Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semacam Eat-Pray-Love; Phobia-Sadar dan Seks [Mini Cerpen 64-Saptalogi 6/7]

22 Februari 2011   04:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption id="attachment_90656" align="aligncenter" width="300" caption="Cinta Manusia tidak akan langgeng, tanpa Ekosistem yang terpelihara."][/caption]

(1)

Menggetarkan ciuman Tengku Houd. “Apa maksud tanda Urat Sirih di pipi ?”Mengapa Opa begitu interesant ? A’ay menghidupkan kran air panas. Kamar mandi menjadi penuh uap air.

Kenangan indah dari Tengku Houd, mengembangkan senyum dibibirnya.. A’ay menggambar dua hati di embun yang menempel di cermin ---- kemudian dia menghapus embun di cermin yang menghalangi pandangan ke wajahnya --- ia perluas ke arah seluruh tubuhnya yang telanjang.

Ia membersihkan wajahnya. Kemudian ia melakukan tes anti kanker payu dara --- buah dadanya sehat dan kini tetap kenyal, tetap membanggakannya  juga --- masih indah ………..dites, pensil belum bisa menyangkut di sana.Payudaranya masih membukit.

Dipalingkannya wajahnya untuk mengamati urat sirih --- segera terbersit naluri cintanya. Ya, ia masih wanita normal. Ia tahu sinyal cinta dari Tengku Houd. Lebih dari itu, hasrat cintanya bersublimasi dengan hasrat nafsu sahwatnya.Ia segera akan mengakhiri masa penantian yang begitu lama sejak pisah ranjang dengan Madkasan.Kini ia telah menggenggam surat talak. Ia akan segera nikah dengan lelaki yang membangun kehidupannya dengan kekuatan moral. Bukan seorang koruptor.

Memang setelah ia berada dalam pelukan selimut tebal itu --- masih ada telepon Tengku Houd. Dari dua peraduan di hotel yang berlainan mereka bercengkrama dalam semacam aroma sex-phone.

(2)

Siti Aisyah atau A’ay adalah manusia wanita yang didera dalam tragedi kehidupan tiga generasi yang dialaminya--- kakeknya seorang kolonel yang mati di dalam penjara dalam kasus korupsi, dengan kedua kaki yang diamputasi --- dalam siksaan penyakit kencing manis.Ia sangat kecewa dan takut pada kematian Sang kakek.Lantas disusul kehancuran keluarga ayah-bundanya, yang juga mati dalam kutukan sebagai koruptor.Bapaknya ditembak oleh Gang Pantura dalam proses peradilan --- dibungkam agar tidak memberikan pengakuan yang membongkar jaringan kejahatan korupsi di Departemen Agama, di mana ia bekerja.

(3)

Masa kanak-kanak sebagai anak yatim-piatu menyeretnya dalam asuhan keluarga jauh --- dan dikawinkan dengan seorang aparat yang juga mempraktekkan pekerjaan koruptif --- yang berkali-kali menyeret keluarga itu dalam suasana ketakutan dipecat, diperas dan menyogok pula agar selamat. A’ay hampir menjadi gila dalam ketakutan sebagai isteri koruptor.Ia melakukan pisah ranjang dan menuntut cerai. Seperti pernah dikisahkan sebelumnya. Ia hanya kagum pada lelaki yang membangun hidupnya dengankecerdasan akal dan mandiri dalam berusaha mencari nafkah.

(4)

A’ay seorang wanita pengusaha yang disiplin --- ia bangun pagi dengan kesadaran yang riang gembira untuk mememenuhi tugasnya melayani langganan rental mobilnya. “Opa, cukup ah teleponnya --- pagi besok A’ay akan bertugas sampai jam 5 petang, daag !”Begitu kalimat terakhir yang mengesankan, ia damai menjelang tidurnya.

Mottonya, pagi ini ia ulangi dalam afirmasi ………….”Tidur dengan damai, bangun dengan bahagia !”Ahoy !

(5)

Tengku Houd bangun dengan riang gembira --- memang ia lelaki sukses. Kini ia berjalan cepat di jogging track hotel, lantas menelpon A’ay yang sedang mengemudi menuju rumah yang menyarter mobil-mobilnya.Ia telah mengontrol dua supir anak buahnya yang mengemudikan dua mobil lainnya.A’ay tersenyum bahagia, ia merasakan gejolak cinta seperti gadis remaja --- ia selintas mengamati wajahnya di kaca spion dalam, ditekuknya untuk melihat ‘urat sirih’ yang terus menerus disinggung oleh Tengku Houd.

(6)

Dari coffee shop Tengku Houd menelpon Mirthe. Ia ingin mendengar komentar anak itu, apakah pekerjaan yang ditugaskan Tetty cukup menantang dan menyenangkannya.

“Bapak, saya senang pak --- ibu Tetty sangat baik membimbing saya.Saya senang bekerja di Distro Bu Tetty. Ramailho pak, kalau malam “

(7)

“Papa, Tetty sejak kembali di Bogor telahmerombak display dan interior Distro pa --- si Mirthesaya libatkan sepanjang hari.Saya jadi workaholic pa.Anak itu biar sejak awal saya libatkan di front line ---- mudah-mudahan aja dia kerasan dengan cara saya, pa”

Tengku Houd menghubungi Tetty di Bogor --- rupanya Tetty sudah kranjingan dengan Distro baru-nya --- joint dengan ibu Mince. “Papa, kapan ke Bogor ? “

“Lihat nanti ya --- duit papa transfer nanti Senin”

(8)

Lantas Tengku Houd menelpon Kepala Operasi di pabrik Parquette-nya.

“Sin, Sabtu Minggu genjot terus produksi --- terus lakukan overtime agar Rabu semua pesanan ready.Pastikan Kontainer dan Expedisi mengimbangi kesiagaan kita.Pekan depan harus sudah di Priok !

(9)

Tengku Houd memperhatikan bunga Stephnot ungu yang sedang lebat-lebatnya berbunga.Ia teringat beranda barat rumahnya di Semarang ---- biasa stephnot berbunga cemerlang.IsterinyaSri Isthira sangat menyintai bunga ungu tersebut, sehingga di mana pun rumah mereka harus ditanami stephnot.Sedang dia sendiri menyintai bunga Golden.Ia mencari sosok bunga golden di seantero lembah hotel tersebut.Nun di sana bunga kuning itu menyebar sepanjang pagar halaman hotel --- pasti kupu-kupu dan kumbang sedang bergelayut menghisap sari madu-nya ---- bunga itu bisa berkembang sepanjang tahun. Tiba-tiba tenggorokannya tercekat mengencang, ketika dilihatnya seorang pemulung miskin mengais-ngais rejeki di bak sampah di sela rimbunan bunga golden.

(10)

Sejoli bercinta, tidak memandang umur --- bawaannya kangen dan rindu.Perhelatan pesta perkawinan yang meninabobokkan khayalan A’ay. Ia duduk di kelompok meja-meja untuk keluarga.Kenangan perkawinan dengan Madkasan sama sekali ia bunuh, karena ia tidak mau mempertautkan memorinya dengan keterpaksaan “pilihan orang yang berjasa mengasuh hidupnya” --- kawin paksakah atau kawin dipaksa atau kawin terpaksakah ?” Ia bunuhkenangan buruk perkawinannya yang direcoki dengan kasus koruptif suaminya di bidang pertanahan. Ia sekarang ingin kawin dengan lelaki pilihannya --- biar tua tetapi gagah dan prospektif. Tengku Houd.

“Opa malam ini A’ay masih di Bandung --- jam 5 nanti bebas, dan kembali ke hotel.Apakah Opa ingin berjumpa sebelum pagi besok saya pulang ke Sukabumi ?”

“Ay, malam ini kita menikmati kotaBandung --- besok saya yang akan menyetir Alphard kamu.Saya akan mengantar kamu dan mobilmu kemana pun kau nyatakan.Kalau perlu kita berbulan madu di Cianjur “

“Jangan Opa !” A’ay tertawa terbahak dan terkikik mendengar tawaran berbulan madu di Cianjur dalam perjalanan pulang ke Sukabumi.

(11)

Malam indah di Bandung, makan malam di restoran favorit Tengku Houd.Berbicara masalah bisnis dan perkembangan perekonomian Indonesia. Tengku Houd juga mengemukakan berbagai masalah kehidupan berbangsa dalam negeri ini.Siti Aisyah makin kagum dengan luasnya pengetahuan Sang Tengku.

Mereka berpelukan lama sekali di dalam mobil --- bertubi-tubi ciuman yang mendesah. Pertahanan A’ay hanyut bersama sentuhan-sentuhan yang memang telah lama ia nantikan (selama ini ada caranya ia memuaskan desakan nafsu sahwatnya ---- tetapi apa yang ia terima dari jemari Tengku Houd sangat memabukkannya)

“Maaf Opa --- apakah opa bersungguh-sungguh ?“ Tengku Houd hanya menggoyangkan kepalanya di leher A'ay.

“Opa ingin anak dari saya ?”Kembali kepala itu mengangguk (selintas bayangan Tengku Houd teringat kepada vagina Mirthe).

Ada apa opa ?”Ia gelengkan kepalanya.

“A’ay saya senang urat sirihmu !”

(12)

Dalam perjalanan pulang ke hotel, Tengku Houd nanar memandang lampu-lampu jalanan dan mobil yang temaram atau menyorot.Ia telah mempunyai cara memutuskan pilihan salah satu dari empat wanita yang dikencaninya. Ia menyadari ia telah berumur hampir 68 tahun. Ia ingin hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan rumah tangga lagi.Hidup berpetualang cinta telah direguknya dalam kekecewaanditinggal mati istri dan anak semata wayang.

“Aku akan bersyukur kalau Allah memberi lagi anak bagiku --- hartaku insya Allah dapat menjamin kehidupan anak itu, seandainya aku pulayang tidak berumur panjang lagi”.

(13)

Mercedez Coupe itu terparkir dibawah pohon dadap merah yang rindang --- entah berapa hari ia akan di situ menanti tuannya, yang mulai besok akan berkelana dengan perempuan yang sedang digandrunginya. ( bersambung ke Saptalogi 7/7)

Latar belakang drama ini ada :

http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/01/30/a%e2%80%99ay-sang-pengusaha-rental-mobil-yang-sexy-hello-mini-cerpen-%e2%80%93-63-saptalogi-57/  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun