Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serial Mini Cerpen (12) T I N D I K S E K S

24 Desember 2009   05:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat ini seluas-luas mata memandang gelap---hanya ke arah jalan pantura ada lampu, sorot lampu mobil. Merah dan sorot silau . Itu saja. O ke arah sana di kejauhan ada desa dalam remang malam---ada bias penerangan.

Ratmi memetik gitar dalam pelukan paha Maxim---mereka menyanyi pelan-pelan. Lagu cinta anak band jaman sekarang. Suasana hati mereka jadi romantis. Memang hidup anak jalanan cepat matang dan tahu segalanya. Mereka manusia seperti kita. Ada kalanya Maxim berdiri menyampirkan baju celananya. Duduk lagi, erotis. Panas dan tengik barangkali, seharian mencari makan. Kembali ke posisi semula. Tidak ada bias sinar disitu. Di kejauhan saja ada titik lampu di desa-desa sekitar situ. Maxim pemuda usia 21---dari umur delapan tahun sudah berkelana mencari makan sendiri di jalan raya pantura----seperti anak kucing gembel.

Mereka berhadapan seperti sepasang kekasih. Ratmi senang dan melayang-layang, terlena ----Maxim baik dan halus dan sangat perhatian kepadanya. Ratmi sudah banyak pengalaman. Tapi ia bisa lolos dari bandit-bandit yang kasar di Jomin, atau di bawah hutan jati di Sadang----berkali-kali ia lolos. Baju-nya pernah robek-robek tahun lalu. Tapi ia melawan, dan lolos. Ada juga raja bandit di situ, selalu di siang hari pun memanfaatkannya. Ia takut, tapi ia harus aman mencari makan. Ia jadi tahu apa maksud dan maunya lelaki itu. Ia kerjakan saja.

Ibunya mengingatkan ia harus pulang pada saat azan Ashar, ia sudah besar---lelaki banyak mengintai anak perawan di kalangan kaum miskin di tepi jalan pantura. Memang ia selalu pulang waktu azan Ashar. Kini ia terjebak macet..........dan salahnya lagi mengapa ia teruskan mengamen sampai ke Patrol. Pulangnya kena macet lagi. Tadi ia menyesal, mengapa ia tidak balik saja waktu macet arah ke Patrol . Terlanjur.

Main cukulele, ia diajarkan oleh Maxim----kini ia ingin menguasai permainan gitar. Maxim memang baik. Mereka duduk berhadapan. Belum pernah dikerjakan Ratmi, tetapi ia hanyut duduk berhadap-hadapan itu. Sedikitpun tidak sadar ( terlena dan melayang-layang). Sebentar saja mereka rebah. Saling meramas rambut. Memang rambut Maxim panjang dan tebal. Rambut Ratmi juga tebal. Sebentar saja.

Maxim memberikan ciuman terimakasih. Dotdolidoot wong woong. Klakson tetap ribut.

Aum mesin di gas.

Ret---hanya sebentar, sekilas. Ratmi memeluk pakaiannya. Terduduk. Malam gelap ada bintang kecil-kecil berkedip. Ia tembus pandangan gelap gulita itu. Ia ingat emak, ia ingat pesan emak. Ia ingat rencana emak. Emak sudah menjanjikan Ratmi akan ikut Bi A'As----dijanjikan tiga juta ----Ratmi sudah iklas ---tiga juta adalah luar biasa kayanya----Ratmi iklas----uang tiga juta untuk modal emak kembali berjualan tempe di pasar Johar. Dan modal bapak berdagang bambu atau buah di pinggir jalan Purwakarta ----Ratmi sudah janji iklas. Ret-(sudah berakhir). Sekarang ia menangis. Mempunyai uang tiga juta itu kaya banget. Hanya itu konsepnya. (Tunggu Serial Planet Kemiskinan-100 Episode, menyambut tahun 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun