Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Cerpen (31) Sri Amethyst Al-Tuhra

20 Mei 2010   03:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Abah tidak suka tattoo itu " ditambahkan umi.

"Iya mi ada tattoo burung Rangkong di situ"

"Ha ? gambar burung rangkong ?" disambar Sang Kyai

"Di mana lagi ?" kejar Sang Kyai

"Enggak tahu Bah " jawab Tiis sambil bergantian memandang wajah ayah ibunya.

"Pemuda brandalan biasa juga kulihat mentattoo dengan gambar kawat berduri di leher dan lengannya"

"Itu tanda brandalan --- hati-hati Is. Abah dengar kamu ketemu dengannya di taman --- apakah di sekolah, di luar masih berjumpa khusus dengannya ?"

"Is tidak pernah mengikuti acara TV itu lagi Bah --- tapi kami pernah berjumpa di acara panitia maulid nabi di mesjid Al Falah Jakarta Timur --- Tiis akan mengisi pembacaan puisi Maulid --- deklamasi dengan drama penyambutan masyarakat Mekah atas kelahiran Rasul --- pembawa akhlak karimah. Berjudul " Bu'istu Lil Karimal Akhlak" --- Muhammad Rasulullah dilahirkan untuk membangun Kemuliaan Akhlak".

Kyai dan umi termangu.

Kyai pernah ingin merazia handphone dan facebook si Tiis, untuk mengetahui sampai di mana intensitas hubungan anaknya dengan si Boy tetapi kyai dan umi tidak sampai hati.

"Is, abah dan umi tidak mau prestasi belajar Tiis menurun ya --- pusatkan saja perhatian pada UAN --- Is ‘kan ingin menjadi orang sukses --- wanita sukses. Kesuksesan dimulai dengan prestasi di sekolah. Itu tanggungjawab Tiis ya " petuah umi. Sri Amethyst Al Tuhra mengangguk patuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun