Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Features (17) Meminum kopi dengan Campuran yang menyehatkan !

22 April 2010   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menanam kopi, proses penjemuran, proses penyangrai, proses menyeduhnya--- bahkan ada dengan merebusnya. Ya sampai proses penghidangannya. Eksotik !

 

Nikmatnya kopi yang diseduh dengan campuran santan --- itu biasa dihidangkan di daerah Sumatera Timur, mungkin dari daerah lain juga ada, terutama di daerah-daerah penghasil kopra. Dari Jawa Timur lebih asyik lagi, kopi herbal --- alias kopi yang diberi campuran rempah atau bubuk yang biasa digunakan untuk pembuatan jamu. Empon-empon !

 

Memang bubuk kopi tetap enak, dengan rasa eksotik bila di tambah “sesuatu” --- mulanya para bangsawan Perancis yang gila kopi mencampur minuman mereka dengan coklat.  Moccha !

Kini lebih asyik dan herbalistik. Dengan Ginseng, Lingzi, atau Tongkat Ali --- yah, apa saja yang bisa menjadikan kopi tonikum.

 

            Kopi dengan gula nikmat, dengan berbagai kadar rasa manis, terserah anda.  Di kedai kopi di Medan, kopi diseduh dengan saringan yang panjang seperti kaos kaki --- setiap kali bubuk kopi bisa ditambahkan --- dipakai untuk penyeduhan berkali-kali,  sampai suatu saat semua campuran itu dibuang.  Seni menyeduh dan kapan mengganti seluruh campuran bubuk itu --- yang membuat aksi si tukang seduh dan rasa kopi hasil seduhan-nya menjadi, eksotik .

 

Di Bogor, terutama di pinggiran --- mereka orang kampung dan desa --- fanatik dengan merk kuna, tertentu. Rasanya unik, seperti enggak enak. Tetapi karena kopi adalah demokratis, rasakan dulu --- wah, memang nikmat unik. Lho. Itu di Bogor.

 

            Sekarang kopi dibuat praktis --- orang bisa membeli sachet telah berisi campuran kopi dan gula --- o, ada juga kopi + gula + susu bubuk.

Terserah anda --- pokoknya  penyuduhan kopi telah menjadi seni yang praktis --- tetapi ada pula yang disuguhkan dengan seni yang mahal di kedai kopi kelas dunia internasional. Jadi kopi dapat dinikmati dengan praktis murah, tetapi dapat pula secara mahal.  Kopi ada se-cangkir hanya Rp. 1.500 atau yang mahal seharga Rp Rp. 85.000, demokratis --- terserah anda.

 

            Kopi dapat menjadi kebiasaan yang menagihkan ---  asal tahu saja, minum kopi dapat mempengaruhi kesehatan anda. Anda harus menyesuaikan kebiasaan itu dengan tingkat kesehatan anda. Jadikan kopi hanya pelengkap kenikmatan sehari-hari. Cukup secangkir atau dua cangkir sehari. Anda sedang menjalani pengobatan --- hati-hati meminum obat dan selang berapa lama dibutuhkan --- tanya dokter anda !

Jangan meminum kopi dengan menyampurnya dengan minuman penyegar pabrikasi kimiawi --- mungkin sangat berbahaya.  Karena kopi mempengaruhi nadi dan tekanan darah anda !

 

            Ada pula bubuk kopi dijadikan obat penangkal --- bayi balita yang pernah atau mudah demam tinggi, dan mengalami gejala stuip  --- kejang-kejang ( dengan mata mendelik dan gigi terkunci ) --- ada mitos di kampung dan desa, beri bayi itu se waktu-waktu sesendok kecil minuman kopi. Insya Allah bayi balita itu terhindari dari stuip ( baca step, atau ‘nyetep).

 

            Kopi memang minuman untuk bersantai, berunding dan berbincang-bincang dengan teman sejawat --- konon setelah kopi di-impor tanamannya , oleh Louis XIV raja Perancis, dari Negeri Yaman --- Raja Perancis dan para bangsawan jadi keranjingan kopi.  Lambat laun kopi pun bisa terhidang secara demokratis di kedai-kedai kopi. Mereka berbincang, berdebat, dan mendapat kesimpulan --- berkobarlah Revolusi Perancis. Para Bangsawan dan Raja Perancis kehilangan “Kekuasaan-nya”. Ambruk !

 

Konon ide paham demokrasi tumbuh di kedai kopi Perancis, para intelektual berdiskusi di situ --- dan adalah Filosuf dan politikus  Perancis Voltaire,  mempunyai kebiasaan meminum kopi 40 cangkir sehari. Kopi-lah yang merangsang otak Voltaire untuk berpikir, menemukan gagasan yang brilien --- demokrasi modern, yang merubah negerinya, dan kini konsep itu merebak, sebagai pilihan cerdas penyelenggaraan negara. Apa iya ?

Wah, hebat ‘tu !

 

            Sejarah kopi. Tanaman kopi berasal dari Ethopia, di Afrika Timur.  Masuk ke Yaman di seberangnya, menyeberangi Laut Merah --- menjadi minuman kaum pedagang dan elite Arab, kira-kira 800 SM. Sampailah kopi di Qahira (baca Cairo) dan Mekkah. 

Masuk ke India, agak unik --- melalui penyulundupan,seseorang menelan biji kopi, kemudian menjadikannya bibit --- dan tumbuhlah di hutan Chickmaglur.   Masuk ke Eropa, melalui  Raja Louis XIV, asalnya juga penyelundupan.  Bibit kopi dari pelabuhan Mocha, di Yaman diselundupkan ke Amsterdam ---Kaum ningrat dan rakyat Eropa menggilai kopi, melahirkan  ide kapitalis di Eropa, membawa bibit kopi ke Sri Lanka , dan Tanah Jawa.

 

            Kopi Jawa menjadi label dalam perdagangan --- orang Eropa dan di daratan Amerika, menikmati kopi, dengan sebutan Java !  Belakangan ada pula kopi Mandailing yang merajai rasa di Amerika --- pameran San Francisco di abad di XIX, mengungguli kopi Mandailing.  Kopi Nusantara lenyap dari khazanah perdagangan internasional --- setelah perkebunan kopi di Nusantara dilanda hama Hemileida vasartix  di tahun 1878.

Pamor produk kopi beralih ke Amerika Selatan --- kopi produksi dari  Brazilia, Guetemala, Meksiko, dan pulau-pulau di Karibia itu.

Maka, insyaflah Indonesia, sedikit ke-unggulan-mu yang tersisa bisa lenyap --- karena musibah seperti Hemileida vasatrix  itu.

Hama yang melanda itu,  namanya kini Horroriticz Erotica Korupsii indierotica Lho !?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun