“Pak Martin saya tunggu ya --- di Kopitiam” Orang berlalu lalang, yang selalu menjadi perhatian Nyonya Ratri adalah prilaku ceria para remaja, pasang-pasangan muda. Ia terkadang membayangkan dan bisa menafsirkan prilaku mereka dari kostum, gerak lagu mereka melintasi restoran mahal. Mereka yang tidak beruang akan menghindar jauh --- dan melirik dengan iri. Pantulan kecemburuan sosial.
Ia menyadari mungkin Martin baru tiba sekitar 1 jam --- jalan macet dan tersendat, apalagi setelah truk tidak boleh memasuki Tol Dalam Kota. Indonesia benar-benar berpemerintahan yang tidak mampu bekerja secara visioner dan strategis. Apa pun Kebijakan susulan akan menimbulkan masalah baru --- bukan penyelesaian.
Ia menghirup kopinya --- khas Medan. Dikutipnya sepotong kripik pangsit yang kecil-kecil --- bonus. Ia walaupun wanita super kaya, senang menikmati bonus gratis. Pelayan meletakkan potongan roti bakar dengan selai blueberry. Itu kesenangannya --- terkadang roti bakar dengan Srikaya Medan yang khas. Si Cina, tauke café itu pun hafal itu.
Nyanya Ratri membuka lembaran majalah --- membaca artikel komprehensif tentang kasus suap Sesmenpora, merembet indikasi korupsi di macam-macam kementerian. Kini terungkap pula bau korupsi bukan saja di Proyek Asean Games Palembang, tetapi telah merembet ke dugaan di Proyek Stadion Terpadu Bukit Hambalang……………..
Ia bersyukur sejak muda telah membangun bisnisnya dari kecil-kecilan berdagang pakaian dan parfum, dengan hand-carriage dari Eropa atau Singapura --- almarhum suaminya Pak Mulyoto, adalah pegawai tinggi di Departemen Perdagangan, bahkan mereka pernah dinas di Hongkong; tidak pernah mengajarkan tipu-tipu secara kedinasan. “Ojo bisnis ngapusi --- ojo !”. Itu filsafat yang selalu diajarkannya.
Memang karena pengalaman, pengetahuan, dan relasi yang luas --- di tahun akhir-akhir masa dinasnya, Pak Mul juga mulai berbisnis dengan mitra Cina Hongkongnya --- pola itu memang ciri khas Era Orde Baru. Ya, mereka juga memiliki semacam Oom Lim, namanya Mr. Christian Lim.
Pak Mul dan Oom Lim membangun Pabrik Pakan Ternak di Lampung --- beberapa tahun kemudian Om meninggal dunia, keluarganya menjual seluruh sahamnya kepada Pak Mul. Itulah cikal bakal pabrik dan bisnis yang dijalankan anak Barepnya. Radityo.
“Nazaruddin masih muda sekali, 33 tahun” --- sebaya anak Bungsunya Romy. Nyonya Ratri jadi ingat bisnis menantunya, Betty, di bidang tekstil dan produk tekstil. Pernah diajak orang untuk mengerjakan proyek pengadaan Mesin Jahit dan Sarung. Ia bergidik --- ia ingat proyek sarung itu bernilai milyaran. Haji Zaini yang mengajak-ajak Betty masuk ke bisnis dengan Departemen Sosial. Karena nilainya milyaran tetapi cara yang diajukan ‘kok begitu mudah’ ---‘ini pasti bisnis ngapusi !’ --- itu bathinnya memperingatkan.
“aku kena macet; ini km ‘It is only in our decicions that we are important’ (Jean-Paul Sartre)”
Ratri pergi ke Toko Buku --- memang kalau ia ke Mall, ia menganggap sebagai tamasya, menunggu baginya sebagai bagian dari tamasya. Ia mengambil 2 buku novel dari pengarang wanita Indonesia ………..yang salah satu judulnya ada kata-kata ……….Vagina, dengan ilustrasi gambar bibir dengan lidah terjulur. Ia ingat adegan seks Cunnilingus, ia jadi mengingat Mick Jagger dengan lambang bibir dower dan juluran lidah --- Menjilati.
Ia ingat Roberto, perancang Italia yang memberikan kunci rumahnya (bahkan sampai sekarang kunci itu disimpan sebagai kenangan) di Naples --- tetapi mereka sering bercinta pula ke kota kecil, asal Roberto, Reggio di Calabria --- di depan pulau Sisilia. Kota Mafia !. Bisik hati Ratri. Hanya Roberto yang bisa melakukannya begitu nikmat dan indah (ia membayangkan meremas-remas rambut Roberto) Italian Kisses melebihi French Kissses. Memang Roberto adalah pria Italia yang sangat romantis. Memang mereka tidak mungkin menikah. Waktu itu anaknya baru si Radityo.
Buku ketiga, Sejarah Tentara, Petrik Matanasi, Penerbit Narasi, Yogyakarta. Ia memang selalu tertarik pada sejarah --- sejak kecil ia telah mendengar kisah KNIL dan Marsose --- Mbah Kolopaking adalah garis bapaknya, KNIL Gombong yang membanggakan, sebaliknya dari garis ibunya, mbah Kartolo adalah Orang Buangan di Boven Digul --- dia mati di Tanah Merah, Papua. Orang Kominis dari Solo. Ratri senang sejarah --- ia bisa merasa benang merah perjuangan leluhur --- sampai dia kini ingin melestarikan kekayaan untuk anak-cucunya. Borjuis !
“Bagaimana kelanjutan pengiriman Atap gelombang ke Pulau Cebu --- lancar ?”
“Lancar dengan tiga kali overship--- memang sulit pengiriman kargo di Kepulauan Philipina, harus mengalami berkali-kali tranship. Pengalaman dan kordinasi sangat penting”
“Maka itu aku pasang Pak Martin untuk mendampingi Romy --- pokoknya optimistik dan prospektif ya …………..pengangkutan ke Afrika ?”
“Kita titik beratkan pengiriman ke Pesisir Barat --- ke Namibia sampai Lagos Nigeria”
“Kargo apa saja ?”
“Terutama Curah dan barang tehnik, seperti baterai dan ban buatan Indonesia”
“Pak Martin perbesar terus volumenya --- aku tidak mau tahu, aku hanya pendorong untuk bisnis anakku. Isterimu bagaimana ?”
“Begitulah………selama ia bisa ditatih, saya senang saja merawatnya …………you telah bebas, Pak Mul telah berpulang……….berapa lama dulu itu”
“Yah, lama sekalilah --- dari ia alzheimer, lantas stroke pertama, dementia, koma --- bertahun-tahun aku merawatnya. Dari berdoa agar sembuh sampai menyerahkan kepada Allah ………..untuk memilihkan waktu yang tepat.”
“O ya Pak Martin --- omzet perlu ditingkatkan terus tetapi jangan mendekati proyek Pemerintah --- aku jijik dan bergidik melihat praktik di proyek Pemerintah --- penuh suap dan korupsi !”
“Sekarang kalau tidak menyuap mana bisa mengikuti irama pertumbuhan ekonomi --- orang di Indonesia memang sedang melaksanakan Economics of Corruption --- bukan Ekonomi Konstitusi. Kalau mau tumbuh berkembang harus Suap dan Korupsi, ingin menjadi pimpinan partai harus menyogok --- ingin menjadi pemenang dalam pemilu di Indonesia harus mengumbar duit. Mau ke Puncak Sukses siapkan Sumber Daya, walaupun itu harus mencuri uang dari APBN atau APBD. Ini yang dinamakan Bung Hatta, Korupsi telah menjadi Budaya --- lihatlah praktek korupsi dari Jalanan sampai ke Lembaga paling Terhormat --- itu bukan menjadi Kemaluan Moral lagi !”
“Apakah yang dikatakan Nazaruddin itu benar ?”
“Mungkin ada benarnya --- karena prosedur dan mekanisme Gampangan begitu. Kita tunggu berita dan peristiwa baru lagi”
Kedua sahabat itu berpisah --- Nyonya Ratri merasa puas bisnis anak Ragilnya mulai bertumbuh. Martin Matanduk orang kepercayaannya.[MWA]
[caption id="attachment_121203" align="alignright" width="300" caption="Mubarak bilang .........di Argentina, enggak-lah. Orang boleh menebak bouwville dan cahaya, atau Topinya --- tetapi Wanita se-Cerdas Ratri, melihat konstruksi bangunannya."][/caption]
*)Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H