Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ancaman Bencana kelaparan; bagaimana Revolusi kebudayaan? [kesadaran Nasional – 28]

1 Februari 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_86793" align="aligncenter" width="300" caption="Beras atau Sagu; Beras atau Ubi Jalar; Beras atau Gaplek; Sama saja --- Yang Penting Tetap Merdeka. Tetap NKRI !"][/caption]

Negeri Kaya Sumber Daya Alam ini, tetapi menjadi Negeri Miskin dan dungu Negeri Kaya Sumber Daya Manusia ini, tetap menjadi Negara Lemah dan dungu Negeri Kaya Subur di katulistiwa ini, malah menjadi Importir bahan makanan pokok, cabe, garam dan ikan Aneh Karena Pemimpin yang memimpin Negeri ini tidak cerdas --- hanya pintar menggelar kontes dan audisi , serta sandiwara saja. Tetapi jangan berputus asa --- Rakyat masih banyak yang waras, Tunggulah  Sak begja  begjane kang lali --- Isih luwih begja sing eling lan waspada. Dari pentas Sandiwara negeri ini --- samar-samar Rakyat mendapat pengetahuan ancaman Perubahan Iklim, Pemanasan Global, Efek Rumah Kaca ..............dan Bencana Cuaca Ekstrem. Enteng saja, Cuaca ekstrem --- nelayan di utara Pulau Jawa tidak bisa melaut,  Indonesia mengimpor ikan dari Pakistan ! Berabad-abad Nenek moyang sudah menguasai teknologi pembuatan garam, memang matahari katulistiwa sangat membantu --- tetapi negeri dungu ini mengatasi kebutuhannya, dengan mengimpor garam dari negeri lain.  Dungu ? Menggampangkan masalah dengan Metode Perdagangan, barang dapat saudagar untung !  Tetapi Cadangan devisa dan Surplus Neraca Perdagangan tidak efisien.  Itu naluri keledai dengan seabreg beban, akan terperosok dalam lubang yang sama. Rakyat miskin di beberapa daerah tetap survive dengan memakan gaplek dan klerot --- yang miskin di kota atau tepi kota memakan nasi sampah dan nasi aking.  Mereka survive --- syukur dapat membeli Raskin,  yang juga masuk aliran perdagangan yang sangat menguntungkan (dalam prakteknya). Peternakan Indonesia didukung dengan bahan pakan yang juga impor --- hasil produk juga membawa bibit inflasi impor. Kebutuhan daging pun di-impor. Butuh Devisa juga ! Indonesia mati-matian membuka pintu "hot money inflow" untuk pengelolaan cadangan devisa dan stabilisasi kurs Rupiah.  Indonesia harus membayar bunga yang tinggi dan membiayai Kebijakan Moneter yang sangat mahal.  Apakah tidak menemukan pilihan manajerial yang lain ? Biaya mengoperasikan Bank Indonesia sungguh mahal ! Lho ! Mata Uang  Indonesia, Rupiah digolongkan Dunia Internasional sebagai "Uang Sampah" bersama mata uang Negara-negara miskin lainnya (ada 10 negara) --- deretan angka Nol seperti uang Zimbabwe itu, akan di-redenominasi --- dengan risiko ancaman Inflasi, peluang proyek pencetakan uang yang koruptif (untuk kegiatan demokrasi 2014), dan mengacaukan modal dan perekonomian "recehan" Rakyat, kemungkinan menguras Cadangan Devisa. Lho ? "Rupiah Sampah" karena Negara Indonesia biarpun kaya Sumber Daya Alam --- tetapi tidak produktif. "Rupiah menjadi mata uang sampah" di dunia internasional --- karena penduduknya tidak produktif.  Mengapa ? karena produktivitas penduduk Indonesia rendah --- karena pendidikan rendah, Institusi Pemerintahan dan Negaranya Korup, Inovasi tidak berkembang, Perekonomiannya tidak mengandalkan "added value" . Industri Indonesia sangat tergantung bahan-bahan impor.  Putaran Devisa lagi, nih ? Bahkan Kebutuhan Enerji pun di-impor (anehnya karena alasan cuaca dan lain-lain --- kalau perlu batubara pun di-impor dari Australia) 'Kan Indonesia Negara Merdeka ? Gampangan ! Indonesia mengelola "Stok beras" --- bukan me-manaje Ketahanan Pangan Dulu jaman Bung Karno --- dari bahan-bahan dalam negeri dicoba membuat "beras TEKAD" --- BERAS HASIL INDUSTRI  dari pabriknya di Yogyakarta. Harusnya Pemerintah mengembangkan "Diversifikasi bahan makan pokok" hasil bumi Indonesia --- secara Budaya orang Indonesia sudah pernah ber-makanan pokok jagung, gaplek, bolet, ubi jalar, atau sagu.  Di samping beras. Dalam hidangan kuliner kita --- itu masih ada. Ayo galakkan. Jadikan selingan diet, semi makanan pokok. Amerika Serikat telah mencanangkan tahun 2015 mereka akan mengandalkan produk pertaniannya diolah menjadi "bahan bakar untuk kebutuhan enerji dan  transportasi mereka" --- begitu pula sejumlah Negara lain; dengan alasan Lingkungan Hidup, maupun mahal dan berkurangnya bahan bakar fosil di dunia. Harga beras, gandum, jagung, kedelai, dan bahan makanan lain di Pasar Internasional --- pasti terus membumbung tinggi. Sanggupkah NKRI membeli dengan meng-impor ?   Pasti tidak mampu ! Ancaman Bencana Kelaparan di dunia akan dialami 3 milyar manusia --- kini efektif 1 milyar.   Indonesia akan sangat terancam ! Berapa juta penduduk Indonesia yang akan terancam "bencana kelaparan" beberapa tahun ke depan ? Memulangkan gelandangan Rakyat Indonesia dari bawah Jembatan di Saudi Arabia saja, lingak-linguk bingung Hari ini gentayangan akan memulangkan lebih 6.000  WNI yang diancam Revolusi politik di Mesir. Masih banyak-kah uangmu Indonesia ? Indonesia membutuhkan Revolusi Kebudayaan --- untuk menjamin Ketahanan Pangan, menjamin perut Rakyatnya kenyang, menjamin Lapangan Kerja bagi penduduknya (Kesempatan Kerja adalah metode yang paling adil untuk menjamin Kesejahteraan sosial). Revolusi Kebudayaan harus diarahkan membangun "Kemampuan Agraris" Indonesia --- menjadi potensi Kemandirian dalam Kekuatan Perekonomian negeri ini.   Kalau tidak, NKRI akan tetap menjadi negeri pecundang dengan penjajahan Utang menomboki defisit APBN. Merdeka atau Mati ! Revolusi Kebudayaan harus merubah Paradigma Rakyat Indonesia terhadap Ideologi Kemerdekaan --- Bebas merdeka mengurus Negeri ini dengan Sumber Daya yang telah dianugrahkan Tuhan yang Maha Esa. Begitu saja kok repot ? Karena pemimpin Indonesia saat ini mempunyai Paradigma Koruptif --- itulah sasaran yang harus dihancurkan dengan filosofis --- Gerakan Moral Pancasila ! Kembangkan Pola Hidup Sederhana --- Hematkan APBN dan Devisa !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun