Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sex A-Z (06) Hamil, Menghamili, Hamil Tak Dikehendaki

23 Juli 2010   08:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 4162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di majalah Sastra ataukah Kisah, tahunnya 1958 --- Cerpen itu mengisahkan kemelut di dalam suatu keluarga --- seorang pembantu hamil --- penulis saat itu masih remaja, tidak pernah mendapat informasi tentang seks, seputar seks hanya tukar menukar cerita dengan teman --- atau kesaksian di lingkungan kehidupan saja. Cerpen itu ditulis oleh Nasjah Djamin (?).

Kisah kehamilan pembantu itu sangat mencekam --- siapa yang menghamili ?Di lingkungan keluarga itu terdapat tokoh lelaki; bapak, paman muda bujangan yang tukmis, anak lelaki yang berangkat dewasa, dan si mbah kakung yang sudah tua. Ibu memerlukan pemecahan masalah berat di dalam keluarga ---ayah, paman, anak lelaki yang sangat potensial menghamili ......atau ada orang luar yang turut campur menghamili.Si pembantu tetap bungkem.Keluarga itu kacau balau harus menyelesaikan masalah ini.Tidak ada yang mau mengaku, atau si pembantu membuka rahasia, siapa yang menghamili dirinya. Pengarang sangat pintar membuat kisah itu mencekam pembacanya, apa lagi pembaca yang belum mengerti bagaimana kejadian menghamili. Sangat mencekam dan pelik.

Beruntung saat ini secara legal atau ilegal anak-anakremaja kira-kira lebih mengerti bahwa, lelaki dan perempuan bisa melakukan koitus. Bisa terjadi kehamilan dan kira-kira tahu pula mereka bagaimana --- mencegah kehamilan, Mereka telah pernah menonton bagaimana melakukan, coitus interuptus, memakai kondom (yang dengan mudah dibeli di mana saja) --- yang hebatnya lagi mencegah kehamilan, mereka biasa melakukan oral sex !Mereka tahu --- mereka tidak mau pusing dengan sistem kalender --- yang merepotkan kesempatan.

Mencegah kehamilan mereka yang tidak menghendaki kini dengan gampang mengunakan pil atau alat pencegah lainnya --- bahkan kemelut kehamilan yang tidak  mereka kehendaki, dengan tindakan kriminal --- abortus.

Kisah abortus yang sangat mencekam, adalah berita di dalam koran-koran nasional awal tahun 60-an.Gadis remaja, sekelas ABG sekarang--- hamil.Dan terungkaplah bahwa yang menghamilinya adalah saudaranya (sepupu) yang seumur ---- betapa kalut keluargaitu. Karena berita itu begitu menggegerkan dan mencekam, berhari-hari menjadi topik.Kala itu banyak para mahasiswa/i yang masih bujangan --- panas dingin membahas masalah penghamilan itu.Alangkah peliknya menghadapi masalah kehamilan apabila pasangan itu belum siap.

Dari cerpen tahun 50-an pembaca diajarkan, kehamilan, atau menghamili di luar nikah, sangat pelik dan menakutkan semua pihak. Masalah pelik yang harus dihadapi wanita yang dihamili, maupun siapa yang harus bertanggung jawab --- anggotamasyarakat masih kuatir untuk berbuat kehamilan yang tidak dikehendaki. Bagi remaja kesan ajaran itu terbawa sampai saat matang sebagai bujangan --- takut sekali mencoba koitus dengan pasangan.

Abortus belakangan ini seperti hal yang permissable --- masyarakat kira-kira mudah sekali mendapatkan klinik rahasia yang bisa melakukan abortus --- seolah-olah mempermudah mengatasi masalah pelik tersebut. Tetapi ingatlah itu adalah perbuatan pidana --- setidaknya KUHP akan menjerat anda !

Kembali ke berita koran nasional tahun 60-an awal, usaha untuk menutup aib keluarga itu --- dilakukan oleh dokter yang tidak kompenten (sukar untuk mencari dokter yang mau melakukan tindak pidana) --- wanita ABG itu mati, karena rahimnya robek, terjadi malpraktek. Kisah tragis itu masuk ke pengadilan dengan terdakwa sang dokter.

Jadi pada saat ini untuk membina dan mengawasi remaja agar jangan bergaul bebas --- jauh lebih sukar, karena mereka telah mendapatkan rangsangan seks dan kognitif --- untuk melakukan adegan seks. Begitu pula mereka yang bisa bertahan sampai umur dewasa --- sebagai mahasiswa ataupekerja yangsudah lepas dari pengawasan orang tua dan keluarga --- mudah sekali terdorong untuk melakukan koitus pra perkawinan

Kembali pada cerita pendek di majalah Sastra/Kisah di atas --- kiranya tepat sekali orang tua lebih awal memberikan edukasi tentang terjadinya kehamilan --- dan bahaya serta peliknya untuk mengatasi kemelut --- hamil yang tidak dikehendaki. Agar anak-anak, remaja, hingga dewasa mengerti bahwa dorongan seks, harus dikelola dengan bertanggung jawab. Bersetubuhlah setelah melakukan pernikahan --- hamillah setelah ada lelaki yang melakukan ijab kabul pernikahan.

Hamil itu adalah pengalaman alamiah yan sangat indah dan memukau --- baik yang dirasakan olehsang suami, apalagi sang isteri yang setiap detik merasakan denyut kehidupan yang tumbuh di dalam rahimnya.

Banyak pembantuatau wanita yang dihamili --- atau menikmati proses membuat kehamilan (tanpa nikah syah), di jaman sekarang --- menyelesaikan kemelut hamil tidak dikehendaki --- dengan kawin setelah hamil --- atau bertindak kriminal, abortus; membuang bayinya, menelantarkan, atau menjual bayinya --- alangkah kejamnya.Kekejaman itu tidak bisa mereka rasakan --- karena ego atau super ego tidak sempat tertanam --- bahwa hamil adalah kisah suci manusia dalam hidup. Janin dan Bayi adalah karunia Illahiah.  Jangan disia-sia menumbuhkan cinta bagi anak-keturunan yang prosesnya sanga nikmat. Karena bernama Cinta.

Persetubuhan di luar nikah memang mengandung banyak risiko --- tidak semua kehamilan yang tidak dikehendaki, dapat diselesaikan dengan pernikahan. Untuk menutup aib.Seperti ending di cerpen tahun 50-an itu --- sangat mengejutkan, tertuduh semuanya mengelak --- tetapi  pembantu itu mengakhiri kemelut itu, karena ”ibu” sudah tidak mampu menekan para tertuduh --- sampailah si pembantu iba terhadap kesengsaraan ibu --- ia mengaku, bahwa ia menikmati persetubuhan dengan mbah Kung --- lama mereka menikmati kisah asmara terlarang itu.Sampai puncak kenikmatan itu menjadi kehamilan yang diributkan.Mereka dinikahkan untuk melanjutkan kenikmatan yang masih bisa direguk si mbah Kung --- dan menutup aib yang bisa timbul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun