami terdampar.
Mengapa panen dibagi pada paduka dan tuan kompeni
Ya, Allah mengapa mereka beruntung kami yang buntung
Sang Gorowongso menikmati saresmi, Sang Dewi Maerah menjadi bunting
Â
Â
***
Â
Sang Raja berjanji
Sang Bupati bersumpah
Sang Ponggawa bersumpah darah
Kami kawula memacul lahan bersimbah keringat
Kami mengabdi tapak menangkup nafas di tahan
Yang kami genggam adalah pusaka dawuh kramat Sang Lurah
Â
Â
****
Â
Oh, Bupati mengapa kini kami harus bekerja 12 hari di Sampeyan
Di kompeni 15 hari --- tanpa mengenal Subuh tanpa mengenal Duhur ?
Hai Orang Samin berilah kami ketentraman batin menjalani hidup
Seperti para pendakwah di Bukit Danaraja sampai Ronggojampi
Seperti para Mpu menitipkan Keris Glugut
Oh, Mpu Ni Mbok Sombro, kerismu sejengkal di bawah pusar
Ada rimbunan Sentigi menelan Cahya Murup di Garba Mrapen
Mintalah dawuh Sang Raja untuk benihmu --- puteramu.
Pangeran putera di bawah Payung Kencana
Engkaulah abdi pemelihara Bibit
Engkaulah pembentuk Watak Kesatria yang ber-Bobot
Kerismu mBok Ni Sombro Janggal di nasib Unggul di Bebet
Â
Â
(2)
Â
Â
Setelah melagukan Tembang, Tunting Wulandari berdoa agar diberi rejeki yang halal, suami yang agung, dan bisa membela yang lemah seperti para Sahabat Rasul dan para Wali --- ia ingin menjadi Satria seperti Dewi Srikandi dan menurunkan putera seperti Dewi Utari --- puteranya menjadi Raja Astina…………………..
Â
[MWA] (Damar Kurung Nyai Moravia, bersambung 03/03)
*)Gambar ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H