Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Serial Fabel Trio Hewan (3-3 habis) Kambing Menjadi Binatang Buas

18 Desember 2009   08:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:53 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kongres Kambing se-Dunia diselenggarakan di dekat Taman Raya Amboseli, di lingkungan savanna yang sedang menghijau, dari resor itu terlihat jelas Gunung Kilimanjaro,  gunung tertinggi di Afrika.  Kongres ini betul-betul menjadi hot issue di seluruh dunia. Pada pre-summit yang diadakan di salah satu kota pegunungan, Asia Tengah, telah menarik perhatian politikus internasional, terutama menyangkut siapa saja peserta yang boleh menjadi peserta kongres. Banyak bangsa mirip kambing yang ditolak oleh Organizing Committee---karena bukan saja disyaratkan dari segi fisik ,  tetapi suasana batin  yang dialami bangsa kambing itupun menjadi aspek yang diperhitungkan---semua hal yang diperkirakan panitia, yang tidak  memuluskan ide dasar kongres ini.  Ditolak !


Katakanlah bangsa Llama dari Amerika Latin, sampai detik-detik terakhir penutupan pendaftaran peserta kongres tetap ngotot ingin ikut. Llama ingin ikut kongres karena susana batin mereka merasa "juga kambing"---karena berkaki empat dan dekat dengan manusia.    Panitia menolak,    karena Llama tidak bertanduk----dan mempunyai senjata aneh untuk mengalahkan manusia, yakni meludahi manusia dengan cairan berbau dan menjijikan.   Akhirnya peserta  kongres itu ditetapkan murni, bangsa kambing. Kambing yang berjenggot dan bertanduk dari seluruh dunia,   Walaupun  ada juga bangsa kambing yang tidak berjenggot dan bertanduk---tetapi mereka dapat jadi peserta, apabila mempunyai bau khas kambing, yang  secara internasional telah diakui.


Indonesia mengirim delegasi dua ekor kambing---kambing kacang dari Trenggalek dan domba dari Garut.       Mereka membawa makalah  bertema politik. Berjudul "Mengapa manusia menerapkan taktik ‘adu domba' dalam berpolitik-Kasus Indonesia, sehingga dapat dijajah tiga setengah abad oleh negeri sekecil Belanda".


Kongres itu memang diadakan di sebuah resor dekat savanna ditepi  sebuah danau.  Suasana musim , iklim, dan lingkungan memang  sangat indah, nyaman dan mengorientasikan para peserta tentang "alam makmur bagi bangsa kambing"----tetapi suasana tentram yang dirasakan delegasi dari seluruh pelosok dunia, tidak berlangsung lama. Puncaknya sehari sebelum kongres dibuka---Steering Committee menyodorkan gagasan bahwa kongres hanya mempunyai satu agenda. "Menjadikan kambing binatang buas---di Abad XXI".


Tiba-tiba saja seluruh kawasan di pinggir hutan itu dijejali Baliho-Poster-dan selebaran menjurus ke agenda tunggal itu. Tampaknya tujuan yang fokus itu disponsori kambing-kambing dari kawasan Afrika-Delegasi kambing-kambing dari Asia Selatan dan Asia Tengah, terutama kambing gunung, ngotot agar usul dan ide mereka minta dipertimbangkan. Tentang peranan kebudayaan perang ala manusia---Perang-Perang dan harus Perang.  Tidak jelas apakah ada "money politics" berperan di sana. Semua ide dan alasan yang dikemukakan delegasi yang "cons"---- tak jalan, apalagi delegasi dari Indonesia, idenya dianggap tidak relevan bagi masa depan bangsa kambing. Yang berlaku hanya usul,  ide dan makalah tunggal "Kongres Pertama Kambing Se-dunia, menuju Era kambing adalah binatang Buas".  Semua akor, aklamasi  akhirnya---panitia penyelenggaraan men-skenariokan proses kongres itu, berhasil dan efektif.     Seperti kongres manusia saja.


Kongres dibuka dengan pidato Ketua Kongres, yakni kambing gunung Gunung Kilimanjaro---ia menyerukan bangsa kambing harus merubah sikap, merubah komitmen, dan merubah cara bertindak---menuju kambing yang buas ! Cukup sudah beribu-ribu generasi bangsa kambing hanya jadi mangsa tanpa perlawanan, dan diperas oleh sistem yang tidak adil: jadi mangsa tanpa perlawanan.


Kongres ditentukan  hanya tiga termin, pertama : pandangan umum semua delegasi.  Banyak yang tampil dengan macam-macam pandangan dan usul. Kedua rapat-rapat komisi. Dan ketiga Sidang Umum ketok palu.    Tok-ToK-Tok


Hanya ada dua komisi yang membahas pandangan umum dan bahan-bahan dari nara sumber, yakni Komisi Perumusan Sikap,  dan Komisi Persenjataan dan Rencana Aksi. Melihat cara  kerja Steering Committee yang dimotori suku kambing Afrika yang di dukung,  Ibex, suku kambing yang mendominasi peserta dari Sepanyol, Pegunungan Alpens, dan Asia Tengah serta Afrika Utara. Dan, terutama agitasi pidato Ketua Kongres yang mengatakan " Akhirilah nasib kambing jadi bulan-bulanan di dunia. Kambing selama ini hanya mengemban "penyerahan total dan olok-olokan makhluk di dunia".  Bangsa Kambing mulai sekarang ----kalau pun mati---harus terhormat sebagai binatang buas !". Semua peserta terpengaruh.  Dengan gemuruh pidato itu disambut peserta kongres. Akhirnya, semua pengambilan keputusan Kongres dilakukan dengan aklamasi.    Mulus !


Keputusan Kongres kambing se-Dunia itu semula dianggap enteng dan dilecehkan mahluk sedunia---terutama manusia di-mana-mana tersenyum. "Dasar kambing ! "    Bahkan  manusia semula tidak menyadari bahwa keputusan itu ternyata mempengaruhi kehidupan  manusia secara budaya.

Keputusan Kongres, yang pertama :


  • bangsa kambing di gunung, di hutan, di kota, di perternakan, di mana saja harus bersikap satu : "bertindak buas"
  • bangsa kambing bersemboyan "buas dan siap mati"


Keputusan kedua :


  • 1. mempersenjatai diri masing-masing dengan gigi yang tajam dan kuku kaki depan yang tajam
  • 2. secara teratur dan seksama mengasah gigi dengan mengulum batu,  dan mengasah dengan mencakarkan kaki depan ke batu, tembok atau wadas
  • 3.menerjang dan menggigit mahluk lain apa saja yang berada di dalam jangkauan, terutama manusia.

Keputusan Kongres itu ternyata efektif menyadarkan bangsa kambing---kebiasaan mereka mengunyah batu---sudah menggentarkan mahluk-mahluk di hutan, belum lagi keganasan mereka terhadap lawan yang berada di dalam jangkauan mereka---sungguh efektif, klan kambing jadi diperhitungkan di hutan. Mereka tidak takut pada taring dan cakar para predator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun