Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Epos Medan Kota Dollar (03) Mendebat Tan Malaka (Juli 1942)

27 Mei 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Begini,  dengan serangan Nippon ke Pearl Harbor Desember 1941 --- pastilah Perang Besar akan terjadi di Pasifik.  Negeri kite akan menjadi ajang perang orang Sarikat dengan balatentara Dai Nippon.  Mereke semue adalah musuh kite.  Kite harus satukan barisan. Semue orang yang bekerjasame dengan Belande, Nippon, atau Inggris dan Amerike ---- same saje musuh bagi Kemerdekaan  Indonesie.  Sementare barang hasil perkebunan tidak bise mereke jual --- rebut, seludupke ke Semenanjung atau Temasik.  Balikbawe senjate.  Belande dan Inggris sudah takluk--- hati-hati, bile sampai Jepang kalah.  Jangan kompromi, kalau tidak dapat perkebunan ni --- bumi hanguskan.  Kaum Feodal kalau tidak juge sadar masih menjadi kaki tangan musuh --- hanye satu jangan ade pengampunan !"  Cik Lukman berapi-api melanjutkan cara perang, taktik gerilya, bagaimana menghimpun buruh tani untuk merebut harta benda perkebunan.  Kalau tidak bisa direbut, jangan diberi jatuh ke tangan musuh.

"Jangan kasih kesempatan kaum kolonialis kembali, jangan percaye pade fasis Nippon, jangan kasih hati kaum feodalis --- kesempatan bagi Indonesie Merdeke --- inilah saatnye. Perang Pasifik --- siape pun pemenangnya."

Dijelaskan pula oleh Cik Lukman, bahwa Mao tse Tung akan memenangkan  Revolusi di Cina --- kalau Indonesia bisa menegakkan Kemerdekaannya, sementara berkecamuk Perang Pasifik --- Rakyat Indonesia bisa membendung kedatangan kolonialis atau pun melumpuhkan bala tentara  Dai Nippon --- Kaum buruh Australia dan Nasionalis India adalah pembela kita. Indonesia !

Nusantara dan seluruh Hindia Belanda, Pulau Timor Portugis, serta Temasik, Sarawak dan Malaya harus sekaligus kita merdekakan .  Kita akan bangun Organisasi Kawasan Asia Tenggara, meliputi juga Australia. Organisasi itu adalah Aslia *--- Inggris kita linggis dan Amerika kita setrika.  Itulah isi ceramah panjang lebar dari Cik Lukman Hakim.

Malam tambah larut --- pertemuan itu diakhiri dengan peluk cium dan bisikan pekik Merdeka.  Tampak rombongn tiga orang itu diboncengkan dengan speda ke arah muara Sungai Percut.  Apakah mereka akan berangkat menuju lautan ? Siapa Cik Guru Lukman Hakim ?

Beberapa hari, itu saja yang mereka pertanyakan --- paman Suwarsono konon berangkat ke Jawa untuk mempelajari ilmu politik dan perang gerilya --- yang akan dipersiapkan untuk melatih para pemuda di Sumatera, menghadapi Perang Pasifik.  Bukan untuk membantu Jepang tetapi mempersiapkan Perang Kemerdekaan Indonesia.

Satu hal yang diingat ustadz Karim. Kalimat yang diucapkan terakhir sebelum mengucapkan : Assalammualaikum Wa Rakhmatullahi Wa Barakatu ...................'.Ketika menghadap Tuhan saya seorang Muslim, tapi manakala berhadapan dengan manusia saya bukan Muslim **"

Ternyata tamu mereka yang memberi ceramah dan pengarahan itu adalah Tan Malaka, alias Ramli Husein, alias Ilyas Hussein, ( "alias  Lukman Hakim", pandai-pandainya paman Suwarsono mengelabui  anggota organisasi persiapan perlawanan gerilya melawan Nippon dan Sarikat yang ingin menjajah  Indonesia ).

*Aslia;  "konsep Tan Malaka , negeri-negeri Asia Tenggara plus Australia --- yang kemudian dilaksanakan Pak Harto, Orde Baru, melalui Menlu Adam Malik, yakni Asean.

** Pidato Tan Malaka  di Kongres Komunis ke-4 di Moskow, 1922.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun