Kalau pun tergolong Hewaniah --- tidak perlu berkecil hati, karena secara biologis kita memang dekat sekali dengan kawanan hewan. Kalau pun terkadang anda melakukan seks secara Manusiawi, tidak pula berarti anda unggul di banding yang lain. Wajar saja.
Seks bagi manusia mempunyai dua fungsi --- terkadang tanpa kita sadari, memang ada dua fungsi. Sebagai kegiatan reproduksi, entah naluriah entah rational --- pokoknya kegiatan seks yang kategori koitus, untuk menyambung keturunan kita manusia. Dus ini adalah misi suci secara biologis.
Kalau kegiatan seks untuk rekreasi ? Ini hanya manusia ---- karena ia ber-budaya. Eh kegiatan seks bisa dikategorikan-nya menjadi rekreasi. Ya rekreasi, tahu sendirilah --- namanya juga manusia yang ber-budaya. Tentu ada sentuhan Metode, Kreativitas dan Peralatan. Wah, apaan nih, ada peralatan segala ? Manusia adalah Homo faber --- manusia pembuat alat. Manusia adalah Tool-making animal (kata siapa ? enggak ingat), juga homo ludens --- manusia yang suka bermain.
Sistem reproduksi telah ditetapkan secara Illahiah --- tancap, ejakulasi, ketemu sperma dengan ovum, pembuahan, konsepsi, lahir manusia. Praktis, namanya juga Ciptaan Illahiah. Kalau berdasarkan hukum perkawinan, jelas prosesi ini manusiawi.
Kalau ada gangguan sistem , Budaya manusia bisa melakukan berbagai tindakan medis. Dari penyuburan (kedua pihak pria atau wanita atau kedua-duanya), terapi hormonal atau pun pembedahan (karena ada penyumbatan atau kebocoran) sampai-sampai cara bayi tabung ( yang lebih modern, tetapi prosedurnya menyontoh cara alamiah).
Ada juga Bank Sperma atau meminjam rahim wanita lain. Namanya juga, menyontoh ---- intinya ia bisa menyontoh alam atau memanipulasi cara alamiah. Hukumnya di Indonesia ?
Ayo yang seru dong ! Seks itu menjadi seru setelah manusia memasukkan Budaya. Ada Budaya Hukum --- seks diatur, dibatasi dan diberi sanksi. Budaya Kreatif --- seks menjadi lebih sensasional. Nikmatnya menjadi luar biasa ! (sebenarnya sistem indrawi yang membikin terasa lebih nikmat). Ada suara desahan dan melengoh --- audiokan. Ada cermin, nonton lagi gituan di cermin --- videokan.
Nonton film orang lain atau nonton film sendiri sedang main dengan pasangan --- luar biasa sensasinya. Maka ada film anak-anak di telepon --- disadap teman dari dalam tas ---- geger anak sekolahan ngeseks ! Anak remaja yang telah mempunyai dorongan seks , yah sama saja dengan orang dewasa . Indrawinya ingin memanipulasi seks, supaya tambah nikmat. Ini ranah Budaya hukum dan pendidikan.
Mana yang hewaniah-nya ? Semua kegiatan seks yang tidak ada unsur emosional "hasrat sampai cinta" adalah hewaniah. Mencolek pinggang lawan jenis, yang bersangkutan tiada hasrat --- itu hewaniah. Kalau ada norma hukumnya, delik pidana. Raba meraba berlawanan jenis sambil pacaran, manusiawi --- tetapi mungkin anda berdua melanggar norma hukum agama, hukum adat, ke-susilaan, atau bahkan pidana. Hati-hati.
Perkosaan bagaimana ? Tindakan seksual hewaniah ! Diperkosa, dalam proses "kekerasan" itu si wanita menikmati. Bagaimana ? Memang bisa terjadi --- dalam sidang di pengadilan di Bekasi beberapa tahun yang lalu, diceritakan --- Sang suami menyaksikan bahwa istri-nya, korban pemerkosaan, menikmati adegan yang dialami -nya--- hasil penyidikan, penyelidkan, proses pengadilan tetap --- Pidana, dihukum si pemerkosa ! Dalam suatu suatu perkara perkosaan di Amerika Serikat, juga dinyatakan " Nikmatilah perkosaan itu, dari pada si pemerkosa membunuh korbannya, karena panik --- ingin menghapus jejak. Waspadalah.
Konon, Freud dan sejumlah ahli psikologi, menyatakan bahwa ada kecendrungan para gadis, atau wanita muda mengimpikan khayalan atau bermimpi dalam adegan perkosaan --- ini bisa terjadi karena kesadaran tekanan rasa takut dan libido yang wajar dialami. Hal ini mungkin adalah asosiasi dan improvisasi dari pada membayangkan tokoh yang menjadi idola dalam impian seks. Impian seks dengan segala kegiatan erotis yang dilakukan sendiri, juga manusiawi.
Dengarkanlah, simaklah acara seks di radio, biasanya malam hari --- pembawa acara bisa berdua atau lebih --- biasanya salah satu dokter. Pertanyaan dan ulasan serta konversasinya --- sangat seru dan blak-balkan. Jadi masalah impian dan way-outnya sangat manusiawi.
Berpasangan, suami istri --- melakukan adegan, posisi, dengan peralatan atau apa saja yang menambah sensasi seks ---- adalah manusiawi selama di dasarkan hasrat dan cinta. Hasil survey menyatakan, banyak para wanita berpura-pura mencapai orgasme --- Mengapa tidak ? Ia melakukan role-game, demi sang suami, apa boleh buat --- itu manusiawi. Anda baik sekali kalau bisa melakukan role playing yang mendebarkan. Bangun tresno. Buatlah skenario yang hot.
Binatang atau kucing melakukan kegiatan seks --- sejak nenek moyangnya ya begitu-begitu saja. Mereka tidak pernah mencoba berekplorasi dengan mencari posisi lain. Apalagi posisi missionary yang mesra, berhadap-hadapan, atas--bawah, tidak mungkin bagi raganya.
Bangun tresno. Ada pasangan yang jantan orang Australia dan yang betina, orang kita --- mereka unik sekali. Apabila ada sedikit kekalutan komunikasi, rada bertikai, komunikasi macet--- bahkan kadang-kadang yang satu tidur di sofa yang satunya di kamar --- alias pisah ranjang jarak dekat. Wah Ibu M itu, orang Indonesia yang lihai, kalau dia sudah tidak tahan tidak ada komunikasi atau mungkin juga impuls seks mulai menggrennyam. Dilihatnya si Australia sedang kerja di meja tulisnya --- si M dengan balutan anduk di tubuh meliuk-liuk menari, di depan meja kerja sang suami. Dan byaaaaaaaaaaaar --- anduk terlepas. Telanjang bulat. Cairlah dalam gumulan yang liar --entah di mana mereka menikmati seks itu. Manusiawi !
Kemarin di internet mengabarkan bahwa wanita Inggris, di kota Essex --- adalah pembeli dan pemain Sex-toys terbanyak di Inggris. Konon wanita Essex memang berwatak panas. Kalau di radio Indonesia juga banyak pertanyaan dan cerita begituan --- baik sex-toys untuk pria maupun wanita --- Cuma belum disurvey berapa banyak peminatnya..
Tetapi kalau melihat banyaknya toko kecil (ada juga yang besar, dan toko on line). Jangan-jangan Budaya itu sudah menjamur. Benda itu terlihat di rumah tangga Indonesia tahun 1968 --- seorang kapten kapal mengirimi keponakan perempuannya yang bersuami - penis buatan. Mungkin pesanan , mungkin pula gift. Siapa tahu ?
Tahun 80-an para sekretaris di suatu kantor menunjukkan koleksi mereka . Sex-toys.
Manusiawi ?
Tauuuuuuuuuuuk. Mungkin tidak termasuk budaya Indonesia ! Akulturisasi Budaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H