Salam hangat.
MemangIrian dan Papua sangat dekat secara emosional dengan keluarga besar kami --- dari kecil jiwa kepahlawanan, rela berkorban demi Tanah Air telah tertanam di dalam sanubari.
DuaOrang dari keluarga kami --- telah menjadi Orang Papua sejak tahun-tahun 1928 di Boven Digul, Tanah Merah.
Mereka para Orang Buangan yang telah menyatu dan berasimilasi secara politis ---- Orang Papua, yang dalam pengertian masa itu --- Orang Kaya-kaya, telah melakukan pendekatan politis.Senasib sepenanggungan.
Rakyat yang menderita, dan bercita-cita yang sama, Merdeka dalam sebuah Negara Republik --- mengenyahkan kaum Kolonialis Belanda.
Orang Kaya-kaya belajar membaca, bercocok tanam, berpolitik --- bersama-sama dengan Orang Buangan.Mereka merasa Satu Bangsa Satu Nusa --- itulah unsur yang menjadikan Nusantara menjadi gugusan pulau yang menjadi Wilayah Indonesia Raya.
Siapa dua tokoh dalam keluarga yang menanamkan Nasionalisme dan Patriotismesampai sekarang ?
- Abdul Hamid Lubis, seorang pemuda bujangan yang tidak meneruskan studinya ke Kedokteran --- ia mempunyai kesempatan untuk menjadi mahasiswa kedokteran, karena ia cerdas, dan ayahnya adalahKepala Stasiun Pangkalan Brandan, di Sumatera Timur.
Ia memilih menjadi wartawan, yang gigih mengkritisi Pemerintah Kolonial dan Onderneming yang beroperasi di Sumatera Timur --- karena sikap politiknya --- ia berkali-kali dipenjarakan di Medan dan Pematang Siantar.Ia bersama antara lain, dengan Adam Malik menjadi aktivis Partai Indonesia.
Ia menjadi salah satu Orang Rantai --- orang hukuman Kolonialis Belanda, yang setiap geraknya harus dalam keadaan dirantai tangan dan kakinya, bahkan dirangkai bersama pesakit lainnya --- begitulah sekitar tahun 1929-30 dengan dirantai ia dibuang ke Boven Digul, untuk hidup dan membangun Nasionalisme di Tanah Papua.
Abdul Hamid Lubis hidup sebagai Orang Buangan di Papua selama lebih 20 tahun --- tahun1945setelah Proklamasi kemerdekaan RI, ia dibebaskan oleh tentara Australia, dan kemudian dia bergerilya bersama TRIP Jawa Timur dengan Isman (Jenderal) --- bertempur untuk mempertahankan Kemerdekaan RI
- Muhammad Yunus Matondang, pemuda yang telah beristeri dan mempunyai seorang puteri --- ia adalah Orang Rantai yang dibuang Belanda ke Papua, Tanah Merah , Boven Digul --- di sana ia menjadi Pembina rohani anak-anak dan keluarga Orang Buangan, ia juga berinteraksi dengan Orang Kaya-kaya, penduduk asli Pulau Papua.
Ia tertuduh sebagai anggota kelompok penduduk Sumatera Timur yang selalu menyabot perkebunan dan fasilitas perkebunan tembakau di daerah Langkat.
Ia dikembalikan Pemerintah Kolonial setelah belasan tahun di Tanah Papua --- ia kembali ke Stabat, Sumatera Timur, sebagai Guru Mengaji, dan mengurus keluarga serta seorang puterinya --- ia meninggal dunia di usia muda, karena sakit Malaria dan Paru-paru yang diidapnya sejak dalam pembuangan.
Setelah Perjuangan Pembebasan Irian Barat dengan Trikora --- tidak ada alasan untukOrang Papua atau Suku manapun memilih jalan lain, selain Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memang kekecewaan dan provokasi bisa mempengaruhi Orang Indonesia yang mana pun di mana pun --- Kemiskinan, ketertinggalan, dan ketidak adilan adalah pemicu Orang Indonesia bisa kecewa.
Bung, apakah engkau menyadari itu --- Berantaslah Budaya Korupsi yang menjadi radix yang menghancurkan sendi-sendi Bangsa dan Kebangsaan ini.
Selamatkan Indonesia-ku(Salam hangat buat Hadasa Zebuda --- dan kawan-kawanku Anak Papua dan Timor Timur yang di tahun-tahun 1996-an bercita-cita membangun Bangsa dan Negara ini, menjadi Bangsa dan Negara yang Maju dan Bermartabat)
“Ipsa multa tuli non leviora fuga, dalam pembuanganku, aku telah menanggung penderitaan yang tidak lebih ringan (Ovid, Trisia 4, 10, 102) --- ungkapan yang dipinjam Eduard Douwes Dekker untuk pseudonym “Multatuli”.(Provebia Latina, B,J. Marwoto- H.Witdarmono).
[MWA] (PolhankamNet – 31)
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H