Pekan lalu diberitakan Tivi, bahwa Dewi Drupadi ditelanjangi…………..hukumnya Rsi Bisma yang pantang menemukan ajal, sejak itu sebenarnya ia telah mati sebelum ajal.Mengapa Drupadi ditelanjangi ?
Dewi Drupadi adalah perempuan yang sangat seksi luar-dalam.Kemolekan-nya membuat para lelaki mabok – membayangkan fantasi sex.
Bukan saja kisah seksual-nya yang mengundang fantasi --- bayangkan ia menggilir para Pandawa. Sesukanya.Suaminya dilayani sesuai dengan penguasaan teknik yang disesuaikan pula dengan postur tubuh lelaki yang bermain cinta dengannya.Tubuhnya juga mengundang fantasi.
Tetapi menurut mbah Dhalang Tukidjan --- posisi andalan Dewi Drupadi, tidak ada di Kamasutra yang dipelajarinya, waktu ia masih perawan.
Memang Dewi Drupadi mengeksplorasi dirinya, menikmati sex seperti melakukan rituil yang merawat tubuh dan kecantikan-nya
Memang ia cantik, memang ia seksi !
Ia pencipta posisi “Ayam ingkung—kaki mengambang” (menurut pasangan yang mempraktekan --- dua jempol untuk Dewi Drupadi)
Yang gila pada Drupadi bukan hanya Puntadewa sampai Sadewa saja --- semua Korawa memainkannya dalam fantasi mereka.Tetapi yang paling parah memang si Burisrawa. Ia seorang Voyeuris --- Burisrawa adalah pengikut Voyeurism !
Burisrawa pengidap Voyeurism --- tukang mengintip setiap kali Dewi Drupadi telanjang.
Jangan buru-buru mengatakan Burisrawa sakit jiwa, jangan --- ia hanya tidak dapat mengendalikan sahwatnya kalau bunyi nama Drupadi terngiang di telinganya – apalagi kalau sampai fantasi tergambar di mental.
Ia langsung On !
Itulah gambaran betapa dahsyat kecantikan Drupadi --- sampai semua Perwira Korawa, bisa hilang akal.
(kira-kira sama dengan Birokrat membayangkan duit anggaran atau di Bank yang di pelihara sakitnya --- untuk diembat kalau ada alasan eksternal.Bodoh banget !)
Apalagi cerita mbah Dhalang Tukidjan ?
Burisrawa selalu menantikan bulan purnama --- karena sejak “intel-nya” yang dia kirim ke-tengah-tengah Keputren” memberi laporan, bahwa Drupadi senang sekali berlama-lama melakukan rituil pembersihan jiwa raga di telaga airTuk Jasi. Ia mandi telanjang bulat secara alamiah. Bersatu dengan alam rembulan --- hanya disaksikan banyu kembang harum semerbak. Membakar dupa setanggi mengusir nyamuk.
Kolam tempat ia berendam telah ditaburi kembang.Jauh bau harum itu menyebar ke luar tembok keputren.
Ada batu halus tempat ia bersemadi – ia melipat lututnya, dengan kaki melebar ke samping badannya, sehingga bokong dan pantatnya membiarkan gravitasi bumi memberati menekan mulut vagina-nya --- fantasi, imajinasi, dan mentalnya dikosongkan.
(enggak tahu apa di perkumpulan atau Asram mengajarkan ilmu rahasia Drupadi, ya ?).
Sampai ia lupa diri.
Kemudian ia pindah ke peraduan yang telah disiapkan, dengan alas kain sutra yang lembut --- ia melakukan posisi “kura-kura emas”, menahan nafas , dan mengalirkannya sejak ujung jari tangan sampai ku ujung jari kaki.Lama sekali sikap itu.
Pelan-pelan pantatnya dikembangkan, sehingga lututnya melebar meluncur pelan-pelan menghayati lembutnya kain sutra.Terakhir, ‘kan posisinya saat ini --- seperti ayam ingkung terbalik, tangan masih lurus searah kepala yang masih tertanam di atas peraduan …………………..pelan-pelan tangan dikembangkan ke samping,Lantas lukut merapat --- dan ia mengambil posisi seperti bayi merangkak…………….
Semua dengan irama alam yang ramah dan lembut.Senyap – langut !
Drupadi berdiri di atas batu --- membungkuk pelan-pelan, semua jari menyentuh permukaan batu --- pelan-pelan kaki di kangkangkan,pelan-pelan kedua tangan meraba masing-masing kaki, paha --- tertunduk dengan kedua tangan menyentuh paha, pelan-pelan --- posisi itu konon namanya “burung ruak sembunyi”.Tarik nafas dalam, ditahan, dihembuskan dari mulut, pelan-pelan --- berulang entah berapa kali.
Butir keringat halus mengembang—pori-pori kulit bernafas.Kulitnya halus, buah dadanya mulus,telinganya cantik, rambutnya disanggul ke atas.Lengannya berisi, pahanya mulus dengan bentuk seperti gading.Pinggang dan pinggulnya , pas kalau dirangkul.Yang istimewa punuknya enggak tinggi – datar saja – lembut halus, maka ia jarang hamil, bukan tidak subur (bandingkan dengan Dewi Gendari, ia memang berperawakan dengan punuk lebar dan meninggi --- ia sangat subur, istilahnya pantang ditempel, pasti hamil --- janinnya jadi seratus).
Kemudian ia merebahkan diri di atas batu pualam – kedua kaki lurus, tangan ke samping lurus.Menghirup nafas dalam-dalam, pelan-pelan di hembuskan.Berapa kali ?Enggak tahu !(suka hati, sepuasnya)
Pelan-pelan paha dan kaki dingkat ke atas --- lantas paha di lebarkan, kaki dilipat pelan-pelan.Seperti ayam ingkung, tapak kaki tidak boleh menyentuh bumi !
Srek –skrek -blup – blup buk buk-bukseperti orang lari menabrak ranting dan pohon perdu di luar keputren --- kainnya kedodoran. Nafasnya memburu.Ia langsung cabut dengan ajian “angin puting beliung “ (makanya di Indonesia kalau bulan purnama selalu ada angin puting beliung ).Orang yang lari itu rupanya tukang mengintip dari Astina.Burisrawa !
Ke arah selatan ada lagi sreg srek- srek --nyeot bunyi pintu.O suaminya, rupanya juga mengintip .para emban menyongsong, sibuk menata kamar dan menyiapkan yang sudah biasa dipersiapkan, pabila salah satu Pandawa datang .
Voyeuris ?
Bukan, istilahnya di Amarta,suaminya yang mengintip lakon Dewi Drupadi mandi itu .“BangunTresno !”
Nakula bersembunyi di bawah selimut seperti bayi baru lahir --- dia mengajak main kejut-kejutan.
“Terimakasih mbah Tukidjan --- Sutra ini apa namanya mbah ? “
“Kama Ayam Ingkung-Kalpa Brata, nomore Siji “
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H