Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wayang Kontemporer (11) Kang Semar Mampir di Tigaraksa

1 Agustus 2010   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tiba-tiba ia kaget ada seorang pemuda berjubah putih bersih, memberi hormat dengan sikap sempurna. " Eyang Semar ya --- selamat datang di Banten eyang "

"Sampeyan siapa"

"Daan Mogot eyang !"  Segera kang Semar bangun untuk menjabat tangan pemuda perkasa itu.

"Mengapa eyang mampir di Tigaraksa --- tidak ke Jayakarta mbah ?"

"Di sana ada Sang Togog sedang memperkembangkan Togogisme --- sopan santun politiknya kami bertentangan --- dia sedang turut berkoalisi di sana.  Bukan urusan saya untuk berbuat apa-apa di sana --- Rakyat-lah yang harus bertindak"

"Betul eyang --- jangan harap apa-apa dari kami........kami ini hanya tulang-tulang berserakan, engkau-lah lagi yang harus bertindak !"

Arwah Daan Mogot bersalaman dengan Kang Semar. Langsung pupus.


Kang Semar menghentakkan tongkatnya tiga kali --- zeeeeeeeep ia melayang ke barat, tiba di 106 derajat Bujur Timur ia  membelok ke utara --- ia tidak ingin melintas di atas Betawia atau Cikeas atau pun Cariu.  Ia terus melesat ke utara kemudian menyerong mengikuti Bujur Timur pada derajat 128 .


Kang Semar akan mengabdi pada para Elit, Kesatria, Birokrat --- yang semuanya bekerja dengan cerdas, rajin, bersemangat dan jujur . Begitu pula Rakyat Korea yang dipimpin Pemerintah yang cerdas akan menjadi,  pekerja keras yang produktif --- mereka hidup makmur dalam sistem yang demokratis.  Mereka petani dan pekerja yang memperoleh apa yang dihasilkan oleh rencana dan sistem kerja yang modern --- dari jauh Kang Semar mendengar yel-yel para petani dan pekerja di sana, dengan bersemangat --- Ho lupis kuntul baris --- Ho Lupis kuntul baris --- Ho Lupis kuntul baris . Makin dekat  makin jelas Ho Lupis kuntul baris ; menderu-deru bersemangat--- ia memalingkan wajahnya ke Selatan serong ke Timur terlihat kelabu --- aura redupnya Nusantara.


Horresco referens, aku bergemetar sewaktu menceritakannya.........................................

Ambalithuk kukum, melanggar hukum secara diam-diam atau pura-pura tidak mengerti .

Dua pribahasa dunia ini untuk memberikan trigger pada syaraf inspirasi anda.

(Tunggu Sang Togog memberikan Kuliah Umum dalam rangka menerima gelar Honoris Causa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun