Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Planet Kemiskinan (13) PHK Kesatu dan PHK Kedua

4 April 2010   10:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“O, bapak bekerja apa ?”

“Saya pedagang keliling--- ke daerah-daerah “

“Dagang pakaian ?”

“Ya- macam-macam, apa saja --- saya belanja di Cipulir dan Tegal Gubug --- barang-barang di bawa dan dijual terkadang sampai ke Indonesia Timur, sampai Irian”

Pak Pian tertarik untuk melihat jaket PHK Mamiek --- memang ada juga sedikit simpati mendengar keadaan ekonomi Mamiek, yang sengsara karena PHK.

“Begini yang setengah kodi Pak Mamiek segera jual kepada siapa tadi yang minat, lantas nanti saya pinjami uang belanja untuk di rumah --- barang itu kita bawa ke Gunung Bromo--- biaya angkutan tidak usah dirisaukan, termasuk truk sewaan saya”

Mamiek tidak pernah membayangkan berdagang pakaian --- tetapi karena pesangon "in natura" ini, ia tepaksa berkeliling pasar-pasar menawarkan barang itu --- tidak membawa hasil. Kini ia percaya bahwa Pak Pian akan membimbingnya untuk mencairkan pesangon itu.

“Sudah ayah ikut saja dengan Pak Pian berdagang, mana tahu ini jalan yang ditunjukkan Allah untuk mengatasi kemelut kehidupan kita.”    Itulah pesan dorongan istrinya menjelang Mamiek pamit untuk berangkat ke Cirebon terus ke Jawa Timur  ”membawa dagangannya”.

Kedua

Keluarga Mansyur panik juga --- telah tiga belas tahun ia bekerja di pabrik pembuatan lantai granit itu ---- walaupun selama ini hidup keluarganya terbilang pas-pasan, dari upah di bagian peng-gergajian batu, tetapi ada yang diandalkan untukmembeli pangan mereka. Seluruh pekerja di-PHK karena pabrik tutup ---- pasaran tegel granitnya macet --- setelah segala sisa barang jadi dijual murah, mesin, gerinda, gergaji dan segala peralatan serta mobil truk terjual --- uang pesangon ala kadarnya telah disepakati mereka.

Sebenarnya bukan hanya Mansyur yang tergoncang lunglai --- semua pekerja disitu merasa terpukul, tidak mudah mencari kerja di desa atau di lingkungan kecamatan mereka. Di kecamatan tetangga yang banyak pabrik rotan juga telah banyak yang mem-PHK buruhnya. Di pertanian sudah tidak mungkin lagi mengharapkan pendapatan sebagai buruh tani. Bagaimana pun mereka  harus pergi mencari lowongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun