Lebih satu miliar umat Islam di lebih 50 negara Muslim saat ini --- bahkan ada lebih sepuluh juta jiwa berada di negara-negara Barat sebagai penduduk negeri itu. (disadur dari paragraf Ahmed). Selanjutnya dikatakannya, "Konfrontasi adalah sesuatu yang tidak perlu dan tidak diinginkan; selain itu, ada banyak persamaan pada kedua peradaban tersebut dalam pemikiran maupun dalam realitas kemasyarakatan. Inilah yang makin perlu dieksploirasi. Kita butuh kemampuan untuk memandang orang lain dan berkata : ‘Kami paham bahwa kalian berbeda, tapi kami juga paham terhadap perbedaan kalian'."
Islam mengenal keseimbangan antara kebutuhan hidup "dunia" dengan kewajiban "din" (agama) --- selanjutnya memakai kalimat Ahmed " seorang Muslim yang baik harus berpartisipasi dalam keduanya." Hal ini menurutnya sangat dekat dengan pemikiran dan realitas kemasyarakatan di kedua peradaban itu. Ini berarti suatu sikap yang matching dengan Pluralitas antar agama. Apa lagi ?
Dilanjutkan dalam tulisan Ahmed, "Meskipun ada suatu hasrat yang sungguh-sungguh dari Barat untuk memahami, orang-orang di sana mempunyai suatu masalah dalam memahaminya, barangkali karena pengalaman-pengalaman saling bermusuhan dalam seribu tahun terakhir."
Akbar S. Ahmed menganjurkan, kesalah pahaman pihak Barat dalam banyak kasus , atau --- katakanlah dalam hal "peranan wanita dalam Islam".
Barat banyak mengalami kekeliruan --- mereka memakai sikap orang Eropa pada masa-masa Abad Pertengahan --- mereka keliru, dengan melihat fakta sejarah bagaimana Eropa memperlakukan wanita di masa itu. Dengan kata-kata Ahmed, " Hal ini sangat krusial tidak hanya untuk membangun jembatan penghubung dengan orang asing lainnya, tapi juga untuk mengusir prasangka buruk di dalam diri mereka sendiri ."
Memang Ahmed yang hidup di tengah-tengah masyarakat Barat --- dapat memberikan koreksi dengan studinya dalam rangka menyusun bukunya ini --- ia cek ulang akar pemikiran Barat yang keliru itu, ia rekonstruksi fakta-fakta sejarah. (Kita akan mengetengahkan cara Ahmed menjelaskan segala kekeliruan di dalam masyarakat Barat terhadap Islam --- pada seri berikut-berikutnya).
Ditulisnya, "Umat Muslim mengeluh telah dijajah oleh Barat dua kali secara politik dalam abad sebelumnya dan kemudian secara budaya dalam abad ini. Tapi Eropa juga mempunyai kenangnya sendiri tentang penaklukkan Islam dalam abad-abad pertama setelah Islam muncul. Spanyol dan Sisilia berada di bawah dominasi Muslim selama berabad-abad, dan pasukan-pasukan Muslim dihentikan menaklukkan Perancis oleh Charles Martel pada abad ke-18. Vienna hampir ditaklukkan dua kali, usaha yang kedua dilakukan pada abad ke-17. Maka inilah saatnya berhenti ...............dan mulai melihat realitas-realitas baru dan masa depan."
Baik sekali cara Ahmed memetakan geopolitis yang dihubungkan dengan geografis dan demografis saat ini, "Hanya beberapa dekade yang lalu masih mungkin membagi Islam dan Barat ke dalam wilayah-wilayah geografis yang terpisah, bahkan mereka rupanya ditakdirkan hidup dalam benua yang berbeda. Tidak lama kemudian ini menjadi tidak tepat lagi. Pada 1980-an kita telah sadar tentang bagaimana saling berhubungannya dan saling terjalinnya dunia modern yang sebenarnya. ...................................bagaimanapun juga video, televisi, faksimile, internet dan komunikasi satelit memastikan bahwa setiap orang di planet ini mempunyai akses terhadap ide-ide dan program-program secara umum ; ini menjadikan satu peradaban selalu terhubung dengan peradaban lainnya."
Perang Teluk 1991 membuka mata umat Muslim betapa Amerika menegakkan hegemoninya untuk menjamin persediaan minyak yang terus menerus agar gaya hidup materi dunia Barat yang tinggi dapat dipertahankan,........................." Perang itu di sisi lain membangkitkan perlawanan umat Islam, bahkan bagi mereka-mereka yang masih sangat tradisional sekali pun --- mereka menyadari adanya kekuatan yang terselubung yang menguasai mereka tapi mereka tidak dapat secara penuh memahami atau mengendalikan -nya."
Dalam bab ini Akbar S. Ahmed banyak memberikan gambaran, bahwa kesalah pahaman antara Peradaban Islam dan Peradaban Barat , bukan saja adanya fakta sejarah yang sudah berakhir --- sudah tidak menjadi modus atau pun momentum lagi. Tetapi ada juga perkembangan sejarah kontemporer --- penguasaan sumber-sumber daya, visi pertentangan geopolitis antara Kebangkitan kembali Rusia, bangunnya Cina menjadi super power baru --- di bidang ekonomi dan militer. Kekuatan itu diletakkan Huntington secara teoritis, juga penentang Peradaban Barat. Percaturan Geopolitik-lah yang ingin dipaksakan dengan mengumbar isu-isu usang pertentangan dan kesalah-pahaman.
Apakah berguna ? Dalam bab-bab berikut, kita akan mempelajari buku tersebut.
Akbar S. Ahmed adalah seorang antropolog, penulis dan komentator tentang Islam. Pengajar di Selwyn College, Cambridge, dan pernah menjadi Profesor Tamu di Institute of Advanced Study, Princeton dan Universitas Harvard. Ia juga mengerjakan Serial tentang Islam pada BBC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H