Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyeludupan Karet dari Tembilahan dan Jaringan Wak Kolok dari Tumasik [Epos Medan Kota Dollar – 06)

8 September 2010   03:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapal nakhoda Kobat telah merapat di pelabuhan Kuala Pulau Sicanang --- menurunkan muatan tekstil dan kapas --- kemudian dimuati pula dengan lada, getah jelutung, kapur barus, kopi dan getah damar. Biasa kalau kapal nakhoda Kobat singgah di pelabuhan ini --- kapal dimuati dengan kuda Batak yang sangat terkenal dalam perdagangan ke Malaya …………..kali ini kapal dirubah menjadi kapal penumpang yang akan membawa kaum pembangkang dari Pesisir Timur.

Yang mengatur migrasi ini dilakukan oleh seorang Buron pemerintah Kolonial , dia adalah Wak Kolok, seorang pangeran dari Tanjung Morawa yang selama ini meng-organisir sabotase dan pencurian daun tembakau Onderneming.Dari Tumasik Wak Kolok menghimpun perniagaan kaum Melayu --- yang jaringannya sepanjang pesisir barat Semananjung Melayu yang berhadapan dengan pelabuhan-pelabuhan sepanjang pesisir Timur pulau Sumatera.

Anasir Wak Kolok dengan para Temenggung, Pangeran pembangkang, dan Kepala-kepala Marga yang mengatur perdagangan hasil pulau Sumatera dan mengirim bibit atau kebutuhan pulau Sumatera. Jalur penyeludupan di Tembilahan pun bagian dari kekuatan perang ekonomi kaum Melayu melawan Belanda, Portugis  atau pun Inggris --- semacam perang intelijen dan gerilya ekonomi yang sangat potensil mengancam onderneming di Pesisir Timur Sematera.

“Selamat datang Tengku !” Salam Nakhoda Kobat sambil berpelukan dengan Tengku Sulung yang menjadi mata rantai Wak Kolok.Kemudian mereka berbicara pelan-pelan seperti berbisik-bisik.Tampak Tengku Sulung menyerahkan seuncang uang emas ke tangan Nakhoda Kobat --- itu pembayaran para penumpang migrasi sejumlah 125 orang dewasa dan anak-anak..Pembayaran senjata biasa dibarter dengan kargo hasil hutan dari pedalaman Sumatera timur bagian utara. Yang tadi telah dimuat.

“Tarik jangkar !”Tampak Pawang Cik Mat Parang Tajam memberi aba-aba --- kapal layar yang tidak mengenal letih itu akan melayari Selat Malaka tujuan Pulau Pinang --- dari sana akan ke Johor-Malaka atau lanjut ke Tumasik --- dan menyeberangi Selat Malaka kembali, menyusuri dari berbagai pelabuhan dari selatan Sumatera menuju ke utara --- selain pengangkutan barang niaga, kapal itu mengangkut pula senjata dan mesiu jaringan Wak kolok.

Ada 9 kapal yang digunakan oleh jaringan itu mengangkut senjata dan mesiu --- cara penyeludupan senjata api itulah yang juga menyuplai modal pertempuran Pasukan Tuanku Tambusai dan pasukan Padri Tuanku Imam Bonjol melawan Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun