Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kartini-Kami [2010 Puisi – 09]

21 April 2011   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:35 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di TamanSiswa

Kami berlari-lari, main Galasin

Di Taman Siswa

Kami berlari-lari bermain Kasti

Bengek !

Bengek !

(sorak anak-anak untuk mencapai sasaran lontaran --- seperti peluru pejuang menembak para pengkhianat dan Nica)

Bengek !

Bengek !

Guru-guruBangsa mengajarkan : anak-anak harus mempunyai sasaran --- cita-cita setinggi bintang di langit}

Peluh dan ber-keringat

Ibu Guru kami, Ibu Hasanah

Ibu Hasanah berkaca mata.

Ibu Hasanah mengajarkan lagu --- Lagu Ibu Kita Kartini

Ibu Hasanah mengajarkan Gagasan --- ibu-bapa guru Taman Siswa mengajarkan Gagasan

Gagasan untuk apa Merdeka

Gagasan untuk apa harus menjadi Bangsa Merdeka

Gagasan Anti Penindasan, dan ber-Jiwa Merdeka --- sebagai Warga Negara Negeri yang Maju

(terbayang Ibu Kita Kartini mengajar anak-anak Jawa arti membaca dan belajar : Sinau)

Ho no Co ro ko --- mari belajar membaca --- untuk merdeka bernegara

Anak-anak Jawa adalah anak-anak Indonesia Masa Depan

Ibu dan Bapa Guru : ajari kami membaca dan berhitung, ajari kami karakter dan watak merdeka

Ibu Kartini-kami

Ibu Hasanah-ku : mengajarkan watak merdeka --- karakter bertanggung jawab atas cita-cita Merdeka

Ibu-Bapa Guru-kami ajari kami berwatak, bercita-cita untuk Merdeka dan ber-Tanggung Jawab

(Ibu Kartini-kami menangis menyaksikan tayangan anak negeri ini tidak Tahu Diri, tidak tahu Tanggung-jawab ber-Negara)

Musnah

Musnah --- anak-anak sekolah membawa clurit dan gear untuk membunuh Watak Bangsanya

Guru Teladan

Guru Bangsa : Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Ibu Dewi Sartika, dan Ibu Kartini-kami

Ki Hadjar Dewantoro --- Kyai Soewardi Guru-kami

Anak Negeri menangisi bangkai anak sekolah terbelah kepalanya --- otaknya kosong

Anak Negeri meratapi bangkai anak sekolah terburai dadanya --- getih-yudiranya, pahit berbau

Anak Negeri mencari Guru Bangsa

Untuk menuntun Anak Sekolah menyanyi di atas bangku : Lagu Ibu Kita Kartini

Aku berlari, mencari-cari --- Guru Bangsa itu

Yang ada, sorak-sorak gembirapara Bedebah

Yang ada, hanya sorak-sorak para Pencuri memberi Teladan untuk cara mencuri --- bermanipulasi

Yang ada hanya sorak-sorak para Pengkhianat

Yang ada, hanya anak-anak sekolah berwarna-warna mencari identitas dan idola --- mana ketemu ?

Brengsek

Brensex

Brengsek para bedebah --- merebahkan diridalam kelelahan mengisap candu

Anak-anak sekolah ter-ngah-ngah mencari teladan di dalam Bangsa Korup ini --- siapa yang ditemukan ?

Ibu Hasanah di Taman Siswa

Guru Bangsa Kami, Ibu Kartini-kami

Anak negeri ini masih dalam kegelapan --- pandai membaca tetapi tanpa teladan yang berwatak.

Bagaimana kami mengusir Kegelapan ini ?

Ibu tuntun kami !

(MWA)

[caption id="attachment_102074" align="aligncenter" width="300" caption="Apalah Arti Nyiur Melambai, apalah Artinya Kekayaan Alam --- Kalau Pendidikan hanya menghasilkan para Bedebah, para Penindas. Pendidikan Nasional harus membentuk anak-anak ber-Watak Merdeka !"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun