Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Nature

Seks, Abortus, Kisah Andaniaty [Mini Cerpen – 50]

13 September 2010   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:16 2876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_258091" align="aligncenter" width="298" caption=""Gadis-ku, jagalah dirimu --- kamu selalu merugi ""][/caption]

 

 

Dia masih menangis terus, sambil melayani satu dua mobil yang masuk --- ticket box seluas 1x 2 meter, memang digelari peti mati.  Idul Fitri tahun ini  benar-benar membuatnya menangis, dalam kemiskinan, dalam kedukaan yang mendalam dan penyesalan pada jalan hidupnya.

 

Seks telah menyesatkan jalan hidupnya --- semula Andaniaty tidak mempedulikan kerakusan-nya dengan seks --- ya, Tim yang mengajarinya, sehingga ia ketagihan. Terkadang ia masih merasa beruntung, tidak seperti si Tetet --- sudah bunting, terjerembab  pula dalam jaringan pemabok narkotik --- anaknya lahir cacat pula. Ah, mengerikan sekali. Ia memandang jauh, merasa lebih beruntung.  Mobil merapat ………………karcis diberikan.

 

Mobil yang baru lewat adalah lambang status yang di-inginkannya dulu --- di kamarnya yang penuh boneka --- ada TV ada komputer, bahkan saat ulang tahun ke 18 menjelang ujian akhir SMA --- papa membelikan laptop. Buyar lagi kenangan itu ……..sebentuk tangan mengulurkan jarinya…………karcis diberikan Andaniaty.  Melihat jari itu begitu dekat ……….dan hampir menyentuh dadanya.  Ia bergetar. Tetapi butiran air mata membuat pandangan-nya kabur.

 

Memang ia mudah sekali terangsang seks --- setelah ia bergelut bersama dua pasang teman-temannya. Mereka berpasangan di Villa paman Gembulitan.  Kemudian setiap kesempatan mereka melakukan. Ia dan Tim.  

 

Berita di bulan kedua, bulan Nopember 2008 – Restuti  membisiki dirinya,

“An, masih dapat ?  aku telat lho “  Berita kemungkian Restuti hamil sangat menakutkan komplotan itu.  Mereka memperbincangkan berita naas itu kepada masing-masing pasangan.

 

Pacar Andaniaty  adalah Tim Ambarro --- penjual HP bekas dan hanya ada beberapa yang baru --- selebihnya di lingkungan pusat HP itu hanya komisi-komisian.

 

Ia tidak tahu apakah kedua temannya masih aktip berhubungan seks apakah tidak --- setelah kertas tes kehamilan Restu menunjukkan indikasi positif --- ketakutan Restuti dan pasangannya --- benar-benar menakutkan Andaniaty dan satu teman-nya yang lain, Sumi. 

“Kamu tidak pernah pakai kondom ?”   Andan menggeleng-gelengkan kepala, dia dan Tim sepertinya tidak terpengaruh dengan nasib naas si Restu --- mereka hampir tiap hari melakukannya.  Tim memang anak muda yang brengsek --- ia benar-benar menyalurkan nafsunya pada gadis bodoh, dan gratisan lagi.

 

Sekitar tanggal 16 Desember 2008 seharusnya sudah datang tanda-tanda mens --- Andan mulai gelisah,

“Tim, bagaimana  kalau aku hamil ?”

“Beguyur  bae, An --- kamu harus banyak-banyak makan tape yang panas”  Sambil kembali meraih Andan ke atas badannya --- dipeluk eratnya gadis itu --- Andan tersadar ia berhenti sejenak, “ Kalau aku hamil bagaimana”   Tim diam saja ia menikmati kisah itu berlangsung.

 

Tim menghisap gelek --- Andan menerawang sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Tim (gadis bodoh itu  mempunyai naluri --- bulan ini vonis kehamilan akan dia terima).  Tim mulai fly --- mereka berpelukan………..sampai tertidur.

 

 Kedua gadis   bodoh itu panik  --- pacar Restu dan Sumi menghilang………tidak dapat dijumpai.

 

 Restu mencuri duit dan perhiasan ibu-nya ia tertangkap di komunitas anak-anak pecandu narkotika di pinggir Jakarta Barat sana --- uang dan perhiasan sudah tidak berbekas --- anak-anak itu digelandang dan ditahan di kantor Kepolisian.

“Kamu anak kelas dua SMU, akan naik kelas tiga --- mengapa melakukan seks bebas, mencuri dan terlibat narkotik pula “  ketika diperiksa polisi.

“Semula pacaran, dan coba-coba  keterusan”  jawabnya kepada polisi

“Apa salah saya pak --- artis yang narkotik saja masih bisa manggung di televisi pak, jadi tontonan pula, tetap dapat order ”  polisi itu terpana mendengar jawaban ceplas-ceplos si Restu.

 

Sumi konon dibawa seorang lelaki yang akan menampung kelahiran anaknya di klinik -----  sejak itu tidak diketahui kabar beritanya.

 

Karena kehamilannya --- Andan diusir oleh orang tuanya.

“Pergi kamu anak durhaka, memalukan --- pergi’  Tangis raungan, permintaan ampun tidak didengarkan papa lagi --- dua koper pakaiannya di masukkan ke taksi, papa memperintahkan taksi menuju terminal Pulo Gadung.  Tidak mengerti mengapa.

 

Tim dan Andan berhasil melakukan abortus di Jakarta Pusat --- setelah uang tabungan Andan habis terkuras dalam mabok cinta dan kepanikan hamil di luar nikah.

Akhirnya terbuang ke kos-kos murah dan jorok --- hidup sebagai gembel, pendapatan dagang telepon dan pulsa tidak memadai untuk menghidupi mereka --- apalagi Tim seorang pencandu narkotik --- tidak ada jalan untuk menuju kebahagiaan. Hidup pasangan kumpul kebo itu oleng.

 

Tim ingin menjual Andan --- di sinilah pemberontakan itu. Andan melarikan diri setelah bekerja asal dapat makan, akhirnya ia tercampak ke ticket box parkir --- ruangan pos 1x2 meter.  Hari ini ke dua mulut loket ticket parkir masuk dan keluar , dilayani dia sendiri.  Mutia pulang mudik.

 

Malam lebaran ia menangis sejadi-jadinya hingga azan subuh --- Gema takbir menggiring dirinya tobat dan minta ampun. Allahu Akbar.  Ia kesepian dan miskin sekali --- teman sekamar kos-nya,  Mutia mudik ke Rangkas dan Maya pulang ke Menes …………ia terlempar dalam kabut kesialan dan kemiskinan. 

 

Terbayang perkelahian hebat antara papa dan mama ……….tetapi pintu ampun kedua orang tua itu tidak dapat diraihnya. Ia kini menjadi orang buangan --- ia tidak membutuhkan Tim, tetapi ia membutuhkan lelaki lain.  Lelaki mana yang dapat dipercaya ?

 

“Ya. Allah aku bertobat --- berikanlah petunjukmu Ya Allah, seandainya aku engkau uji dengan kemiskinan, aku ikhlas menjalaninya --- tetapi jangan uji aku lagi dengan nafsu lelaki kardus --- Allah,   papa dan mama tidak mengampuni aku --- aku menjadi anak durhaka dan terbuang --- tolonglah hamba,  Ampunilah segala dosa hamba ( sampai di sini ia menangis sejadi-jadinya --- ia mengenang  kekejaman dia membunuh dan membuang darah dagingnya) ……….Ya Allah ampunilah hamba  --- hanya Engkaulah Maha Pengampun”.

 

Sepanjang gema takbir ia menangis dan memohon ampunan --- kini pun disela-sela pelayanan karcis parkir, air matanya terus mengalir ,  matanya sembab --- tetapi ia bersyukur ini hari taman parkir itu memberinya ………….uang lembur dan uang makan Rp 42.500 ………..Allahu Akbar.  Anak terbuang dalam kancah kemiskinan………Memang terkadang mobil-mobil yang melewati “peti mati-nya “ --- mengundang penyesalan yang tidak terampuni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun