Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tajuk Ide (11) Brantas Pewarna dan Pengawet Kimiawi - Mengancam Kecerdasan dan Keselamatan Anak Bangsa

2 Agustus 2010   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di TV diberitakan kerang kupas dijual dengan warna kekuningan segar ---ternyata bahan pangan itu beracun, pantulan warna kimiawi yang sangat berbahaya.Apa tindakan Pemerintah ?

Anak-anak Rakyat Indonesia, murid-murid sekolah berkerumun menikmati jajanan yang semuanya berisikan --- pengawet atau pewarna bukan untuk makanan minuman.

Mengapa dibiarkan ? Berita dan fakta demikian telah berkembang bertahun-tahun. Mengapa Indonesia begitu lemah melindungi Rakyatnya ?Mengapa tidak bisa diciptakan pengawasan yang sistematis dan konsisten ?

Kalau ikan, kerang, udang dibiarkan dalam perdagangan dengan imbuhan segala unsur kimiawi yang membahayakan kesehatan --- pelan-pelan tetapi pasti. Akan menjadi Bencana Nasional!  Tunggu saja.

Baso, tahu, dan macam-macam bahan pangan Rakyat, tidak kita ketahui lagi mana yang sehat mana yang di-racuni oleh pembuat atau pedagangnya. Rakyat akan lumpuh pelan-pelan --- anak-anak murid kita akan menjadi bodoh dan menurun kecerdasannya dalam kurun waktu sepanjang masa pendidikannya.Produktivitas Bangsa ini terancam !

Pernah menyaksikan anak-anak murid kita di-interview di TV ?Pernah mendengarkan kalimat anak-anak Sekolah Lanjutan kita menuturkan jawaban pertanyaan ?Pernah mengamati sikap dan cara menyusun ungkapan yang diutarakan para kelas mahasiswa ?Lihatlah cara berpikir karyawan muda kita dalam interview atau dalam bekerja ---- Banyak diantara mereka menunjukkan tingkat kecerdasan yang rendah. Respons, reaksi, inisiatif, swadaya sangat rendah.Ada hasil surveynya ?--- belum ada.Pemerintah saja tidak bertindak cepat, konsisten dan cerdas mengatasi masalah makanan yang membahayakan ini.Coba disurvey Bung, apakah telah mempengaruhi kecerdasan dankesehatan kita ?

Jangan tunggu akibat serius dari mengkonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi bahan kimia yang berbahaya.Seriuslah mendeteksi akibatnya !

Jangan korbankan satu atau dua generasi --- Kemerdekaan NKRI terancam, bung !

Apakah Kementerian Kesehatan atau Perguruan Tinggi Indonesia tidak bisa menciptakan alat test racun atau kimiawi berbahaya secara massal dan murah ?Seperti umpamanya berbentuk “kertas” , atau “dioleskan” , diaplikasikan dengan gampang dan mudah ?Sehingga Satpol PP, pegawai pasar, pedagang, dan anggota masyarakat semua bisa terlibatkan dalam “Pengawasan, peredaran “bahan makanan dan minuman “. Mereka semuanya menjadi Pengawas ! Begitu hasil test menunjukkan bahan berbahaya polisi langsung bertindak. Proses hukum si Pengedar dan si Pembuat. Budayakan Ketegasan.

Umumkan dan beritakan dengan luas temuan yang berbahaya itu --- tampaknya Budaya Social Control harus dikembangkan di Indonesia --- karena birokrat dan aparatnya sudah mati rasa dan tidak trengginas.Ini bahaya bung !

Bahaya ini nyata dan terus berlangsung --- lebih bahaya dari bencana Gempa atau Tsunami . (Bisa saja ente).

Kita boleh meributkan ancaman polusi udara, limbah, pestisida,  dan air --- tetapi seperti kita bersikap tidak cerdas memberantas peredaran bahan makanan dan minuman yang luar biasa dan nyata  ini. Bertindaklah dengan cerdas, sistematis dan tegas !

Kemerdekaan Indonesia dan Keselamatan Rakyat Indonesia harus dijaga dengan seksama (Ingat teks Proklamasi).Ini sudah 65 tahun Merdeka, Bung !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun