"Abah tidak suka tattoo itu " ditambahkan umi.
"Iya mi ada tattoo burung Rangkong di situ"
"Ha ? gambar burung rangkong ?" disambar Sang Kyai
"Di mana lagi ?" kejar Sang Kyai
"Enggak tahu Bah " jawab Tiis sambil bergantian memandang wajah ayah ibunya.
"Pemuda brandalan biasa juga kulihat mentattoo dengan gambar kawat berduri di leher dan lengannya"
"Itu tanda brandalan --- hati-hati Is. Abah dengar kamu ketemu dengannya di taman --- apakah di sekolah, di luar masih berjumpa khusus dengannya ?"
"Is tidak pernah mengikuti acara TV itu lagi Bah --- tapi kami pernah berjumpa di acara panitia maulid nabi di mesjid Al Falah Jakarta Timur --- Tiis akan mengisi pembacaan puisi Maulid --- deklamasi dengan drama penyambutan masyarakat Mekah atas kelahiran Rasul --- pembawa akhlak karimah. Berjudul " Bu'istu Lil Karimal Akhlak" --- Muhammad Rasulullah dilahirkan untuk membangun Kemuliaan Akhlak".
Kyai dan umi termangu.
Kyai pernah ingin merazia handphone dan facebook si Tiis, untuk mengetahui sampai di mana intensitas hubungan anaknya dengan si Boy tetapi kyai dan umi tidak sampai hati.
"Is, abah dan umi tidak mau prestasi belajar Tiis menurun ya --- pusatkan saja perhatian pada UAN --- Is ‘kan ingin menjadi orang sukses --- wanita sukses. Kesuksesan dimulai dengan prestasi di sekolah. Itu tanggungjawab Tiis ya " petuah umi. Sri Amethyst Al Tuhra mengangguk patuh.