Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

He – Kalau Ingin Belajar Kepanduan Jangan ke Luar Negeri! [Kesadaran Nasional - 23]

15 September 2010   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_258541" align="aligncenter" width="300" caption="DPR dan Anggaran-nya"][/caption]

“Busyet – DPR mau belajar Kepanduan ke Luar Negeri ?”Sergah Cik Yung, begitu dia mendengarSeorang ayah muda, tamunya terlanjur mengemukakan isu dongok itu --- jadi ramai majelis lebaran di rumah Cik Yung, karena di sana tidak kurang ada belasan orang sedang bertamu. Cik Yung dengan beberapa orang tua duduk di saung sementara anak-anak mudamasing-masing duduk di kursi lipat mengambil posisi.

 

“ Aku pertama sekali menjadi pandu di madrasah Al Jam’iatul Al Washliah --- kami tergabung dalam Pandu Al Washliah.Di situlah aku mengenal pendidikan kepanduan, mengucapkan janji pandu…………pandu itu jujur, setia, ………pandu itu satria (lupa selanjutnya).Lambang kepanduan kami sama dengan lambang pandu lain-nya……….Cuma semboyannya yang beda ……….Bu’istu lil Karimal Akhlak …………Aku  bangkit untuk menyempurnakan Akhlak”

Kemudian Cik Yung menceritakan bagaimana proses latihan mereka dulu, melakukan daagkamp (perkemahan sehari), perkemahan, jamboree, kegiatan sosial.Dari umur delapan tahun  tertanam karakter --- bahwa untuk mencapai tujuan hidup atau target itu ada syarat karakter, diperlukan…………pendidikan kepanduan bertujuan membina karakter Kebangsaan, Kejujuran, Jiwa Satria, Mandiri dan Sifat-sifat Mulia lainnya.Melengkapi pendidikan dan pengajaran formal di sekolah.

 

 

“Itu anggota DPR sudah mempelajari Sejarah Kepanduan dan Ke-pemudaan belum ?Mau menjadikan pemuda Indonesia jadi orang Afrika Selatan, atau orang Korea atau Jepang, sih  ?Wah, waaaaaaah” Wajah Cik Yung merah padam.

 

“Cik,biaya mereka ke sana ---3,7 milyar Cik”

 

“Mengapa bangsa kita tambah dungu ya, masa membuat RUU Ke-Pramukaan saja harus menghabiskan dana demikian besar ?”

 

“Iri nih ye ?”Eh, emak si Harun nyletuk dari bawah pohon mangga.

 

“Ya, aku cemburu --- kita semua harus iri pada Komisi X DPR itu, mengapa mereka tidak bertanya kepada para Senior Kepanduan masa lalu, kepada mereka yang pernah menjadi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ?Apa-nya yang mau diambil dari Afrika Selatan, Korea Selatan dan Jepang ?”

 

“Kemajuan Bangsa Jepang barang kali pak ?”

 

“Tanya saja kepada Duta Besar kita di sana --- kemajuan Korea, Jepang dan Afrika Selatan bisa di baca dan ditonton, di buku, majalah, internet --- kalau kemajuan industri Jepang dan Korea, itu bisa dilihat di rumah-rumah orang Indonesia, atau pergilah ke toko, mall atau pasar dan siaran tivi ---Buku pedoman yang ditulis Baden Powell itu dasar, budaya bangsa di tanamkan, akhlak baik , suri tauladan dari Pimpinan …………….itu yang ditanamkan pada gerakan ke-Panduan Nasional.Kok malah menghabiskan duit saja”

 

 

Lantas Cik Yung bercerita tentang gerakan kepanduan sejak Sarikat Islam dengan Sarekat Islam Afdeling Pandu ( S.I.A.P.), Hizbul Wathan Muhammadiah --- yang dijaman revolusi menjadi laskar rakyat yang sangat patriotis, sampailah Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana).

 

“Yang mungkin Bung Karno inginkan, agar gerakan kepanduan menjadi Tunas Muda yang unitaris “ demikian penjelasan Cik Yung

 

  Kemudian Cik Yung bercerita tentang memang ada juga alasan yang bersifat politis, dalam pembinaan angkatan muda melalui kegiatan kepanduan.“ Itu sejak murid-murid sekolahSarekat Rakyat dan SI merah memang PKI ingin membangun pengikut mudanya melalui kegiatan ke-panduan “Lantas Cik yung menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan kepanduan setelah jadi Pramuka. Memang sejak jaman kolonial gerakan kepanduan  telah ada ide akan difusi --- tetapi baru di jaman Presiden Soekarno terlaksana dengan“Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka…………..” (dalam tanda kutip dari Wikipedia) “Bagi-ku …….  Komisi X itu telah bertemu dengan Mbak Tutut belum …………kegiatan mbak Tutut Soeharto meng-organisir dan membina para remaja dan pemuda dalam program “Kirab Remaja”, di jaman Orde Baru itu bisa ditelaah --- di masa itu pramuka dan Kirab Remaja sangat membanggakan para pesertanya……….dan ini………..bangsa dan masyarakat pun bangga.Bangga pada merah putih, bangga pada para pemuda !”   Karena menyebut-nyebut jaman Orde Baru, anak-anak muda saling berpandangan.Kesempatan itu langsung dilanjutkan Cik Yung “He, kamu tahu ………..dalam Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya ………..kata-kata apa yang sangat penting tetapi memang jarang digunakan sehari-hari oleh bangsa kita 'Di sanalah Aku berdiri…………..Jadi Pandu ibuku' …………….kata-kata 'Pandu' mengapa dipilih oleh WR Soepratman, bukan sembarangan --- kata pandu bukan padanan untuk Padvinder ………….dalam RUU itu --- apalagi kalau telah dijadikan Undang-Undang ………..hayatilah kata-kata PANDU,aku usul kepada DPR gunakan kata-kata Undang-Undang Ke-Pandu-an Indonesia ……….substansi Praja Muda Karana, pramuka masuk-kan didalamnya …………'.Warga Negara Muda yang Rajin Bekerja ' --- aku yakin kita tidak memerlukan ideologi apa pun dari Korea Jepang dan Afrika Selatan. Bangsa ini makin mundur dengan Budaya Retrogresifnya”.Tampak Cik Yung tertunduk, menangis tersedu-sedu dipeluk oleh tetangganya yang berada di sekitarnya ………..yang muda-muda hanya melongo seperti pemuda yang linglung menyaksikan sisa-sisa Angkatan 45 itu menangis terharu..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun